Lubang Sawah Luwung disiapkan menjadi pusat pendidikan dan wisata tambang

id Batubara,Ombilin, bukit asam, wisata, pendidikan

Lubang Sawah Luwung disiapkan menjadi pusat pendidikan dan wisata tambang

Lubang Tambang Sawah Luwung yang terletak di Desa Rantih Kecamatan Talawi, Kota Sawahlunto Sumatera Barat, disiapkan sebagai tempat wisata dan pendidikan tambang bawah tanah oleh PT Bukit Asam. (Antara Sumbar/Syahrul R/18)

Sawahlunto, salah satu kota di Sumatera Barat yang memiliki sejarah panjang dalam hal pertambangan ini sedang bersiap menjadi tempat pendidikan dan praktik tambang bawah tanah serta destinasi wisata.

Daerah yang dijuluki sebagai Kota Tambang ini juga dikenal sebagai penghasil batubara terbaik di dunia, batubara yang dihasilkan memiliki nilai kalori lebih dari 7 kcal per kg.

Saat ini, tidak kurang dari 110 juta ton cadangan batubara yang masih tersimpan di bawah kota tersebut, seluruhya berada pada beberapa lokasi penambangan, seperti Ombilin 1, Ombilin 2 (Sugar Waringin) serta Ombilin 3 dan Sigalut.

Sumber daya alam yang sebelumnya dieksplorasi oleh Belanda ini kemudian dipegang oleh PT Bukit Asam (PTBA), sebuah perusahaan BUMN yang bergerak di bidang pertambangan.

Selanjutnya, operasional beberapa lubang yang dikelola oleh PTBA tersebut terpaksa harus dihentikan, lantaran tidak sesuainya antara biaya produksi dengan hasil yang didapatkan.

Sementara itu, catatan sejarah terkait aktivfitas penambangan di Sawahlunto sudah cukup panjang, dengan penambangan pertama dilakukan oleh Belanda pada pertengahan abad IX masehi.

Hal tersebut diawali dengan temuan pakar geologi Belanda, de Groet pada tahun 1858, yang berhasil menemukan cadangan batubara di sekitar Sungai Ombilin.

Selanjutnya pada tahun 1867 temuan tersebut ditindaklanjuti oleh Willem Hendrik de Greve dan diteliti lebih seksama oleh Verbeck, yang kemudian membuat pihak Belanda memutuskan untuk melakukan eksplorasi guna mengeluarkan hasil bumi yang dikenal memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi tersebut.

Menjadi Tempat Pendidikan

Akibat tidak lagi ada kesesuaian antara biaya operasional dengan hasil yang diperoleh, akhirnya memaksa pihak PTBA untuk menutup salah satu lokasi penambangan yang terletak di Desa Rantih, Kecamatan Talawi.

Lubang Sawah Luwung, sebuah lubang tambang yang memiliki kedalaman 3.5 kilometer tersebut sudah tidak lagi beroperasi semenjak Februari 2016 dan direncanakan akan segera ditutup.

Lubang yang pertama kali dibuka pada tahun 1980 tersebut tidak seluruhnya yang akan ditutup permanen, akan tetapi masih terdapat lebih kurang 1.5 kilometer yang akan digunakan sebagai sarana pendidikan.

Genaral Manager PTBA Unit Pertambangan Ombilin, Nan Budiman mengatakan lubang tersebut direncanakan dijadikan tempat praktik bagi mahasiswa Politeknik Tambang, sebuah institusi yang merupakan pengembangan dari Balai Diklat Tambang Bawah Tanah Kementrian ESDM.

Ia menyebutkan, setelah dibuka nanti, lokasi itu merupakan tempat praktik tambang bawah tanah yang pertama di Indonesia.

Politeknik tersebut direncanakan sudah dimulai pada September mendatang, akan tetapi hal tersebut masih diurus oleh Balai Diklat Tambang Bawah Tanah, sementara pihak PTBA mempersiapkan segala kebutuhan untuk itu.

"Mudah-mudahan pada 2019 nanti fasilitas praktik Tambang Bawah Tanah ini dapat dimanfaatkan secara utuh," katanya.

