Menikmati harum randang di parkir Timur Senayan
Padang, (Antaranews Sumbar) - Sumatera Barat amat kaya dengan potensi pariwisata dan seni budaya termasuk ragam kuliner yang pasti tidak akan terlupakan jika pernah mencobanya, agak sekali saja.
Rasa kuliner provinsi yang juga identik dengan Ranah Minang itu menurut gubernurnya Irwan Pratirno, hanya dua dua saja yaitu enak dan enak sekali.
Mungkin Anda berfikir itu hanya upaya sang gubernur untuk promosi daerahnya. Ya, siapa sih yang tidak mau membangga-banggakan kelebihan daerahnya sendiri?
Tetapi apa yang dikatakan Irwan itu sebenarnya tidak terlalu dilebih-lebihkan karena faktanya salah satu kuliner khas dari daerah itu, randang atau sering disebut Randang Padang, memang telah dinobatkan sebagai salah satu makanan terenak di dunia versi CNN selama empat tahun berturut-turut.
Kuliner khas Minangkabau yang konon telah sejak abad ke III III Masehi itu sesungguhnya memiliki varian yang sangat banyak, tergantung daerah produksinya di Sumbar.
Masing-masing nagari (desa adat) dalam satu kabupaten/kota bisa saja memiliki cita rasa randang yang berbeda, tetapi tentu masih pada pakem yang sama, enak dan enak sekali.
Randang yang paling dikenal adalah randang daging sapi. Proses memasak yang panjang dan lama dengan rempah dan bumbu membuat tekstur daging itu menjadi lembut-empuk dengan rasa pedas-manis yang gurih. Randang jenis inilah yang telah mendunia dan mendapatkan label sebagai makanan terenak di dunia.
Salah seorang chef "penjaga resep autentik" Randang Padang, Dian Anugrah menyebut untuk mendapatkan cita rasa terbaik salah satu rahasianya adalah memasak dengan api kecil dalam waktu lama hingga 10 jam agar bumbu meresap sempurna.
Proses memasaknya juga dengan cara tradisional menggunakan kayu bakar khususnya kayu casiavera sehingga aroma yang dihasilkan lebih harum.
"Kunci pengaturan rasa rendang ada pada panas dan suhu sehingga jika tidak pandai menggunakan kayu bakar rendang bisa gagal," ujar dia.
Kepala Badan Penghubung Provinsi Sumbar Andre Setiawan menyebutkan kuliner randang sangat erat kaitannya dengan adat dan budaya Minangkabau.
Randang adalah makanan "adat" yang dibedakan berdasarkan fungsinya. Ada randang untuk acara batagak pangulu (datuk), ada randang untuk acara sunatan, randang untuk manjalang bako, dan randang untuk pesta.
Itulah sebabnya randang memiliki banyak varian. Dari data sementara, jenis randang di Sumbar ada sekitar 400 jenis. Bisa jadi kalau didata lagi secara serius, jumlah dan jenis randang bisa lebih dari itu.
Masing-masing nagari, jorong, kaum, suku dan kabupaten serta kota mempunyai ciri khasnya masing-masing. Ada Randang Solok, ada Randang Padang, ada Randang Batusangkar, Randang Pariaman, Randang Pesisir Selatan, Randang Bukittinggi dan lain-lain.
Sebagai kuliner yang telah beberapa kali membanggakan Indonesia di kancah internasional, pantas rasanya jika kuliner itu "dinasionalisasi" menjadi kuliner khas Indonesia dari Ranah Minang.
Itu yang menjadi salah satu latar belakang Pemprov Sumbar menggelar Festival Nusantara Marandang. Festival yang baru pertama digelar ini akan mengundang perwakilan seluruh provinsi di Indonesia untuk ikut memasak randang yang benar sesuai cita rasa asli masakan Minangkabau. Takaran bumbu, kelapa, jenis daging, cara memasak dan lama waktu memasak.
Peserta juga akan diikutkan lomba. Masing-masing kelompok dari 34 provinsi itu terdiri dari 2 orang mewakili remaja dan dewasa.
Puncak acara Festival Nusantara Marandang akan diselenggarakan di kawasan lapangan Parkir Senayan, Jakarta 2 Desember 2018.
