Harga cabai rawit di Dharmasraya tembus Rp80 ribu per kilogram

id berita dharmasraya,berita sumbar,cabe

Harga cabai rawit di Dharmasraya tembus Rp80 ribu per kilogram

Pedagang melayani pembeli di Pasar Tradisional Sikabau Nagari Sikabau, Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat (Sumbar), Senin (8/2). (Antarasumbar/Ilka Jensen)

Sudah satu bulan ini cabai rawit mahal, pasokan terbatas,
Pulau Punjung (ANTARA) - Harga komoditas bahan pokok cabai rawit di Pasar Tradisional Sikabau Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat (Sumbar) tembus mencapai Rp80 ribu perkilogram.

Salah seorang pedagang Pasar Sikabau Nagari Sikabau, Iman (43) di Pulau Punjung, Senin, mengatakan tingginya harga cabai rawit disebabkan pasokan yang berkurang sementara permintaan tinggi.

"Sudah satu bulan ini cabai rawit mahal, pasokan terbatas," ujarnya.

Ia mengatakan cabai yang dijual pedagang hanya dipasok dari petani di Sumbar, sedangkan sebelumnya pemasok datang dari Lampung dan Palembang.

Menurut dia kalau pasokan dari luar Sumbar lancar dapat dipastikan harga cabai rawit kembali normal dikisaran Rp20.000 sampai Rp30.0000 perkilogram.

Sementara, pedagang lainya Apri (46) mengungkapkan hal yang sama. Naiknya harga cabai rawit karena pasokan yang berkurang. Bahkan sebelumnya cabai hanya dijual di bawah Rp20 ribu perkilogram.

Sedangankan cabai merah keriting di jual Rp40.000 sampai Rp50.000 ribu perkilogram. Harga tersebut turun dari dua pekan sebelumnya yang mencapai Rp70 ribu perkilogram.

Ia menambahkan komoditas yang stabil adalah tomat dikisaran harga Rp10 ribu perkilogram, kentang Rp12 ribu perkilogram, dan bawang merah Rp20.000 hingga Rp25.000 perkilogram.

Tingginya harga cabai rawit berdampak pada pemilik usaha kuliner, terutama yang membutuhkan penggunaan cabai sebagai pelengkap.

Salah seorang pedagang Pecel Lele di Jalan Lintas Sumatera Sugeng (47), mengaku susah menghadapi harga cabai yang tak kunjung turun.

Menurut dia, mau tidak mau dia tetap membeli cabai sesuai takaran. Hal itu lantaran ingin mempertahankan cita rasa dari sambal yang dibuat.

"Kalau dikurangi rasanya jadi lain. Pasti akan dapat keluhan dari pelanggan, biarlah sesuai takaran meskipun kami yang rugi dan keuntungan makin tipis,” ungkap dia.***1***