Inovasi di Industri terus berkontribusi mengurangi sampah plastik

id sampah plastik

Inovasi di Industri terus berkontribusi mengurangi sampah plastik

Sampah plastik. (FOTO ANTARA SUMBAR/Iggoy el Fitra)

Misalnya menggunakan plastik yang lebih mudah didaur ulang. Sebagian industri sudah menggunakan plastik jenis polyethylene terephthalate (PET) yang 90 persennya bisa didaur ulang,
Jakarta, (Antaranews Sumbar) - Berbagai inovasi yang dilakukan di kalangan industri terus berkontribusi terhadap pengurangan sampah plastik dan yang menjadi isu utama kelestarian lingkungan.

Direktur Yayasan Unilever Indonesia, Sinta Kaniawati dalam sebuah diskusi mengenai sampah plastik laut yang diselenggarakan Kedutaan Besar Australia di Jakarta, Selasa (27/11) malam, menjelaskan bahwa industri telah berupaya mengurangi plastik sebagai bahan kemasan produk atau menggantinya dengan plastik yang lebih baik.

"Misalnya menggunakan plastik yang lebih mudah didaur ulang. Sebagian industri sudah menggunakan plastik jenis polyethylene terephthalate (PET) yang 90 persennya bisa didaur ulang," kata Sinta.

Unilever Indonesia juga sedang menjajaki peluang pembuatan prototipe gagang sikat gigi berbahan bambu, yang diharapkan akan perlahan-lahan mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap plastik.

Inovasi ini diakui Sinta bukanlah hal yang baru karena sejumlah industri sudah memproduksi sikat gigi bambu, hanya saja skalanya masih kecil sehingga diperlukan perhitungan yang lebih menyeluruh agar bisa diproduksi dalam skala besar dan harganya terjangkau bagi masyarakat.

Selain melalui inovasi, industri juga tidak henti mempromosikan konsep 5R (reduce, reuse, recycle, replace, replant) untuk menyukseskan gerakan "zero waste".

"Kami berusaha mendorong lewat perbaikan gaya hidup. Menanamkan pada konsumen agar hanya menggunakan apa yang diperlukan, sehingga mereka bisa ikut mengontrol konsumsi plastik," katanya.

Sebagai pimpinan PRAISE, sebuah asosiasi yang mendukung pengemasan dan daur ulang untuk lingkungan Indonesia yang berkelanjutan, Sinta menggarisbawahi pentingnya kebiasaan memilah sampah sebagai langkah awal dari pengelolaan sampah plastik.

Pemilahan sampah disebutnya akan mengurangi biaya pengelolaan sampah yang ternyata tidak murah, jika sampah tercampur.

"Sayangnya memilah sampah bukanlah DNA masyarakat Indonesia. Hampir 95 persen masyarakat kita belum terbiasa dengan teknik ini, sehingga tantangan terbesar buat kami adalah mengedukasi publik," katanya.

Sependapat dengan Sinta, Direktur SecondMuse Indonesia Simon Baldwin menilai masalah sampah plastik harus diselesaikan dengan kerja sama berbagai pihak.

Penanganan sampah plastik bukan hanya tentang regulasi atau upaya daur ulang.

"Ini adalah tanggung jawab kita bersama, terutama bagaimana kita bisa memperbaiki perilaku konsumen," ujar Simon yang memfokuskan usahanya pada upaya menciptakan ekonomi yang tangguh dan berkelanjutan dengan mengembangkan ide bisnis inovatif.