Tidak hanya ombak, Alam Mentawai juga memiliki pontensi wisata yang tidak kalah menariknya. Salah satunya, adalah objek wisata gua yang ada di Desa Saibi Samukop, Kecamatan Siberut Tengah, Pulau Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.
Dari Muara Saibi, di Pulau Siberut, dapat ditempuh dengan jalan kaki kurang lebih 1,5 jam. Tentunya, melewati hutan dan perbukitan yang cukup menantang. Menariknya, di lokasi tersebut, ada tiga buah goa.
Gua terbesar oleh warga setempat dikenal dengan sebutan goa Uma. Sementara dua gua lainnya merupakan gua yang berukuran sedang dengan panjang sekitar 60 meter dan lebar sekitar 8 meter dan ketinggian mencapai 10 meter ini.
Gua ini termasuk gua hidup, karena didalamnya terdapat stalaktit dan juga stalakmit. Oleh masyarakat, gua yang terletak di tepi tebing ini, dikenal dengan sebutan gua Sau-Sau.
Keberadaan gua juga dipercaya oleh warga setempat sebagai salah satu lokasi yang memiliki aroma mistis.
Konon, gua terbesar di lokasi tersebut, merupakan Uma atau tempat tinggal salah satu keluarga atau suku di Mentawai. Dalam perjalanannya, suku tersebut, melanggar salah satu pantangan dan Uma tersebut, disambar oleh petir sehingga menjadi batu.
Pada gua yang besar tersebut, masih terdapat batu-batu yang menyerupai manusia. Bahkan, pada dinding gua juga ada gambaran berbentuk peralatan tangkap ikan, berupa jaring.
Lokasi wisata gua ini menjadi salah satu keunggulan wisawatan minat khusus terutama tracking dalam menjajal lokasi goa tersebut.
Selain gua, Saibi Samukop juga memiliki satu keunikan lainnya, yakni, air sumur tawar yang terletak di tepi pantai dusun Sibudak Oinan. Uniknya, air sumur yang berada sekitar 6 meter dari bibir pantai ini, tidak sedikitpun terasa asin.
Dahulunya, menurut warga sekitar, air sumur Sibudak Oinan berada persis di tepi pantai. Dimana, ketika air laut pasang, sumur sedalam 3 meter tersebut, juga akan ikut hilang. Meski begitu, ajaibnya, air sumur tersebut, tetap tidak pernah asin.
Bahkan, kapal-kapal nelayan sengaja datang ke lokasi untuk memanfaatkan air sumur tersebut.
Untuk menuju lokasi Sumur Sibudak Oinan, dapat ditempuh dengan menggunakan long boat sekitar 15 dari Muara Saibi.
Di samping tawar, air sumur Sibudak Oinan, oleh anggapan warga setempat juga tidak pernah kering, meski musim kemarau.
Oleh warga setempat, kata Sibudak sendiri memiliki makna menggelembung. Sementara, Oinan, memiliki arti air. Dimana, Sibudak Onan berarti air yang muncul dengan menggelembung. Sebanyak 25 Kepala keluarga yang hidup di Dusun Sibudak Oinan, juga menjadikan air tesebut, sebagai sumber air minum, saat musim kemarau tiba.
Bupati Yudas Sabaggalet menyebutkan Mentawai tidak saja memiliki potesi wisata bahari, namun, juga pesona wisata alam.
Selama ini, kata Yudas, orang mengenal Mentawai baru sebatas ombak dan budayanya.
Padahal, Mentawai memiliki kekayaan alam yang tidak kalah menariknya dibandingkan daerah lainnya.
Menurut Yudas, pontensi inilah yang akan dimaksimalkan, sehingga mampu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk datang ke Mentawai.
"Inilah kebanggaan kita. Kita mempunyai kekayaan alam yang tidak terhingga. Pontensi dan keunggulan inilah yang harus kita maksimalkan," ungkap Yudas.
Pengelolaan pontensi yang ada tersebut, kata Yudas, juga harus dilakukan secara profesional dengan memaksimalkan kontribusi dan peran serta stakeholder.
Dia menyebutkan, pihaknya terus mengupayakan dalam melengkapi infrastruktur penunjang pariwisata di Kepulauan Mentawai.
Menurutnya, apa pun, pembangunan di Kepulauan Mentawai mesti memiliki konsep kepariwisataan.
"Inilah yang kita sebut dengan Mentawai Emas, yakni pembangunan pariwisata kelas dunia," ungkap Yudas beberapa waktu lalu.
Pembangunan Pariwisata di Kepulauan Mentawai, kata Yudas, juga membutuhan peran serta pemerintah Pusat dan Provinsi.
Di samping itu, pihaknya, juga membuka kesempatan seluas-luasnya kepada investor yang berinvestasi di sektor pariwisata Mentawai.
"Mentawai membuka seluas-luasnya kesempatan berinvestasi di sektor pariwisata. Karena, kita bercita-cita menjadikan pariwisata Mentawai kelas dunia," ujarnya.
Sementara itu, kepala Dinas Pariwisata Kepulauan Mentawai, Desti Seminora menyebutkan, konsep pengembangan pariwisata Mentawai berbasis ecoturism, yakni pariwisata berbasis lingkungan.
"Pada dasarnya, ecoturism dilakukan dengan kesederhanaan, memelihara keaslian alam dan lingkungan, seni dan budaya, serta adat istiadat dan kebiasaan hidup," katanya.
Untuk itu, katanya perlunya peran serta masyarakat dalam hal pembangunan pariwisata di Kepulauan Mentawai. Salah satunya, yakni dengan membentuk kelompok-kelompok sadar wisata (Pokdarwis). Dengan sendirinya, hal ini juga akan dapat meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar.
"Hampir seluruh wilayah di Mentawai memiliki potensi wisata dengan keunggulan masing-masing. Hanya tinggal bagaimana, pengelolaanya betul-betul dapat dipahami oleh masyarakat," pungkasnya.(adv)