Lubukbasung, (ANTARA) - Permintaan ikan nila di Kabupaten Agam, Sumatera Barat sudah mulai meningkat dibandingkan awal pandemi COVID-19 beberapa bulan lalu dari 7,5 menjadi 20 ton per hari.
Kepala Dinas Perikanan dan Ketahanan Pangan Agam, Ermanto di Lubukbasung, Rabu, mengatakan meningkatnya permintaan ikan nila terjadi semenjak pertengahan Oktober 2020.
"Permintaan ikan nila sudah mulai normal dibandingkan awal pandemi COVID-19, karena sudah ada pesanan dari Riau, Jambi dan lainnya," katanya.
Sebelumnya permintaan ikan nila itu hanya 7,5 ton per hari atau berkurang sekitar 60 persen akibat daya beli di rumah makan di Agam, maupun kabupaten, kota di Sumbar, Riau dan daerah lain berkurang semenjak pandemi.
"Daya beli masyarakat untuk ikan nila juga berkurang, sehingga berpengaruh terhadap permintaan ikan," katanya.
Untuk mengatasi itu, pihaknya akan mencoba mengubah komoditas dari ikan nila ke ikan gurami, karena permintaan ikan gurami cukup banyak.
Sementara harga ikan gurami juga mahal Rp35 ribu per kilogram dan ikan nila hanya Rp19 ribu per kilogram.
"Kita berusaha untuk mengalihkan komoditas itu dan saat ini sudah ada petani keramba jaring apung di Danau Maninjau yang berbudidaya ikan gurami," katanya.
Ia mengakui produksi ikan di Agam selama Januari sampai Juni 2020 sebanyak 9.500,83 ton berasal dari ikan nila 7.588,49 ton. Sedangkan ikan mas 1.357,62 ton, ikan lele 358,52 ton, ikan gurami 117,49 ton dan ikan jenis lainnya 78,71 ton. (*)