Kiat Mengelola Stres Saat Wabah Corona

id mengelola stres akibat corona, berita padang, berita sumbar

Kiat  Mengelola Stres Saat Wabah Corona

dr. Hardisman, MHID, PhD

Padang, (ANTARA) - Seiring dengan pandemi global Corona Virus Disease-2019 (COVID-19), pada tiga bulan terakhir media massa dipenuhi dengan berbagai berita tentang kasus dan kematian terkait penyakit ini. Terlebih lagi di Indonesia, sejak diumumkan pertama kali awal Maret 2020, berbagai media memberitakan bagaimana fatalnya kasus-kasus tersebut.

Kebebasan berpendapat dan lancarnya alur komunikasi secara daring juga memudahkan masyarakat berbagi informasi apa saja tentang COVID-19 di media sosial. Setiap orang bisa berbagi kisah tentang bagaimana penderitaan para pasien yang terdiagnosa penyakit ini.

Bahkan, prosedur penyelenggaraan jenazah pada kasus kematiannya juga dengan gamblang dapat dibagikan dan diketahui. Tidak jarang pula, berbagai berita di media sosial tersebut ditambahi dengan kalimat-kalimat hiperbola atau distorsi.

Akhirnya, berbagai berita yang semula diniatkan untuk menjadi pengingat dan kewaspadaan telah berubah menjadi sesuatu yang sangat menakutkan. Berita COVID-19 saat ini tidak lagi hanya menjadi pengingat agar masyarakat waspada dan mau melakukan tindakan pencegahan, tetapi telah berubah pula menjadi penyebab stres (stresor) psikis yang sangat kuat.

Lantas bagaimanakah bersikap dan apa yang harus dilakukan dalam kondisi sekarang sekarang ini agar dapat mengelola stres dengan baik?

Cerdas Menerima Berita

Pada dasarnya setiap orang membutuhkan stresor pemacu dalam melakukan sesuatu. Stresor dalam keadaan ringan adalah stimulus setiap orang mencapai keberhasilannya.

Begitu juga halnya dengan informasi tentang COVID-19. Informasi yang benar dan proporsional yang didapat akan menjadikan seseorang menjadi lebih waspada dan melakukan tindakan-tindakan pencegahan yang proporsional pula.

Berita yang berlebihan apalagi tidak diimbangi dengan kesiapan psikis yang baik, akan menyebabkan berita yang diterima menjadi bumerang.

Juga, seseorang yang mendapatkan informasi tidak dalam dasar kapasitas keilmuan yang dimilikinya juga bisa mengarahkannya kepada distorsi informasi. Informasi yang awalnya baik, namun karena ia tidak dapat menelaah dengan baik maka akan diartikan lain dan malah dapat menjadi penyebab ketakutan.

Oleh karena itu, hendaknya dalam situasi saat ini membaca, mendengar, dan menonton berita terkait dengan kasus kejadian COVID-19 ataupun berita kematiannya. Cukuplah sekadar tahu, bahwa kasusnya meningkat dan kita masih harus waspada dan terus melakukan pencegahan.

Terhadap informasi yang terkait dengan keilmuan, hendaknya setiap orang hanya membaca dan membenarkan informasi dan berita yang tidak meragukan. Jika ada hal yang meragukan bertanyalah pada ahlinya yang dapat menunjukkan rujukan ilmiah yang jelas.

Seiring dengan itu, hendaknya setiap orang menjaga diri dari untuk tidak menyebarkan berita dan informasi kepada orang lain yang belum jelas kebenarannya. Cukuplah berita itu sampai kepadanya dan tidak perlu disebarkan kepada orang lain lebih lanjut.

Dalam Islam, petunjuknya sudah jelas setiap orang dilarang mengikuti sesuatu yang ia tidak punya pengetahuan padanya apalagi hanya menduga-duga semata ( QS Al-Isra’ [17]:36). Begitu juga dalam hal menerima berita, harus telaah terlebih dahulu kebenarannya (QS Al-Hujurat [49]:6).

Bahkan, berita benar sekalipun belum tentu baik untuk disebarkan. Kebaikan tidak datang dari sekedar fakta yang benar. Kebaikan adalah fakta kebenaran yang bila disampaikan mendatangkan kebaikan pula.

