Jakarta, (Antaranews Sumbar) - Senior Vice President Aksi Cepat Tanggap (ACT) Syuhelmaidi Syukur menyatakan pihaknya akan segera mengirimkan tim kemanusian ke Uighur, di Provinsi Xinjiang, China yang berpenduduk Muslim.
"Krisis semakin memuncak dengan adanya pembatasan HAM terhadap masyarakat Uighur, seperti pelarangan untuk beribadah. ACT saat ini berikhtiar penuh merespons dalam bentuk bantuan kemanusiaan untuk masyarakat Uighur," katanya dalam keterangan resmi yang diterima Antara, di Jakarta, Selasa.
Syuhelmaidi Syukur mengungkapkan, pasang surut krisis kemanusiaan yang menimpa etnis Uighur telah terjadi puluhan tahun silam.
Sejak dua tahun lalu, tepatnya Januari 2017, ACT memberikan bantuan pendidikan kepada sejumlah mahasiswa Uighur di Turki.
Pada tahun yang sama, kurban dari masyarakat Indonesia juga ditunaikan bagi pengungsi Uighur di Turki.
Dalam waktu dekat, ACT akan memberangkatkan tim untuk memberikan bantuan dan meninjau langsung sejumlah pengungsi Uighur.
"Insya Allah kita akan memberangkatkan tim dalam beberapa fase. Selain di Xinjiang, banyak diaspora Uighur tersebar di berbagai negara seperti Turki dan Kirgistan. Dalam pekan ini kami akan memberangkatkan Tim Sympathy of Solidarity (SOS) untuk Uighur I," ujar Syuhelmaidi.
Sementara itu, protes PBB atas dugaan penahanan sekitar satu juta Muslim Uighur kembali menjadi perhatian dunia.
Begitu pun desakan Amnesty Internasional yang menuntut Pemerintah China bertanggung jawab atas penahanan massal etnis Uighur di kamp-kamp interniran (tempat menahan penduduk sipil atau tawanan militer) di Provinsi Xinjiang.
Sejumlah media internasional melaporkan, sekitar satu juta orang yang diduga berasal dari etnis Uighur itu ditahan dengan dalih reedukasi.
Tercatat beberapa tahun belakangan, otoritas China mengeluarkan sejumlah peraturan yang mendiskriminasi kebebasan individu Uighur dalam beragama, seperti melarang masyarakat Muslim Uighur menjalankan puasa Ramadhan atau mengenakan burka (jilbab).
Tingginya represi yang diterima etnis Uighur di Xinjiang membuat sejumlah Muslim Uighur di sana mengungsi ke negara-negara yang berbatasan langsung dengan Xinjiang, seperti Kirgistan dan Turki.
Anak yatim
Direktur Global Humanity Response (GHR) ACT Bambang Triyono menambahkan sejumlah bantuan akan disampaikan kepada pengungsi Uighur, khususnya anak-anak yatim Uighur.
Bantuan tersebut akan diberikan dalam bentuk bantuan pendidikan, modal usaha, dan kebutuhan musim dingin.
"Semua program akan segera diinisiasi. Selain itu, negara-negara yang akan kita kunjungi dalam keadaan musim dingin, bantuan yang diberikan juga berupa kebutuhan musim dingin," katanya.
Selain Turki, ACT akan menyapa pengungsi Uighur di tiga negara yang secara geografis berdekatan dengan wilayah domisili terbesar mereka, Xinjiang.
Ketiga negara tersebut meliputi Kirgistan, Kazakhstan, dan Uzbekistan. Tim diperkirakan akan berangkat sebelum Januari 2019.
Di samping itu, Bambang menyampaikan, isu kemanusiaan Uighur akan tetap menjadi perhatian Solidaritas Kemanusiaan Dunia Islam (SKDI).
"GHR yang diberikan mandat soal ini sekuat tenaga pastilah merespons di mana pun ada isu-isu kemanusiaan yang ada di negara-negara SKDI. Termasuk Uighur, tidak menutup kemungkinan kita menyapa warga Uighur di tempat asalnya," kata Bambang.
Dari dalam negeri, Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Muhammad Sirajuddin Syamsuddin atau Din Syamsuddin mengecam penindasan muslim Uighur di Xinjiang. Din mengatakan, penindasan yang dilakukan kepada muslim Uighur di China telah melanggar hak asasi manusia.
Etnis Uighur merupakan suku minoritas Muslim yang menjadi penduduk mayoritas di Provinsi Xinjiang, China Barat.
Dilansir dari berbagai sumber, sensus populasi etnik yang ditulis Departemen Statistik Populasi, Sosial, Sains dan Teknologi, Biro Statistik Nasional Tiongkok tahun 2000 menyebutkan, 45,84 persen penduduk di Xinjiang adalah suku Uighur.
Beberapa bulan terakhir di tahun 2018 ini, sejumlah media internasional memberitakan adanya kamp indoktrinasi untuk warga etnis Uighur dari Pemerintah China. (*)
Berita Terkait
Asma Nadia luncurkan novel "Assalamualaikum Beijing 2", termotivasi konflik Uighur dan kisah cinta sejati
Selasa, 5 Oktober 2021 14:13 Wib
28 pejabat era Trump termasuk Pompeo dilarang masuk China
Kamis, 21 Januari 2021 8:14 Wib
Testimoni Warga Uighur Xinjiang
Senin, 21 Desember 2020 16:28 Wib
China tanggapi Trump, peringatkan tindakan balasan atas UU Muslim Uighur
Kamis, 18 Juni 2020 10:50 Wib
Presiden Trump teken RUU serukan sanksi atas penindasan China terhadap Muslim Uighur
Kamis, 18 Juni 2020 8:29 Wib
Senat AS loloskan RUU tekan China atas pemenuhan hak Muslim Uighur
Jumat, 15 Mei 2020 15:35 Wib
China klaim masjid di Xinjiang lebih banyak daripada di Amerika Serikat
Kamis, 27 Februari 2020 6:57 Wib
Umat Islam di China donasikan Rp185 miliar tanggulangi penyebaran virus corona
Rabu, 26 Februari 2020 6:19 Wib