Padang, (ANTARA) - Sejak Kota Wuhan yang merupakan ibu kota Provinsi Hubei di China mengumumkan kasus Corona Virus Disease (COVID-19) mewabah dan menyebar ke seluruh dunia pada akhir 2019 , saat ini dunia masih berkutat mencari cara maupun formulasi terbaik memerangi COVID-19. Seperti pemberitaan dari Kompas.com yang mengutip data dari laman Worldometers, total kasus corona di seluruh dunia terkonfirmasi sebanyak 4.007.819 kasus hingga 9 Mei 2020 . Dari jumlah tersebut, lebih kurang 1.376.235 pasien berhasil sembuh, dan 275.81 orang meninggal dunia.
Dengan kata lain, memasuki pekan Ramadhan ketiga, masyarakat internasional masih bahu membahu memerangi pandemi ini. Seperti yang diumumkan oleh juru bicara pemerintah untuk penanganan kasus corona Achmad Yurianto, hingga Sabtu siang pada 9 Mei 2020 tercatat ada penambahan kasus positif COVID-19 sejumlah 533 kasus, sehingga total keseluruhan sebanyak 13.645 jiwa yang positif COVID-19 di Indonesia saat ini.
Ramadhan 1441 H / 2020 Masehi tahun ini sungguh terasa berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya di seluruh dunia menjalaninya dengan berjamaah dan beramai-ramai menjalankan ibadah di masjid maupun aktivitas sosial kemasyarakatan seperti ngabuburit, berkumpul disuatu tempat menjelang waktu berbuka puasa. Ibadah Ramadhan kali ini dilalui dengan memperhatikan protokol kesehatan seperti menjaga jarak (physical distancing) maupun (social distancing) pada berbagai aktivitas masyarakat. Sejak Pemerintah Indonesia menerapkan situasi pembatasan sosial berskala besar, maka tidak diperbolehkan lagi aktivitas masyarakat yang menggunakan massa yang banyak seperti pesta, maupun acara-acara keramaian lainnya. Pemerintah mengimbau kepada setiap pihak yang tidak terlalu mempunyai kepentingan untuk tetap di rumah guna menghindari penyebaran COVID-19.
Saat ini, kita tentu sudah mendengar ajakan untuk di rumah saja sudah marak didengung-dengungkan sebagai wujud kampanye menekan laju COVID-19. Saat dirumah saja, bisa kita jadikan momentum untuk meningkatkan kekompakan maupun solidaritas diantara masing-masing anggota keluarga. Orang tua saat ini tentu bisa lebih leluasa untuk memperhatikan putra putrinya sehingga bisa menanamkan nilai karakter baik sejak dini.
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang saat ini dikepalai oleh dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) tentu punya cara bagaimana menciptakan kualitas keluarga yang terencana sesuai amanat UU No. 52 Tahun 2009 Tentang Kependudukan dan Pembangunan keluarga. BKKBN sebagai instansi vertikal pusat non kementerian yang menjalankan amanat Program Banggakencana saat ini dinilai cocok untuk diterapkan baik dikota maupun didesa bagi setiap keluarga ditengah situasi sulit saat pandemi covid 19 meresahkan setiap anggota masyarakat, :
Pertama, Gerakan Kembali Kemeja Makan. BKKBN telah meluncurkan gerakan kembali ke meja makan bersamaan dengan acara Gowes Nusantara yang diadakan oleh Kementrian Pemuda dan olahraga pada akhir Maret 2019 di GOR Haji Agus Salim Padang. Gerakan Kembali ke Meja Makan dinilai sebagai upaya bersama untuk mengingatkan kembali keluarga - keluarga Indonesia untuk meluangkan waktu dalam berkumpul dan berkomunikasi dengan anggota keluarga. Seperti yang diketahui, kata "meja makan" bukan berarti harus adanya meja makan, namun lebih mengandung maksud momentum kegiatan makan untuk berkumpul.
Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN, Dr. dr. M.Yani, M.Kes, PKK, mengatakan saat ini Indonesia sudah memasuki revolusi industri 4.0. Menurutnya, era ini sangat rawan mempengaruhi nilai- nilai dalam keluarga. Apabila setiap keluarga tidak siap, maka nilai-nilai positif dalam keluarga dikhawatirkan akan terdegradasi. Melalui momentum gerakan kembali ke meja makan bersama anggota keluarga, diharapkan dapat terbentuk karakter yang kuat diantaranya karakter sekaligus nilai delapan fungsi keluarga yang terdiri atas fungsi agama, sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, pendidikan, ekonomi dan pemeliharaan lingkungan. Biasanya masing-masing anggota keluarga sibuk dengan urusannya masing-masing sehingga tidak punya waktu untuk beraktivitas bersama.
