Ketika tenaga robot mengantikan wartawan menulis berita

id robot

Ketika tenaga robot mengantikan wartawan menulis berita

Ilustrasi robot. (Antara)

Hangzhou, (Antaranews Sumbar) - Di negara maju, peran robot dalam membantu melakukan pekerjaan sehari-hari sudah tidak aneh lagi, bahkan pelan-pelan kian meluas ke pekerjaan yang membutuhkan keahlian yang spesifik.

Seperti di Jepang, sebuah restoran menggunakan tenaga robot dalam melayani pembeli dan robot yang diperbantukan dalam pengepakan kemasan perusahaan pengiriman barang tersohor di China, Alibaba.

Namun, apa jadinya jika robot menggantikan peran wartawan dalam menulis berita?

Zhejiang Daily Press Group merupakan salah satu perusahaan media di China yang menggunakan robot dalam membantu membuat berita.

Tenaga robot sebagai "artificial intelligence" dalam sistem sebuah komputer itu dinamakan "Media Cube".

Wakil Direktur Pemberitaan Zhejiang Daily Press Group Chen Minwei mengatakan pihaknya telah menggunakan tenaga robot sejak dua tahun lalu dengan investasi satu miliar yuan.

"Robot kami bisa menghasilkan 15 berita sehari dengan panjang 200-300 kata," katanya.

Chen menyebutkan berita-berita yang dibuat, di antaranya berita olahraga dan ekonomi, seperti bursa efek dan data ekspor-impor barang.

Namun, lanjut dia, untuk berita yang membutuhkan pemahaman mendalam dan data yang spesifik, seperti "in depth reporting" tetap ditulis oleh wartawan.

Dia menjelaskan cara kerja robot tersebut, yaitu meriset dengan mengumpulkan sejumlah sumber berita yang serupa dari internet sebagai latar belakang berita atau "background", kemudian mulai menuliskan data dan informasi.

Berita-berita yang ditulis oleh robot tersebut umumnya adalah berita yang datanya didapatkan di internet, seperti skor pertandingan, bursa saham, dan data ekspor-impor.

Terkait keakuratan berita yang dibuat oleh robot tersebut, Chen menegaskan pihaknya telah melakukan pengkajian bahwa robot tersebut mampu membuat berita dengan analisis data yang akurat.

"Bahkan lebih akurat dari apa yang dilakukan tahun lalu, terlebih jurnalis tidak perlu lagi mencari data background yang diperlukan karena sudah terkumpul dengan mesin robot," katanya.

Dia menambahkan robot tersebut akan menampilkan situs dengan informasi yang serupa untuk membantu jurnalis dalam mendapatkan data.

"Secara otomatis, 'link' akan terkumpul dan tampil di layar, jadi wartawan tidak perlu mencari lagi," katanya.

Ke depannya, Chen mengatakan pihaknya masih akan melakukan pengkajian dan pengembangan terkait robot tersebut, namun masih membutuhkan tenaga manusia, seperti wartawan.

"Robot ini perannya melengkapi pekerjaan manusia, jadi bukan mengganti peran manusia," katanya.

Selain itu, lanjut dia, lembaga dan perusahaan yang menggunakan robot dalam mengumpulkan informasi sudah mulai menjamur di China.

Dalam kesempatan sama, Direktur Pusat Alokasi Sumber Daya Manusia Zhejiang Daily Press Lu Jianliang menyebutkan saat ini perusahaan memiliki 500 jurnalis, 1.000 teknisi, 160 tenaga administrasi dan logistik, 500 tenaga operasi bisnis.

Setiap hari, Zhejiang Daily Press mencetak 450.000 eksemplar surat kabar yang didistribusikan ke lembaga atau perorangan yang berlangganan.

Tahun lalu perusahaan media milik pemerintah tersebut membukukan total aset 14,7 miliar Yuan dengan pendapatan 3,8 miliar Yuan dan laba 160.000 Yuan.

Transformasi Media

Lu mengatakan penggunaan "artificial intelligent robot" adalah sebagai upaya dalam mentransformasi perusahaannya dari media tradisional menjadi media digital.

"Ini merupakan upaya kami dalam transformasi dari media tradisional ke media digital, sehingga kami membutuhkan terobosan di tengah merambahnya dunia 'mobile'," katanya.

Zhejiang Daily Press Group memiliki total 94 situs yang disesuaikan dengan masing-masing tema, seperti situs berita politik, ekonomi, gaya hidup dan lainnya.

Dari hanya surat kabar, saat ini masyarakat bisa membaca berita Zhejiang Daily Press dari situs dan 'mobile apps'.

"Kami tengah gencar mengintegrasikan 'paltform' ini menuju media digital dari media tradisional," katanya.

Meskipun milik pemerintah, namun dia mengatakan pihaknya tidak mendapatkan sokonga dana, bahkan pihaknya harus tetap membayar pajak sebesar 100 juta Yuan setiap tahun.

Transformasi media juga terjadi hampir di setiap perusahaan media di China, seperti Koran Sore Xinmin (Xinmin Evening News).

Wakil Pemimpin Redaksi Koran Sore Xin Min Ji Ying menjelaskan bahwa pihaknya mau tidak mau harus melakukan perubahan guna memenuhi tuntutan zaman.

Sejak berdirinya Xinmin Evening Newspaper pada 1929, surat kabar tersebut menjadi andalan bagi warga Shanghai dalam mendapatkan informasi.

"Kemudian kami dihadapkan antara dilema atau realita di mana harus melakukan transformasi dari media cetak ke media daring, maka dibuatlah kanal xinmin.com," katanya.

Akhirnya, pada Agustus tahun lalu, Koran Sore Xinmin resmi membuat kanal digital di mana seluruh media berita terkonvergensi, baik itu tulis, foto maupun video.

"Kami juga menyediakan video 'live streaming' untuk acara-acara tertentu dan saat ini sudah ada aplikasinya dan sudah diunduh sebanyak lima juta unduhan," ujarnya.

Ji menyebutkan pada mulanya konvergensi media dibuat, pihaknya bisa memproduksi 50-60 video per bulan dan saat ini meningkat dari 60-80 video setiap bulan, sementara itu untuk video "live streaming" bisa sampai 30 siaran per bulan melalui aplikasi mobile.

Koran Sore XInmin belum menggunakan tenaga robot, karena tuntutan itu pula, sumber daya manusia (SDM), dalam hal ini jurnalis dituntut harus serba bisa, dalam melaporkan kejadian di lapangan, baik dalam bentuk tulisan, foto maupun video.

Ji menambahkan perusahaan bertanggung jawab dalam menyelenggarakan pelatihan dan melengkapinya dengan berbagai fasilitas liputan.

"Kami melatih para jurnalis sesuai dengan karakternya, jadi kami tidak memaksakan apabila jurnalis menganggap bidang tertentu bukan ahlinya atau ketertarikannya," katanya.

Artinya, masing-masing jurnalis dibekali sesuai dengan keahlian dan minat sendiri, contohnya untuk yang berminat di bidang foto, maka akan difokuskan ke situ, begitu pula dengan foto dan video.

Selain itu, lanjut dia, para redaktur siap membantu dalam penyuntingan baik itu tulisan, foto dan video sesuai yang ahli di bidangnya.

"Saling melengkapi apa yang jurnalis belum bisa lakukan, misalnya dia lebih kepada mengisi konten aplikasi mobile, untuk video dan fotonya kami lakukan," katanya.