Sektor peternakan menjadi salah satu alat menggerakkan perekonomian bagi masyarakat menengah kecil ke bawah, sehingga dengan rerata masih banyaknya peternak di Indonesia menjadikan sektor tersebut sebagai prioritas pembangunan nasional.
Untuk itu perlu adanya peningkatan jumlah peternak dan populasi ternak guna mengatasi pengangguran dan kekurangan konsumsi protein hewani asal ternak sekaligus mendukung ketahanan pangan.
Protein hewani yang berasal dari daging, susu, dan telur menjadi salah satu konsumsi utama masyarakat di Indonesia bahkan di dunia. Salah satu hewan yang memiliki peranan dalam menghasilkan protein hewani yakni sapi, baik itu sapi potong dan sapi perah.
Di setiap daerah kebutuhan akan daging dan susu sapi cukup besar, tak terkecuali di Padang meski secara produktivitas tidak sebesar di daerah lainnya.
Peternak di Padang sebagian besar masih melakukan budidaya secara konvensional sehingga hasil produksi dan pengelolaan ternaknya tidak maksimal.
Salah satunya beberapa peternak sapi potong dan perah di Kelurahan Limau Manis, Kecamatan Pauh yang masih menggunakan teknik konvensional dan cenderung belum memahami secara utuh dalam budidayanya.
Atas latar belakang inilah yang didorong oleh Program Studi Peternakan, Universitas Andalas (Unand) melalui program pengabdian masyarakat, IPTEK Berbasis Program Studi dan Nagari Binaan (IbPSNB).
IbPSNB Prodi Peternakan ini bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan taraf ekonomi kelompok ternak yang ada di sekitar lingkungan kampus Unand di Limau Manis.
Upaya peningkatan ini dilakukan dengan pendampingan kepada kelompok peternak dalam hal ini Kelompok Tani Ternak Tunas Harapan Limau Manis, kemudian melakukan penyuluhan dan transfer ilmu dari beberapa dosen ahli bidang ternak.
Pada IbPNSB ini tim bermitra dengan Kelompok Tani Ternak Tunas Harapan yang berpusat di jalan Jawa Gadut Limau Manis Kecamatan Pauh masih dalam kelompok ternak yang berlokasi di nagari binaan Fakultas Peternakan Unand.
Kelompok yang berdiri sejak 1987 tersebut beranggotakan 29 orang dengan jumlah ternak sapi potong sebanyak 38 ekor dengan 21 ekor sapi betina, enam ekor sapi jantan, dan 11 ekor anak sapi.
Alasan utama kelompok ini didampingi dan dibina melalui program IbPSNB karena beternak dan bertani menjadi andalan utama mata pencariannya, sehingga butuh diperkuat dalam hasil produksi dan kualitasnya.
Dalam rutinitasnya kelompok ini melaksanakan budidaya sapi potong dengan cara konvensional dengan anggota memelihara dua hingga tiga ekor sapi dengan sistem pemasaran dengan menjual anak sapi jantan berumur tujuh hingga sembilan bulan dengan harga Rp13 hingga Rp15 juta per ekor. Kemudian memelihara anak sapi betina untuk dikembang biakkan selanjutnya.
Untuk proses perkawinan kelompok ternak memanfaatkan sistem IB dengan bantuan Mantri dari daerah setempat. Kemudian dalam pemberian pakan dengan komposisi 10 persen hijauan dan 1,8 persen konsentrat per bobot badan sapi. Pakan ini diberikan dua kali dalam sehari pada pagi dan sore.
Pemasaran sapi potong melalui jasa penjual sapi berpengalaman ke pasar atau masyarakat langsung datang ke kelompok ternak.
Pada kenyataannya rutinitas tersebut memiliki banyak kendala yakni minimnya pengetahuan beternak, komposisi pakan dan penanggulangan penyakit.
Selain sapi potong, tergolong baru kelompok Tani Ternak Tunas Harapan juga memiliki ternak sapi perah dengan jumlah 20 ekor.
Alasan utama kelompok tersebut mulai melaksanakan budidaya sapi perah mengingat kebutuhan susu sapi segar cukup tinggi di daerah itu. Akan tetapi pada pelaksanaannya masih banyak peternak tidak memahami pemeliharaan sapi perah yang memiliki perbedaan dengan beternak sapi potong.
Dalam hal ini tim IbPSNB Prodi Peternakan melakukan beberapa kegiatan yakni, pertama penyuluhan tentang manajemen pemeliharaan sapi potong dan perah. Kegiatan ini dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi langsung kepada peternak di lapangan.
Kedua, melalui pelatihan manajemen pakan dan penanaman rumput unggul hijauan makanan ternak. Kegiatan ini dilakukan dengan metode praktik langsung di lapangan dengan mengajarkan peternak menanam rumput unggul seperti rumput gajah serta memberikan pengetahuan tentang penyusunan pakan.
Ketiga, melakukan pelatihan manajemen penyakit dan penanganannya. Sama seperti penyusunan pakan, ini dilakukan dengan cara praktik dan diskusi, salah satunya praktik pemberian obat cacing, luka dan vitamin.
Keempat, khusus untuk sapi perah dengan pelatihan manajemen pemerahan dan pengolahan hasil susu. Ini dilakukan oleh dosen berkompeten di bidangnya dalam pemerahan dan pengolahan menjadi produk dari susu.
Kelima, melakukan pendampingan pasca kegiatan yang bertujuan untuk melihat perkembangan positif dan kemajuan bagi peternak.
Semua kegiatan ini dilaksanakan selama enam bulan dari Juni hingga November 2017 dengan alokasi anggaran Rp10 juta.
Pada IbPSNB ini terdiri atas 13 dosen yang memiliki peranan sesuai keahlian bidangnya dalam pendampingan tersebut.
Ketiga belas dosen itu yakni, Dr Ade Djulardi (ketua sekaligus kepakaran nutrisi makanan ternak), dan 12 anggota yakni Prof Dr James Hellyward, Ir Andri, dan Ediset, M.Si, (sosial ekonomi pertanian), Dr Tinda Afriani, Prod Dr Khasrad, Dr Arief, (produksi ternak/potong), Dr Rusmana, Dr Suyitman, Dr Adrizal, Robi Amizar, M.Si (nutrisi ternak), Drh Yuherman (kesehatan ternak) dan Sri Melia, MP (teknologi hasil ternak).
Harapan tim IbPSNB ini peternak yang mendapat pembinaan dan pendampingan dapat menjadi salah satu produsen dari ternak sapi potong dan perah di Padang dan lebih luas ke provinsi dan nasional. (*)
*) penulis merupakan Dosen Peternakan Unand dan memiliki kepakaran dalam bidang ternak puyuh, saat ini menjabat sebagai Ketua Prodi Peternakan Unand sejak 2016.