Waspada Gangguan Psikosomatik

Stresor psikis yang berlebihan atau sangat hebat yang tidak mampu dikompensasi oleh seseorang, akan menjadikan kondisi distres. Kondisi ini tidak hanya berdampak secara psikis tapi juga dapat menimbulkan berbagai gangguan fisik.

Stresor psikis berlebihan dapat menyebabkan ketidakstabilan respon otonom simpatis dan parasimpatis. Hal ini dapat berpengaruh pada siseim hormon dalam tubuh, jantung dan pembuluh darah, saluran cerna, dan kekebalan tubuh.

Inilah penyebabnya, mengapa dengan ketegangan psikis akibat berita COVID-19 yang berlebihan banyak orang yang mampu penyakit lambungnya, tidak terkontrol gula darahnya, atau naik tekanan darahnya.

Oleh karena itu, selain proporsional menerima berita dan informasi perlu juga dilakukan relaksasi psikis dalam meredam munculnya dampak negatif stres yang berlebihan tersebut.

Pentingnya Ventilasi dan Relaksasi

Distres psikis dalam kondisi ringan-sedang dapat ditanggulangi secara mandiri dan dukungan sosial. Salah satu upaya dalam menanggulanginya adalah dengan melakukan ventilasi dan relaksasi psikis.

Secara sederhana kondisi psikis dapat diibaratkan dengan sebuah ruangan. Ruangan yang tertutup akan pengap dan membutuhkan jendela atau ventilasinya dibuka agar udaranya menjadi segar. Begitu pula ketegangan psikis, yang membutuhkan komunikasi yang nyaman untuk menghilangkan ketegangannya itu.

Peregangan atau relaksasi pada fisik juga berlaku pada psikis. Psikis yang tegang membutuhkan suasana yang nyaman, berita bahagia, lingkungan keluarga yang ceria. Selain itu, dalam berbagai ajaran agama juga mengajarkan bagaimana relaksasi psikis. Orang yang yakin dalam agamanya, akan menyerahkan segala persoalannya atau tawakal kepada Tuhannya.

Dalam ajaran Islam, konsep ibadah dan dzikir salah satu hikmahnya adalah sebagai bentuk metode relaksasi yang sempurna. Ibadah dan Dzikir yang dilakukan dengan keimanan yang sempurna akan melahirkan ketenangan dan ketentraman jiwa (QS AR-Ra’ad [13]:28 dan Thaha [20]:130), sehingga akan terhindar dari segala bentuk distres psikis dan psikosomatik.

Cukuplah Berita Menjadi Kewaspadaan

Memang, pandemi COVID-19 masih menjadi ancaman secara global. Global World Metric telah mencatat telah melewati 1 juta kasus yang tersebar di segala penjuru dunia. Angka kematiannya mencapai 5,5 persen atau telah melewati 50.000 orang.

I

ndonesia tanpa terkecuali, kasusnya juga terus meningkat. Kasus yang tercatat telah mendekati 2.000 kasus, dan kasus meninggal mendekati 200 orang. Bahkan tidak hanya itu, beberapa pakar di dalam dan luar negeri menyatakan bahwa banyak kemungkinan kasus COVID-19 ini jauh lebih besar dari yang tercatat. Serta angka kematiannya juga dimungkinkan lebih besar dari itu.

Lebih rendahnya kasus yang terjadi sangat dimungkinkan karena sedikitnya yang diperiksa. Jumlah laboratorium PCR sebagai alat diagnostik standar yang direkomendasi dan diizinkan pemerintah jauh lebih sedikit dibandingkan kebutuhan secara nasional. Ini juga menjadi tambahan was-was di masyarakat.

Mengikuti perkembangan informasi dan berita banyak manfaatnya. Namun dalam menyikapi wabah COVID-19, cukuplah ia menjadi penambah pengetahuan dan pengingat untuk kewaspadaan dalam meningkatkan pencegahan.

Penulis adalah Dosen Fakultas Kedokteran UNAND, Bidang Kedokteran Komunitas dan Pencegahan