Dusun Sitapuang Gadang tempat Bupati Tanah Datar pertama bertugas yang terabaikan

id Sitapuang Gadang,tanah datar,berita sumbar

Dusun Sitapuang Gadang tempat Bupati Tanah Datar pertama bertugas yang terabaikan

Tugu monumen mengenang kantor Bupati Tanah Datar pertama di Sitapuang Gadang. (Antara/Etri Saputra)

Batusangkar, (ANTARA) - Sitapuang Gadang adalah sebuah kampung terpencil yang berada di wilayah Jorong Mandahiliang, Nagari Lawang Mandahiliang, Kecamatan Salimpaung, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat.

Kampung kecil nan sunyi serta jauh dari kebisingan itu dikelilingi oleh perbukitan dan bahkan cukup sering disinggahi berbagai satwa liar.

Di kampung itu dulu roda pemerintahan Kabupaten Tanah Datar pernah dikendalikan oleh Bupati pertama yang bernama Sidi Baharuddin, yaitu pada era revolusi fisik setelah agresi militer Belanda yang kedua (1948-1949)

Penjabat (Pj) Wali Nagari Lawang Mandailiang Dayantos Rajo Ameh saat dihubungi di Batusangkar, Senin, mengatakan meski pernah menjadi tempat pengendalian roda pemerintahan kabupaten, namun kampung itu seperti terabaikan.

Banyak hal yang harus dilakukan untuk Sitapuang Gadang, di antaranya perbaikan dan penambahan sarana dan prasarana agar kawasan tersebut bisa berdenyut semestinya.

Mulai dari pembenahan akses jalan menuju musholla dan tugu monumen mengenang kantor bupati di Sitapuang Gadang yang tidak tuntas pengerjaannya sepanjang kurang lebih 100 meter.

Sampai membenahi saluran air yang melewati gorong-gorong sederhana yang selalu mengancam genangan hingga ke bibir mushola dan permukiman warga.

Bahkan ironisnya jauh di balik bukit di belakang tugu tersebut adalah kawasan pertanian basah dan kering yang sangat luas terpaksa dibiarkan liat mengingat akses jalan pertanian yang tidak ada.

Tak ada pilihan terbaik sehingga pada akhirnya masyarakat memilih untuk membiarkan saja lahan tersebut tanpa disentuh.

"Di kawasan itu sebenarnya airnya lancar, akan tetapi tidak adanya akses jalan membuat masyarakat kesulitan membawa hasil panennya, jika diupahkan hasil yang didapat tidak sebanding dengan upah yang dikeluarkan," katanya.

Ia mengatakan satu lagi hal yang dikeluhkan masyarakat setempat adalah masalah jaringan internet, terutama di masa pandemi yang mengharuskan anak sekolah untuk belajar di rumah secara daring.

Bahkan menurutnya jaringan lebih lancar di pinggir perbukitan di daerah itu dibanding di dalam permukiman sendiri, boleh dikatakan masyarakat di daerah itu belum terkontaminasi dari lingkungan luar.

Tapi dampak negatif dari ketiadaan jaringan tersebut membuat masyarakat setempat hubungan sosialisasinya keluar juga kurang.

Sementara bagi pihak sekolah yang ada di daerah itu harus membuatkan semacam kelompok belajar bagi peserta didik karena ketiadaan jaringan.

Ia mengharapkan pemerintah kabupaten setempat mulai memperhatikan Sitapuang Gadang sebagai daerah bersejarah yang dulunya menjadi pusat pemerintahan kurang lebih dua tahun.

Ia tidak ingin Sitapuang Gadang hanya sebagai daerah yang menjadi nilai tawar bagi kepentingan-kepentingan tertentu yang mengharapkan timbal balik bagi kepentingannya.

Ia mengaku baru-baru ini tim Nagari Lawang Mandahiling yang terdiri dari beberapa personel BPRN, pengurus KAN, TP PKK, serta beberapa orang dari jajaran Karang Taruna mengoptimalkan kelompok masyarakat didaerah agar terwujudnya Sitapuang Gadang yang lebih resik dan indah.

"Untuk saat ini hanya motivasi dan pembinaan masyarakat yang bisa kami berikan, kami yakin masyarakat berkenan untuk berbenah meski dengan swadaya merawat situs dan menjaga keselarasan alam yang sudah terbangun sejak lama untuk kampung yang lebih bersih dan indah," katanya. (*)