Sementara itu Koordinator Perencanaan Tambang PTBA, Manaf mengatakan penutupan Lubang Sawah Luwung ini direncanakan akan dilakukan pada tahun 2018 ini.

Ia menuturkan, Lubang Sawah Luwung masing-masingnya terhubung dengan lubang lain yang ada di sekitarnya, seperti Lubang Sapan 1 dan Sapan 2 pada kedalaman 500 meter.

Secara fisik, jalur utama Sawah Luwung memiliki dimensi sepanjang 4,5 meter dan tinggi 3 meter dengan elevasi 214 meter diatas permukaan laut (mdpl).

Pengawas Keselamatan Kerja Unit Pertambangan Ombilin, Iqbal menambahkan, dalam persiapannya, saat ini proses sudah memasuki tahap penyusunan teknis antara PTBA dengan Balai Diklat Tambang Bawah Tanah.

Nantinya, dalam proses pendidikan akan dipelajari bagaimana cara untuk melakukan penambangan di dalam lubang, mulai dari peledakan di dalam lubang hingga sistem ventilasi atau sirkulasi udara.

Selain itu juga akan dipelajari cara memasang penyangga serta jenis-jenisnya, antara lain penyanggaan dengan beton, besi, kayu atau balok dan lain sebagainya. Selanjutnya disini juga akan dipelajari cara menetralisir gas berbahaya agar tidak membahayakan penambang saat bekerja.

Menurut Iqbal, saat ini kondisi gas yang ada di Lubang Sawah Luwung terbilang aman, sebagaimana informasi yang terdapat pada bagian masuk lubang menyebutkan bahwa lubang tersebut memiliki konsentrasi gas pada CO (karbon monoksida), CO 2 (karbon dioksida) serta CH4 (metan) dalam angka nol.

Wisata Tambang

Selain sebagai pusat pendidikan, Lubang Sawah Luwung juga direncanakan sebagai lokasi wisata edukasi bagi masyarakat umum, tentu dengan berbagai persiapan dan perencanaan agar wisata tersebut aman bagi setiap pengunjungnya.

Nan Budiman mengatakan, pada dasarnya Lubang Sawah Luwung diprioritaskan sebagai tempat pendidikan, akan tetapi fungsi pariwisata juga sedang dipertimbangkan dan akan dilakukan pada batasan-batasan tertentu.

"Dalam hal ini terdapat dua fungsi, yaitu fungsi pendidikan dan wisata. Dalam fungsi wisata tentu arenya terbatas, sebab pertimbagannya adalah keselamatan pengunjung serta lokasi tambang itu sendiri," ujarnya.

Sebelumnya, telah ada satu lubang tambang peninggalan Belanda yang dikelola sebagai destinasi wisata, yaitu Lubang Mbah Suro yang terletak di Tangsi Baru Kelurahan Tanah Lapang, Kecamatan Lembah Segar.

Selain itu, Manaf yang sudah puluhan tahun mengabdikan diri untuk mengurus perencanaan tambang PTBA menuturkan untuk kepentingan pariwisata yang akan mendatangkan wisatawan dari berbagai kalangan, maka segala sesuatunya harus disiapkan, terutama soal keamanan.

Untuk itu menurut dia, dari beberapa lubang yang layak dijadikan wisata tambang, pihaknya akan bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat guna menyiapkan agar lubang tersebut dapat dijadikan objek wisata tambang ke depannya.

Menurutnya, selain Sawah Luwung, masih ada beberapa lubang lain yang memiliki potensi sebagai destinasi wisata, seperti Lubang Lunto II yang berada di daerah Saringan.

Untuk kelayakan, pihaknya akan melakukan pengembangan dari daerah tersebut hingga ke arah Sungai Durian, agar ke depannya dapat dilakukan peninjauan untuk mengetahui kondisi lubang-lubang bekas tambang tersebut.

"Untuk wisata semoga pada awal 2019 nanti dapat dieksekusi. Kami sedang menyiapkan penutupan di beberapa tempat guna mengendalikan gas," katanya. (*)