Padang, (Antara) - Kumandang azan Maghrib dari Masjid Madinatul Risalah bergema ke segenap penjuru kawasan Air Dingin, Padang tempat Pesantren Perguruan Islam Ar-Risalah berdiri di tanah seluas 9,5 hektare.
Ratusan siswa pria mengenakan sarung, berkemeja koko dengan kopiah di kepala telah siap untuk melaksanakan shalat Maghrib berjamaah.
Tampak sejumlah santri lainnya tergopoh-gopoh melangkah menuju masjid berpacu dengan alunan iqamat yang dikumandangkan muadzin pertanda shalat akan dimulai.
Berada di ketinggian 130 meter di atas permukaan laut, tepatnya di kawasan Air Dingin, Kelurahan Balai Gadang, Kecamatan Koto Tangah, Padang, Sumatera Barat Perguruan Islam Arrisalah hadir sejak 2004 dengan misi mencetak generasi penghafal Al Quran yang menebar keberkahan.
Sejuknya udara perbukitan di daerah itu dengan pemandangan biru lautan pantai barat Sumatera dan Samudra Hindia terlihat dari kejauhan, senantiasa menemani ratusan siswa yang saban hari lalu lalang sambil menenteng mushaf kecil.
Wajah-wajah polos para santri yang sedang menghafal Al Quran usai jam belajar menjadi pemandangan rutin jika berkunjung ke pesantren yang hanya berjarak lima kilometer dari Bandara Internasional Minangkabau itu.
Usai Maghrib para santri secara berkelompok mulai melakukan "murojaah" atau mengulang hafalan Al Quran selama 15 menit yang dilanjutkan menambah hafalan selama satu jam menjelang waktu Isya tiba.
Selepas Isya mereka kembali ke asrama masing-masing untuk belajar hingga pukul 21.00 WIB. Bangun pukul 04.30 WIB santri bersiap shalat Subuh dan menjelang pukul 06.00 WIB kembali menyetor hafalan kepada guru pembimbing.
"Untuk tingkat SMP agar bisa lulus dan wisuda kami mensyaratkan hafal Al Quran minimal lima juz, sedangkan untuk tingkat Madrasah Aliyah minimal 10 juz," kata Sekretaris Yayasan Wakaf Ar-Risalah selaku pengelola perguruan Mulyadi Muslim.
Ia menyebutkan pada wisuda terakhir dari 160 orang siswa yang lulus hafiz 30 juz sebanyak 1 orang, 25 juz lima orang, 20 juz 10 orang, 15 juz 20 orang dan sisanya untuk tingkat MA minimal 10 juz dan SMP lima juz.
Menurut Mulyadi selain kegiatan belajar rutin pada pagi hingga siang, guna menambah hafalan Al Quran pada santri juga diikutkan program mengulang hafalan bersama di masjid serta setiap tiga bulan ada perkemahan khusus selama seminggu untuk meningkatkan hafalan.
Para santri di Perguruan Islam Ar-Risalah yang tidak mencapai target hafalan biasanya untuk tahap awal ada penanganan khusus berupa remedial yaitu dibebaskan dari kegiatan ekstrakurikuler sehingga fokus menambah hafalan.
Bahkan saat waktu kunjungan pulang ke rumah setiap dua pekan tidak diizinkan jika target belum tercapai, katanya.
"Tidak hanya itu ketika ujian semester tidak tercapai target hafalan konsekuensinya tidak naik kelas, karena itu semua santri terpacu," lanjut dia.
Ia menceritakan untuk tahap awal semua santri diharuskan menghafal juz 30 dan kemudian dilanjutkan juz satu hingga seterusnya.
Saat ujian akhir seluruh santri akan mengulang kembali hafalan dari awal memakan waktu hingga dua bulan.
Ia mengemukakan kunci menghafal Al Quran sebenarnya adalah pembiasaan sehingga jika terus dilakukan berulang tidak akan sulit untuk menjadi seorang hafiz.
Memang ada siswa cerdas punya daya hafal yang kuat, akan tetapi jika dilakukan pembiasaan semua santri dapat mencapai target minimal, tuturnya.
Kini perguruan Ar-Risalah telah meluluskan enam angkatan yang tersebar di berbagai perguruan tinggi luar negeri maupun dalam negeri.
Ada 95 orang yang diterima di Universitas Al Azhar Mesir, empat orang di Madinah, lima orang di Martin Luther Jerman, Universitas Aiman Sudan tiga orang, Malaysia lima orang, serta Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA) Jakarta 35 orang, sebut Mulyadi.
