Sarilamak (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Limapuluh Kota, Sumatera Barat kembali menerapkan proses pembelajaran dari rumah atau daring bagi sekolah di satuan pendidikan di daerah tersebut menyusul daerah itu ditetapkan sebagai zona merah.
Kepala Dinas Pendidikan dan kebudayaan Kabupaten Limapuluh Kota, Indrawati di Sarilamak, Kamis, mengatakan dilaksanakannya kembali sekolah atau belajar dari rumah ini ini juga sesuai dengan SKB 4 menteri dan perda no 6 Provinsi Sumatera Barat.
"Jika daerah dinyatakan Zona Merah COVID-19 maka tidak diperbolehkan belajar tatap muka, karena sangat berisiko bila dilaksanakan. Karena kita mengutamakan keselamatan, kesehatan anak-anak dan guru,” katanya.
Hal ini juga telah ditindaklanjuti sesuai dengan Surat Edaran Bupati Limapuluh Kota nomor 420/903/3/DPK-LK/IV/2021 yang ditandatangani wakil bupati Rizki Kurniawan Nakasri pada 14 April 2021.
Dalam surat tersebut tertulis, berdasarkan hasil update zonasi indikator Kesehatan Masyarakat (IKM) pada minggu ke 57 pandemi COVID-19 Sumbar, Limapuluh Kota dinyatakan Zona Merah.
Berdasarkan koordinasi kepala dinas pendidikan dan kebudayaan setempat bersama bupati Limapuluh Kota pada Senin 12 April maka diatur ketentuan dengan tetap memprioritaskan kesehatan dan keselamatan siswa, guru, kepala sekolah dan seluruh warga sekolah di kabupaten Limapuluh Kota.
Berdasarkan itu, pelaksanaan belajar untuk saat ini dilakukan dari rumah sampai dengan daerah tersebut kembali ditetapkan zona kuning.
Sementara Kepala SMP Negeri 1 Harau, M. Yusuf Lubis mengatakan bahwa pelaksanaan belajar dari rumah akan bisa dilaksanakan dengan baik mengingat pelaksanaan belajar dari rumah sebelumnya telah berjalan dengan baik.
"Kita berharap guru tetap berkreativitas sehingga belajar dari rumah ini dapat terus berjalan dengan baik. Untuk siswa semoga bisa belajar dengan baik dari rumah dan mengikuti seluruh rangkaian belajar termasuk kegiatan Ramadhan," katanya.
Ia mengatakan hingga saat ini belum ada siswanya yang dinyatakan positif COVID-19 sehingga pembelajaran tatap muka pada sebelumnya dapat berjalan dengan baik.
"Jumlah murid kita dari kelas VII sampai kelas IX itu berjumlah 977 orang. Alhamdulillah belum ada yang positif, semoga tidak ada sampai ke depannya," ujarnya.
Ia mengatakan salah satu program sekolah di Ramadhan yang cukup terganggu dengan pelaksanaan belajar dari rumah tersebut adalah proses pelaksanaan tadarus yang sebelumnya ditargetkan bisa khatam di setiap harinya.
"Rencananya itu, satu murid dalam sehari harus membaca satu lembar quran. Sehingga kalau dihitung-hitung setiap hari bisa khatam, tapi kita akan tetap usahakan ini berjalan sebaik mungkin," kata dia.