Jakarta (ANTARA) - Pemerintah China menyebut gelandang Arsenal Mesut Ozil telah "dibutakan oleh beberapa berita serta kata-kata palsu" terkait konflik etnik Uighur dan bersedia mengundang sang pemain untuk mengunjungi Xinjiang agar dapat "membedakan yang benar dan salah" setelah pemain asal Jerman tersebut mengunggah pesan di media sosial-nya untuk mendukung etnik minoritas Muslim di negara itu.
Ozil, memang diketahui adalah seorang Muslim, dianggap tidak tahu situasi sebenarnya di wilayah tersebut, menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri China Geng Shuang yang dilansir CNN Internasional pada Senin (16/12).
Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengatakan bahwa selama dua setengah tahun terakhir, China telah menahan hingga 2 juta warga Uighur, yang mayoritas adalah Muslim.
"Ia (Ozil) tidak tahu bahwa pemerintah China melindungi warga China, termasuk kebebasan beragama warga Uighur, sesuai dengan hukum," kata Shuang dalam jumpa pers hariannya.
"Saya dapat mengatakan kepadanya bahwa Xinjiang China saat ini menikmati stabilitas politik, pembangunan ekonomi, persatuan nasional, keharmonisan sosial dan orang-orang hidup serta bekerja dalam damai."
Media pemerintah China diketahui memboikot siaran pertandingan Liga Premier Inggris antara Arsenal melawan Manchester City pada Minggu setelah komentar Ozil di media sosial terkait konflik etnik Uighur di negara tirai bambu itu.
"(Di China) Al-Quran dibakar, masjid ditutup, sekolah-sekolah teologi Islam, madrasah dilarang, cendekiawan agama dibunuh satu per satu. Meski begitu demikian, umat Islam tetap diam," katanya dalam sebuah unggahan di akun Twitter dan Instagram-nya.(sumber CNN Internasional)