Padang, (Antaranews Sumbar) - Presiden Direktur Metro TV Suryopratomo menilai netralitas media massa dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2018 dan Pemilu 2019 bukan diartikan tidak berpihak, tetapi seimbang menyajikan data dan fakta dengan mempertimbangkan kepentingan bangsa dan negara.
"Media harus kembali pada jati dirinya. Media hadir tidak terpisah dari bangsanya. Ia harus menyuarakan sesuatu yang dinilainya benar sesuai pendekatan jurnalistik untuk merumuskan apa yang terbaik bagi bangsa," katanya di Padang, Kamis.
Ia menyebutkan itu usai menghadiri pertemuan Forum Pemimpin Redaksi Indonesia dalam rangkaian Hari Pers Nasional (HPN) 2018 di Padang.
"Sekali lagi netral itu bukan bagi rata, tetapi berimbang. Yang diperjuangkan itu adalah apa yang terbaik bagi bangsa dan negara," tambah dia.
Tetapi apakah kemudian yang dipersepsikan, diyakini dan diperjuangkan media itu akan benar-benar terjadi, menurutnya bisa juga tidak, karena masyarakat punya pendapat dan pertimbangan sendiri.
Namun dari sisi profesionalisme jurnalistik, media sudah menyampaikan apa yang diyakininya benar, berdasarkan hasil pergulatan pikiran dan interaksi dengan banyak pihak.
Ia mencontohkan The New York Times dan The Washington Post saat Pemilu AS. Dua surat kabat itu mengendors Hillary Clinton karena mereka menilai ia lebih baik untuk memimpin AS dari pada Donald Trump.
Tetapi apakah rakyat AS sepakat Tidak, karena mereka memilih Donald Trump sebagai presiden. Meski hasilnya bertolak belakang dengan penilaian media itu, tetapi menurut Suryo disitulah marwah media. Kepentingannya bukan partisan atau apriori. Mereka menilai Hillary lebaih baik untuk jadi Presiden AS. Mereka meyakini itu dan menyarakannya.
"Analogi ini menunjukkan bahwa netral itu bukan dalam artian tidak berpihak. Kalau jelas jelas calon pemimpin itu koruptor dan integritasnya dipertanyakan, ya media harus menyuarakannya. Kalau orang itu tetap dipilih masyarakat, itu tidak persoalan," katanya.
Tetapi penilaian yang dilakukan terhadap calon pemimpin itu tidak boleh pula dengan kaca mata kuda dan menutup semua fakta. Media harus mendengarkan hati nurani.
Terkait pemilik media yang berpotensi merusak profesionalisme wartawan dalam penyajian berita, ia mengakui mungkin saja terjadi tetapi itu adalah sebuah pertaruhan besar bagi media.
"Media tidak bisa lepas dari masyarakat, jika tidak bisa menjaga profesionalisme maka akan ditinggalkan oleh masyarakat. Sehebat apapun modal yang dimiliki, sebesar apapun kekuasaan dibelakangnya, kalau sudah tidak dipercaya masyarakat, maka media itu sudah habis," jelasnya.
Sebelumnya Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo mengatakan kebebasan pers sangat diperlukan dalam negara demokrasi sebagai kontrol sosial. Tetapi meski pers berkembang pesat, tetapi banyak yang tidak bisa lepas dari cengkaraman kepentingan politik, karena banyak pemilik media yang terafiliasi dengan partai.
Menurutnya Pilkada dan Pemilu adalah ajang pengujian bagi netralitas dan independensi media. (*)