Disperindag Sumbar apresiasi pendiri batik Loempo raih Upakarti 2020

id berita padang,berita sumbar,batik

Disperindag Sumbar apresiasi pendiri batik Loempo raih Upakarti 2020

Pendiri Batik Lompo Novia Hertini (dua dari kanan) berfoto bersama Kepala Disperindag Sumbar Asben Hendri (ujung kanan) serta di dampingi Presiden Ima Chapter Padang Darmawi (dua dari kiri) serta GM Hotel Grand Zuri Surni Yanti (ujung kiri) pada Senin (14/12). (antarasumbar/Mutiara Ramadhani)

Kami mendukung untuk menjadikan Sumbar sebagai centra batik Minang,
Padang (ANTARA) - Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sumatera Barat (Sumbar) mengapresiasi pendiri Batik Loempo yang berhasil meraih Upakarti 2020 dan merupakan penghargaan tertinggi dari Presiden RI.

"Kami sangat mengapresiasi atas penganugrahan Upakarti yang diraih oleh Novia Hertini yang merupakan pendiri dari Batik Loempo. Semoga penghargaan tersebut bisa memotivasi para industri kecil dan menengah (IKM) yang ada di Sumbar untuk terus maju dan berkiprah," kata Kepala Disperindag Sumbar, Asben Hendri di Padang, Senin.

Ia mengatakan penghargaan Upakarti itu seleksinya sangat ketat, hanya orang yang layak yang bisa menerima penghargaan tersebut dan ia bersyukur tahun ini Sumbar bisa mendapat penghargaan tersebut.

Asben mengatakan bahwa pemerintah akan mendukung keinginan dari pendiri batik Loempo dan para IKM batik untuk menjadikan Sumbar sebagai centra batik Minang.

"Kami mendukung untuk menjadikan Sumbar sebagai centra batik Minang dan kami dari sisi pemerintah telah mewajibkan pakaian dinas harian di setiap hari Kamis untuk memakai batik Minang serta dihari tertentu lainnya," kata dia.

Menurutnya jika target pasarnya ASN baik dari tingkat provinsi hingga kabupaten dan kota serta pendidikan dasar hingga menengah ikut memakai batik Minang maka para IKM batik di Sumbar akan cepat tumbuh dan berkembang apalagi bila masyarakat umum juga ikut menggunakannya.

Sementara itu pendiri Batik Loempo Novia Hertini mengatakan bahwa dirinya sangat bersyukur menerima penghargaan Upakarti tersebut yang diserahkan di Jakarta pada 10 Desember 2020 oleh Wakil Presiden (Wapres) RI, Ma'ruf Amin secara daring.

"Alhamdulillah walaupun diserahkan secara daring oleh Wapres RI, kami bersyukur bisa mengharumkan nama Provinsi Sumbar," katanya.

Ia menceritakan sedikit kisahnya dalam mendedikasikan diri kepada masyarakat hingga akhirnya mampu meraih penghargaan Upakarti dibidang jasa pengabdian tersebut.

Ia mengatakan kisahnya berawal dari keterbatasan yang dimilikinya namun pada tahun 2013 dirinya kembali ke kampung halaman di Pesisir Selatan untuk banyak berbagi dan ikut membantu usaha yang berbasis kemasyarakatan serta mengangkat potensi lokal yang ada di daerahnya yaitu gambir serta ada beberapa komoditi ataupun limbah yang diciptakan menjadi pewarna tekstil seperti manggis, rambutan, kulit jengkol dan lainnya.

"Dari limbah tersebut, dengan latar belakang saya sebagai fashion desainer saya menjadikan limbah tersebut menjadi bernilai ekonomis. Dengan adanya uang belanja sedikit demi sedikit setiap bulannya saya kumpulkan supaya ilmu yang diberikan pada masyarakat bisa bermanfaat," tambahnya.

Ia memberanikan diri untuk membangun sebuah industri kecil yang berbasis kemasyarakatan. Ia membentuk sebuah perkumpulan batik karena melihat potensi daerah lalu mengumpulkan ibu-ibu yang kesehariannya sebagai IRT, petani dan pengambil getah. Kegiatan itu awalnya mendapat banyak penolakan dari masyarakat.

"Mereka berpikir bahwa saya memanfaatkan mereka untuk kepentingan politik, saya pun melakukan negosiasi bersama para wali nagari untuk meyakinkan masyarakat bahwa niat saya untuk meningkatkan perekonomian di Nagari Lumpo," kata dia.

Pada awalnya ia mengumpulkan sebanyak 45 orang. Dengan modal dan alat seadanya, ia mulai melatih masyarakat.