Pandemi COVID-19 bisa dilihat dari sisi positif. Kegiatan saat di rumah saja bisa jadi momentum untuk kembali mempererat hubungan antar anggota keluarga. Melalui gerakan kembali ke meja makan yang didalamnya ada nilai nilai interaksi tatap muka, beribadah bersama saat di rumah, mengurangi penggunaan smartphone pada saat beraktivitas bersama keluarga bisa meminimalkan dampak negatif penggunaan smartphone, yang saat ini makin mengkhawatirkan para orang tua. Gerakan kembali ke meja makan tentunya sejalan dengan Program 18 - 21 dari Pemerintah Koga Padang, yang di dalamnya juga mengedepankan kegiatan bersama anggota keluarga seperti kegiatan beribadah, berinteraksi sesama anggota keluarga saat di rumah saja.
Kedua, Gerakan cegah putus pakai pemakaian KB. Berdasarkan Laporan yang dirilis oleh Departemen Populasi Divisi Urusan Sosial dan Ekonomi PBB memperkirakan jumlah penduduk India akan melampaui Cina hanya dalam tujuh tahun. Diprediksi, Nigeria akan mengambil alih posisi Amerika Serikat sebagai negara ketiga dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia pada tahun 2050. PBB juga memprediksi mulai sekarang sampai 2050, setengah pertumbuhan populasi dunia akan terkonsentrasi di sembilan negara seperti, India, Nigeria, Kongo, Ethopia, Tanzania, Amerika Serikat, Uganda dan Indonesia. Berdasarkan data Jurnal Keluarga BKKBN Edisi Kedua 2019, penduduk Indonesia sudah memasuki 270 juta jiwa.
Mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla ketika membuka Rapat Kerja Nasional Program Kependudikan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga di BKKBN Pusat Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur menjelaskan bahwa, program KB tetap dibutuhkan bangsa ini dalam situasi dan kondisi apapun. Ketika situasi bangsa berupaya melawan pandemi COVID-19, Program KB dengan gerakan mencegah putus pakai berKB harus terus dikampanyekan. Kepala BKKBN, dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) dalam kesempatannya disalah satu tv swasta nasional pada 6 Mei 2020 menyampaikan, akseptor KB di seluruh Indonesia saat ini berjumlah 28 juta pasangan. Kalau 10 persen saja akseptor KB mengalami penurunan dan mereka melakukan hubungan seks ketika stay at home 2 sampai 3 kali seminggu, maka potensi kehamilan bisa naik hingga 10 sampai 15 persen. Ketika situasi normal, jumlah kelahiran di Indonesia sebanyak 4,8 juta kelahiran, dan diproyeksikan bisa melonjak menjadi 5 juta 6 ratus ribu kelahiran.
Program gerakan cegah putus pakai berKB saat di rumah saja di tengah pandemi COVID 19 ini menurut Kepala BKKBN bermanfaat menurunkan risiko kasus kematian ibu dan bayi karena tidak terlayani, menurunkan reisiko kehamilan yang tidak diinginkan selama stay at home karena tidak berKB, dan menurunkan risiko peningkatan kasus stunting. Terakhir, Program Generasi Berencana. Sejak lama BKKBN sudah memberikan informasi dan pemahaman tentang kesehatan reproduksi, terkait dengan risiko tertular HIV - Aids, bahaya narkoba dan seks bebas. Salah satu Program BKKBN mengenai kesehatan reproduksi remaja (KRR) dikenal dengan Generasi Berencana (GenRe).
Menurut Oranisasi Kesehatan Sedunia (WHO), Kesehatan reproduksi merupakan suatu keadaan fisik, mental maupun sosial yang utuh. Tidak hanya terbebas dari penyakit atau kecacatan, tetapi juga segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi maupun prosesnya. Program GenRe BKKBN, remaja dibina dan diarahkan untuk menjalani masa transisi, dan merencanakan masa depan. Mulai dari masa pendidikan, karir, berumah tangga hingga nantinya menjadi anggota masyarakat kelak.
Pada masa pandemi COVID-19 para remaja diharapkan tidak kehilangan semangat dalam merencanakan masa depan sekaligus tetap fokus dalam menggapai tujuan hidup dan cita - cita . Sangat banyak kegiatan positif yang bisa dilakukan remaja saat di rumah saja dit engah pandemi COVID-19. Kegiatan seperti belajar dan meningkatkan kapasitas diri, beribadah, maupun membantu orang tua. Dengan demikian, para remaja tidak kehilangan fokus sehingga menjadikan momentum kegiatan saat di rumah saja sebagai percepatan peningkatan kualitas diri untuk menyongsong masa depan cerah.
Begitulah cara kita menyikapi pandemi COVID-19 agar tetap memberikan energi positif untuk diri kita, keluarga dan masyarakat. Kita diharapkan menyikapi situasi ini dengan tetap berprasangka baik terhadap keadaan, bukan malah terus meratapi kondisi sehingga membuat waktu dan peluang kita untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik menjadi lewat begitu saja. Mari kita lihat peluang dari setiap keadaan, salah satunya dengan tetap menjadi bagian dari Program BKKBN, pertama gerakan kembali ke meja makan, kedua gerakan cegah putus pakai pemakaian KB, dan terakhir, program generasi berencana untuk generasi muda Indonesia.
Penulis merupakan Staf (Penata Muda III a) Perwakilan BKKBN Sumbar