Agar lebih meriah acara itu juga akan diisi dengan kegiatan Pemecahan Rekor MURI berupa hasil terbanyak kreasi memasak Randang.
"Untuk lebih menggaungkan event Nusantara Marandang 2018 ini, juga akan diadakan berbagai atraksi seni budaya, dan aneka lomba lomba," katanya.
Acara Nusantara Marandang juga akan dimeriahkan dengan bazaar kuliner. Bazar kuliner ini selain mengangkat aneka masakan Randang, cara pembuatan yang sangat tradisional, juga akan mengangkat komunitas Minangkabau di Jakarta serta para pelaku usaha mikro kecil dan menengah yang berkaitan dengan masakan Randang.
Masyarakat pecinta kuliner yang kebetulan berada di Jakarta, bisa ikut menikmati harum aroma randang yang menggugah selera dan mencoba kuliner terenak di dunia itu.
Sementara itu Ketua Tim Percepatan Wisata Belanja dan Kuliner Kementerian Pariwisata, Vita Datau Messakh mengatakan agar randang bisa diterima oleh wisatawan asing, harus ada standar khusus yang ditetapkan agar sesuai dengan lidah mereka.
Saat ini standar yang digunakan adalah rendang daging sapi. Bahan utama yang digunakan berupa daging juga perlu disesuikan dengan jenis yang telah biasa dikonsumsi oleh warga asing.
Standar itu harus makin ketat jika ingin menjadikan randang sebagai komoditas ekspor untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sumbar. Jumlah produksi dengan standar yang sama harus digenjot agar bisa memenuhi permintaan.
Solusinya adalah industrialisasi randang. Hanya saja, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menilai industri menengah atau besar tidak cocok untuk masyarakat Sumbar yang cenderung egaliter, lebih mendahulukan otak dari pada otot.
Banyak contoh yang memperlihatkan sulitnya industri menengah dan besar berkembang di provinsi itu. Karenanya, Irwan menilai randang lebih cocok diproduksi dalam skala UMKM di daerah itu.
Sementara jika ingin menaikkan level pada industri menengah atau besar untuk kepentingan ekspor, bisa dibangun di Jawa atau provinsi lain.
Namun yang jelas, jika bicara randang, semua orang sudah tau itu berasal dari Sumbar, Ranah Minang, katanya. (*)
Rasa kuliner provinsi yang juga identik dengan Ranah Minang itu menurut gubernurnya Irwan Pratirno, hanya dua dua saja yaitu enak dan enak sekali.
Mungkin Anda berfikir itu hanya upaya sang gubernur untuk promosi daerahnya. Ya, siapa sih yang tidak mau membangga-banggakan kelebihan daerahnya sendiri?
Tetapi apa yang dikatakan Irwan itu sebenarnya tidak terlalu dilebih-lebihkan karena faktanya salah satu kuliner khas dari daerah itu, randang atau sering disebut Randang Padang, memang telah dinobatkan sebagai salah satu makanan terenak di dunia versi CNN selama empat tahun berturut-turut.
Kuliner khas Minangkabau yang konon telah sejak abad ke III III Masehi itu sesungguhnya memiliki varian yang sangat banyak, tergantung daerah produksinya di Sumbar.
Masing-masing nagari (desa adat) dalam satu kabupaten/kota bisa saja memiliki cita rasa randang yang berbeda, tetapi tentu masih pada pakem yang sama, enak dan enak sekali.
Randang yang paling dikenal adalah randang daging sapi. Proses memasak yang panjang dan lama dengan rempah dan bumbu membuat tekstur daging itu menjadi lembut-empuk dengan rasa pedas-manis yang gurih. Randang jenis inilah yang telah mendunia dan mendapatkan label sebagai makanan terenak di dunia.
Salah seorang chef "penjaga resep autentik" Randang Padang, Dian Anugrah menyebut untuk mendapatkan cita rasa terbaik salah satu rahasianya adalah memasak dengan api kecil dalam waktu lama hingga 10 jam agar bumbu meresap sempurna.
Proses memasaknya juga dengan cara tradisional menggunakan kayu bakar khususnya kayu casiavera sehingga aroma yang dihasilkan lebih harum.
"Kunci pengaturan rasa rendang ada pada panas dan suhu sehingga jika tidak pandai menggunakan kayu bakar rendang bisa gagal," ujar dia.
