Sejarah senapan asli Minangkabau disampaikan peneliti Malaysia

id Peneliti bedil

Sejarah senapan asli Minangkabau disampaikan peneliti Malaysia

Peneliti Malaysia Wan Mohd Dasuki Wan Hasbullah tengah memaparkan sejarah bedil Minangkabau dalam kuliah umum Sastra Minangkabau Unand, di Padang, Rabu (25/4). Wan juga mengajak peneliti Sumbar ikut mengembangkan hasil risetnya ((Antara Sumbar/M R Denya))

Penelitian ini bersifat pengetahuan dengan mengandalkan temuan naskah atau ulasan historis yang membuktikan masyarakat Minangkabau mampu membuat senjata api,
Padang, (Antaranews Sumbar) - Ilmuwan bidang sejarah asal Malaysia Wan Mohd Dasuki Wan Hasbullah menginisiasi penelitian tentang bedil atau senjata api yang berasal dari Minangkabau.

"Penelitian ini bersifat pengetahuan dengan mengandalkan temuan naskah atau ulasan historis yang membuktikan masyarakat Minangkabau mampu membuat senjata api," kata dia dalam Kuliah Umum di Fakultas Ilmu Budaya Unand Padang, Rabu.

Dia memaparkan dalam penelitian yang dimulai sejak 2008 tersebut, pada beberapa naskah dan temuan benda sejarah disebutkan bahwa senjata api yang berkembang di tanah Melayu seperti Siak, Malaka dan daerah lainnya berasal dari Minangkabau.

Dalam hal ini patokan dari penelitian ini keterkaitan antara Badia Balansa atau senjata laras panjang yang diduga pernah digunakan untuk Perang Paderi dengan senjata api yang berkembang di sejarah masyarakat Melayu.

Beberapa temuan dari naskah kuno maupun literatur asing didapatkan banyak kisah adanya impor pengetahuan pembuatan senjata api dari Minangkabau ke Melayu.

Dia mencontohkan dari naskah Hikayat Siak yang dilaporkan John Anderson (1826) yang menjelaskan Kerajaan Siak tahun 1820 memiliki banyak senjata api yang diimpor dari Minangkabau.

Bahkan Marsden (1811) menyebutkan bahwa orang Minangkabau memiliki kepandaian dalam membuat senjata yang disebut istinggar.

Marsden juga kata dia menyebutkan pusat pembuatan senjata ini berada di sekitar wilayah yang memiliki potensi belerang di Sumbar dekat Payakumbuh serta Sungai Puar.

Dalam penelitian Marsden juga disebutkan berbagai filosofi, latar belakang, cara penggunaan, tradisi hingga istilah tentang senjata bedil tersebut.

Meski kebenarannya dari temuan tersebut hingga saat ini masih perlu dibuktikan dengan penemuan yang lebih otentik, namun ini sudah dapat menjadi pembuka bagi peneliti lain untuk melakukan riset sejarah senjata tersebut.

Dia berharap peneliti asli Sumbar atau Minangkabau dapat mengembangkan penelitian tersebut karena brekaitan dengan tradisi, pemikiran dan pengembangan teknologi saat ini.

Sebagai contoh pada beberapa kegiatan adat, badia balansa sering ditembakkan seperti untuk kegiatan penghulu, pernikahan di daerah tertentu.

Kemudian meski istilah tersebut juga kerap digunakan untuk istilah senapan angin, namun tetap sejarahnya harus dipastikan.

Penelitian ini sebagai pembuka atau pemanasan bagi peneliti seluruh dunia untuk mengungkap fakta sejarah terkait tradisi senjata di Minangkabau.

Hal ini juga untuk membuktikan kepada dunia adanya pembaruan pemikiran budaya, bahwa Minangkabau tidak hanya terkenal dengan silatnya saja namun juga senjata yang digunakannya.

Sementara itu Ketua Prodi Sastra Minangkabau Unand Dr Pramono menilai penelitian dari Wan Mohd Dasuki Wan Hasbullah akan memotivasi peneliti muda Sumbar untuk menggali lebih dalam sejarah daerahnya.

Melanjutkan penelitian ini kata dia, sudah ada mahasiswa yang akan melakukan penelitian tentang bedil di Minangkabau tersebut.

Masih banyak aspek lain untuk penelitian tersebut seperti antropologi, sosial, dan komunikasi. (*)

Video : M R Denya