Usaha keripik balado mulai berproduksi kembali saat transisi kenormalan baru di Padang

id berita padang,berita sumbar,keripik balado,christne hakim,covid-19,normal baru,transisi

Usaha keripik balado mulai berproduksi kembali saat transisi kenormalan baru di Padang

Keterangan gambar : Pekerja menggunakan pelindung wajah saat mengolah dan mengemas oleh-oleh kripik balado di dapur Christine Hakim, Padang, Sumatera Barat, Senin (8/6/2020). Usaha kripik balado yang dijual sebagai oleh-oleh khas Padang tersebut mulai berproduksi kembali menjelang diberlakukannya masa normal baru di kota itu. (ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra)

Sejak Februari 2020 kami memutuskan untuk tidak memproduksi keripik balado, disebabkan karena kurangnya pesanan,
Padang (ANTARA) - Usaha keripik balado yang merupakan oleh-oleh khas Minangkabau mulai berproduksi kembali pada masa transisi menuju era kenormalan baru di Padang, Sumatera Barat.

"Saat ini kami sudah mulai produksi kripik balado. Namun baru di toko Christine Hakim Idea Park (CHIP), di Jalan Adinegoro, Padang Sarai, Kecamatan Koto Tangah, Padang," kata Pemilik Usaha Keripik Balado Christine Hakim di Padang, Kamis.

Menurut dia ke depan semua karyawannya akan bekerja lagi seperti biasa dengan menggunakan protokol kesehatan COVID-19 berupa memakai masker dan cairan pembersih. Kemudian karyawan di bagian penggorengan menggunakan alat pelindung wajah.

Lebih lanjut, ia menyebutkan sejak pandemi COVID-19 hampir tiga bulan lebih tokonya tidak memproduksi keripik balado.

"Sejak Februari 2020 kami memutuskan untuk tidak memproduksi keripik balado, disebabkan karena kurangnya pesanan," ujar dia.

Ia juga mengatakan sebagian karyawannya terpaksa di rumahkan. Akan tetapi gaji mereka tetap dibayarkan walau hanya setengah dan sebagian karyawan lainnya tetap bekerja seperti biasa.

Lebih lanjut, tambah dia biasanya oleh-oleh keripik balado tersebut dijual seharga Rp45.000 per kemasan dengan berat 500 gram.

"Biasanya sebelum pandemi COVID-19, peminat keripik balado meningkat. Apalagi saat hari libur, karena banyak wisatawan yang berkunjung ke Padang dan memesan keripik balado sebagai oleh-oleh," jelas dia.

Ia menyebutkan biasanya sebelum pandemi ia mampu memproduksi keripik balado hingga 150 kilogram per hari atau sekitar 10 karung singkong.

"Dan penjualannya juga laris hari itu juga," kata dia.

Ia menambahkan keunggulan keripik balado miliknya ialah menggunakan minyak kelapa pilihan yang sudah ada sejak zaman Belanda, mengunakan singkong yang bagus, dan memilih cabai yang berkualitas.

"Sehingga membuat keripik balado menjadi gurih dan tahan lama. Bahkan keripik ini tahan selama 6 hingga 8 bulan, jadi masih bisa konsumsi," lanjut dia.

Lebih lanjut ia mengemukakan usaha keripik balado tersebut sudah dimulai sejak 30 tahun yang lalu. Awalnya ia hanya sekadar membantu saudaranya dan akhirnya memutuskan untuk membuka usaha sendiri.

"Akhirnya bisa sukses, punya toko sendiri, dan pesanan terus meningkat. Sehingga bisa membantu saudara membuka usaha bersama," kata dia.

Kemudian, selain keripik balado ia juga memproduksi rendang yang dimulai sejak 10 tahun lalu. Rendang suir dijual Rp65 ribu per kemasan dan rendang biasa Rp60 ribu per kemasan dengan berat 300 gram.

"Untuk rendang ini juga banyak diminati, bahkan bisa tahan hingga 2 Minggu," ujar dia. (*)