Sarilamak, (Antaranews Sumbar) - Pedagang pengumpul di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, kesulitan mencari cengkih untuk dibeli karena petani semakin sedikit menanam komoditas tersebut.
"Beberapa tahun lalu masih banyak masyarakat yang panen dan menjual cengkihnya, namun saat ini makin sedikit," kata seorang pedagang pengumpul Johan (47) di Sarilamak, Jumat.
Menurutnya hal tersebut disebabkan oleh tanaman cengkih yang semakin tua dan tidak diremajakan oleh petani sehingga produksinya terus menurun, bahkan saat ini sudah cukup minim.
Padahal lanjutnya harga cengkih cukup bagus yakni Rp85.000 per kilogram. Untuk itu ia berharap masyarakat kembali tertarik menanam cengkih karena harga yang baik dan diperkirakan tidak akan turun signifikan.
Menurutnya karena produksi komoditas yang berbahasa latin "syzygium aromaticum" tersebut cukup kecil, cengkih di Sumatera Barat tidak lagi diekspor, melainkan hanya memenuhi kebutuhan lokal.
Kebutuhan lokal tersebut seperti untuk sejumlah pabrik rokok yang ada di Pulau Jawa, namun terkadang ada juga diekspor dalam jumlah yang cukup kecil ke Singapura.
Ke depan ia berharap masyarakat kembali menanam cengkih atau setidaknya menyisipkan komoditas tersebut di kebunnya sehingga produksi cengkih kembali ada di Limapuluh Kota.
"Cengkih ini dahulunya komoditas paling dicari oleh bangsa lain, namun saat ini produksinya cukup memprihatinkan," katanya.
Ia juga mendorong pemerintah gar memberikan perhatian terhadap komoditas tersebut, melalui bantuan bibit dan penyuluhan kepada petani.
Sementara salah seorang petani di daerah tersebut, Sofita (49) mengatakan di kebunnya dulu ada banyak tanaman cengkih, namun sudah berusia tua lalu mati dan hingga kini tidak ditanami lagi.
"Mencari bibitnya cukup sulit di sini, dan berbuahnya juga lama," tambahnya.
Selain untuk bahan baku rokok, cengkih juga dimanfaatkan untuk membantu mengobati sakit gigi, mencegah peradangan, mengatasi mual dan muntah serta menyehatkan jantung. (*)