Ia memiliki banyak motivasi dalam melakukan pelatihan salah satunya bentuk pengabdian pada kampung halamannya, selain itu untuk membuka lapangan usaha baru dan peluang kerja bagi masyarakat putus sekolah, membangun Nagari Lumpo menjadi desa wisata yang inovatif dan kreatif.

Selain itu, untuk mengurangi dan memanfaatkan limbah usaha perkebunan rakyat agar memiliki nilai ekonomis (bahan baku pewarna batik alami), menstabilkan harga komoditi lokal (gambir, pinang, cokelat), mengembangkan sektor usaha industri hulu dan hilir di Kabupaten Pesisir Selatan untuk memproduksi batik dengan pewarna alam dari gambir.

Pendampingan terus menerus dilakukannya setiap minggu dengan 2-3 kali pertemuan untuk menyatukan tujuan agar terjadi peningkatan pendapatan masyarakat melalui IKM bidang Fashion.

Kegiatan pendampingan masyarakat yang dilakukannya adalah pelatihan, sertifikasi kompetensi oleh BNSP, produksi dan pemasaran produk. Latar belakang masyarakat yang ia bina berasal dari tamatan SD 60 persen, SMP persen, SMA persen dan perguruan tinggi 2 persen.

Kegiatan yang dilakukan berupa memberikan motivasi, pendampíngan, memberikan promosi dan pemasaran, juga memberikan bimbingan catatan keuangan, membimbing pembuatan struktus organisasi dalam tugas kerja.

"Pada tahun 2017, saya akhirnya meresmikan perkumpulan ini dan diberi nama Kelompok Batik Loempo," katanya.

Dampak pelatihan terhadap masyarakat adalah masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan menjadi aktif, produktif dan mendapatkan penghasilan, menciptakan SDM dan memiliki sertifikasi kompetensi batik dari BNSP, meningkatnya penghasilan masyarakat dari penghasilan nol menjadi Rp1 juta perbulan, dari Rp200 ribu perbulan menjadi Rp1,2 juta perbulan, dari Rp600 ribu menjadi Rp3 juta perbulan.

Kemudian, pengrajin batik mendapat bantuan CSR dari salah satu BUMN untuk membangun rumah dan para pengrajin hanya membayar tanah dengan harga yang murah.

Adapun keberhasilan yang diperoleh dari kegiatan itu adalah lebih dari 300 orang yang telah dididik dari tahun 2014-2020, dan yang aktif ada 113 orang (10 kelompok) serta membuka peluang usaha baru.

"Serta membangun Nagari Lumpo yang merupakan desa tertinggal menjadi desa inovatif dan teladan, membangun sarana dan prasarana untuk pasar umum, memiliki nilai investasi 113 orang SDM yang berkompeten dibidang batik, mendesain batik, menjahit, membatik tulis, membatik cap dan pewarnaan alam dan sintetis," terangnya.

Selama pandemi COVID-19, dari bulan Maret hingga Agustus 2020, Kegiatan produksi batik terhenti dan beralih ke produksi pembuatan APD. IKM yang telah dibinanya beralih profesi untuk membuat Baju Hazmat, JPD (Jaket Pelindung Diri) dan masker, sehingga ekonomi tetap berjalan.

Selain memproduksi batik untuk pasar umum, Kelompok Batik Loempo mendapatkan rekomendasi oleh Dinas Pendidikan Provinsi Sumatera Barat untuk memproduksi baju seragam batik untuk SMK dan SMA.

Selain itu, kami juga bekerja sama dengan seluruh SMK jurusan Tata Busana dan Kriya Tekstil se-Sumatera Barat dalam memproduksi baju seragam batik yang akan diproduksi sendiri oleh siswa/siswi SMK jurusan tata busana dan kriya tekstil yang nantinya akan digunakan oleh seluruh siswa/siswi SMK dan SMA yang ada di Sumatera Barat, tambahnya.

Ia berharap dari kegiatan tersebut akan timbul calon-calon wirausaha baru. Ia juga melakukan pengembangan desa wisata baru di Nagari Loempo yang nantinya akan mendatangkan wisatawan baik dari dalam negeri maupun luar negeri dengan membuat beberapa kegiatan pentas untuk melestarikan kebudayaan Minang.

"Berangkat dari ketiadaan dan kesusahan tersebut saya ingin membuat usaha dan berbagi kesesama teman-teman IKM. Karena tanpa kebersamaan kita tidak bisa maju.

Keinginan untuk berbagi itu bukanlah untuk sebuah ego atau popularitas, tapi untuk mencapai satu tujuan masuk ke dunia industri," katanya.

Ia juga berharap agar sesama IKM tidak perlu saling sikat dan sikut sebab menurutnya kebersamaanlah yang akan memperkuat dunia usaha.***1***