Kepala Badan Penghubung Provinsi Sumbar Andre Setiawan menyebutkan kuliner randang sangat erat kaitannya dengan adat dan budaya Minangkabau.
Randang adalah makanan "adat" yang dibedakan berdasarkan fungsinya. Ada randang untuk acara batagak pangulu (datuk), ada randang untuk acara sunatan, randang untuk manjalang bako, dan randang untuk pesta.
Itulah sebabnya randang memiliki banyak varian. Dari data sementara, jenis randang di Sumbar ada sekitar 400 jenis. Bisa jadi kalau didata lagi secara serius, jumlah dan jenis randang bisa lebih dari itu.
Masing-masing nagari, jorong, kaum, suku dan kabupaten serta kota mempunyai ciri khasnya masing-masing. Ada Randang Solok, ada Randang Padang, ada Randang Batusangkar, Randang Pariaman, Randang Pesisir Selatan, Randang Bukittinggi dan lain-lain.
Sebagai kuliner yang telah beberapa kali membanggakan Indonesia di kancah internasional, pantas rasanya jika kuliner itu "dinasionalisasi" menjadi kuliner khas Indonesia dari Ranah Minang.
Itu yang menjadi salah satu latar belakang Pemprov Sumbar menggelar Festival Nusantara Marandang. Festival yang baru pertama digelar ini akan mengundang perwakilan seluruh provinsi di Indonesia untuk ikut memasak randang yang benar sesuai cita rasa asli masakan Minangkabau. Takaran bumbu, kelapa, jenis daging, cara memasak dan lama waktu memasak.
Peserta juga akan diikutkan lomba. Masing-masing kelompok dari 34 provinsi itu terdiri dari 2 orang mewakili remaja dan dewasa.
Puncak acara Festival Nusantara Marandang akan diselenggarakan di kawasan lapangan Parkir Senayan, Jakarta 2 Desember 2018.
Agar lebih meriah acara itu juga akan diisi dengan kegiatan Pemecahan Rekor MURI berupa hasil terbanyak kreasi memasak Randang.
"Untuk lebih menggaungkan event Nusantara Marandang 2018 ini, juga akan diadakan berbagai atraksi seni budaya, dan aneka lomba lomba," katanya.
Acara Nusantara Marandang juga akan dimeriahkan dengan bazaar kuliner. Bazar kuliner ini selain mengangkat aneka masakan Randang, cara pembuatan yang sangat tradisional, juga akan mengangkat komunitas Minangkabau di Jakarta serta para pelaku usaha mikro kecil dan menengah yang berkaitan dengan masakan Randang.
Masyarakat pecinta kuliner yang kebetulan berada di Jakarta, bisa ikut menikmati harum aroma randang yang menggugah selera dan mencoba kuliner terenak di dunia itu.
Sementara itu Ketua Tim Percepatan Wisata Belanja dan Kuliner Kementerian Pariwisata, Vita Datau Messakh mengatakan agar randang bisa diterima oleh wisatawan asing, harus ada standar khusus yang ditetapkan agar sesuai dengan lidah mereka.
Saat ini standar yang digunakan adalah rendang daging sapi. Bahan utama yang digunakan berupa daging juga perlu disesuikan dengan jenis yang telah biasa dikonsumsi oleh warga asing.
Standar itu harus makin ketat jika ingin menjadikan randang sebagai komoditas ekspor untuk membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Sumbar. Jumlah produksi dengan standar yang sama harus digenjot agar bisa memenuhi permintaan.
Solusinya adalah industrialisasi randang. Hanya saja, Gubernur Sumbar Irwan Prayitno menilai industri menengah atau besar tidak cocok untuk masyarakat Sumbar yang cenderung egaliter, lebih mendahulukan otak dari pada otot.
Banyak contoh yang memperlihatkan sulitnya industri menengah dan besar berkembang di provinsi itu. Karenanya, Irwan menilai randang lebih cocok diproduksi dalam skala UMKM di daerah itu.
Sementara jika ingin menaikkan level pada industri menengah atau besar untuk kepentingan ekspor, bisa dibangun di Jawa atau provinsi lain.
Namun yang jelas, jika bicara randang, semua orang sudah tau itu berasal dari Sumbar, Ranah Minang, katanya. (*)