Selain itu santri Ar-Risalah juga banyak diterima di perguruan tinggi dalam negeri melalui program santri berprestasi yang digagas Kementerian Agama dengan Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gajah Mada dan Institut Teknologi Sepuluh November.
Kegelisahan Intelektual
Pendirian Perguruan Islam Ar-Risalah berawal dari kegelisahan sejumlah pelajar asal Sumbar yang menuntut ilmu di Timur Tengah pada 1990.
Ketika itu tidak banyak siswa asal Sumbar yang dapat diterima kuliah di Universitas Al Azhar Mesir dan sejumlah perguruan tinggi lainnya karena lemah pada aspek bahasa dan hafalan Al Quran.
Setelah dikaji ternyata ada faktor kelemahan dalam kualitas pesantren yang ada di Sumbar terutama bahasa dan kedua hafalan Al Quran.
Oleh sebab itu untuk meningkatkan kualitas pelajar asal Sumbar agar bisa meneruskan pendidikan ke Timur Tengah beberapa alumni Timur Tengah sepakat mendirikan Perguruan Ar-Risalah.
Mereka adalah Irsyad Syafar lulusan Cairo University, Mesir, Firman Bahar lulusan Universitas Islam Internasional Madinah, M. Saleh Zulfahmi, Arwim al-Ibrahimi dan Kamrizal Syafri Adam yang merupakan lulusan Universitas Imam Ibnu Saud Saudi Arabia Cabang Asia Tenggara - LIPIA, Jakarta.
Pada 24 Juni 2003 di Solok Sumatera Barat berdirilah yayasan dengan nama Yayasan Wakaf Ar-Risalah yang program utamanya mendirikan Pesantren Perguruan Islam Ar-Risalah.
Proses belajar dan mengajar pesantren pada awalnya dilaksanakan di Masjid berlantai tiga yang berada di Nagari Cupak Kabupaten Solok pada tahun ajaran 2004/2005 dengan jumlah siswa pertama 120 orang.
Kenapa dipilih perguruan, di Sumbar tidak ada istilah pesantren yang ada perguruan, kami ingin menghidupkan kembali istilah tersebut, kata Sekretaris Yayasan Wakaf Ar-Risalah Mulyadi Muslim. Kini Perguruan Ar-Risalah telah memiliki Taman Kanak-Kanak, SD, SMP, MA.
Menurut Mulyadi untuk menjaga kualitas setiap tahun pihaknya menyeleksi dengan ketat calon siswa misalnya dari 600 pelamar untuk SMP yang diterima hanya 240 orang.
Syarat utama lancar baca Al Quran bukan irama tapi tajwid dan makhraj, walau nilai akademik tinggi kalau Al Quran tidak lancar tidak lulus, katanya.
Ia mengatakan karakter santri yang dibentuk setelah tamat yait generasi yang bisa menebar keberkahan memiliki kemampuan akademik yang mumpuni serta akhlak dan perilaku yang baik dan hafal Al Quran.
Dalam proses pendidikan Ar-Risalah memasukkan unsur pengasuhan sebagai indikator penilaian setara dengan akademik.
Setiap enam bulan ada rapor pengasuhan santri jika ada yang akhlaknya tidak baik akan berdampak pada nilai akademik.
Karena itu walaupun nilai pelajaran umum tinggi kalau secara akhlak kurang akan berdampak pada nilai secara keseluruhan, lanjut Mulyadi.
Salah seorang alumni Perguruan Ar-Risalah Ihya Maghfirah yang diterima di Jurusan Ilmu Keperawatan Universitas Andalas (Unand) melalui program hafalan Al Quran bersyukur bisa menuntut ilmu selama enam tahun di Ar-Risalah.
"Jadwal sehari-hari jadi lebih teratur, ikatan persaudaraannya kuat dan melatih kemandirian," kata dia menceritakan kesan selama nyantri.
Ia menilai salah satu nilai lebih adalah hafalan Al Quran dan kemampuan bahasa baik Inggris dan Arab sehingga menjadi bekal yang berguna dalam keseharian.
Pesantren merupakan salah satu pilar pendidikan pencetak ulama yang akan membimbing umat agar sehingga Islam yang merupakan rahmat bagi semua dapat dirasakan keberadaannya.
Berita Terkait
Kisah Adeka, Polisi di Padang yang sulap pekarangan jadi kebun cabai (Video)
Senin, 18 November 2024 10:13 Wib
Mengoptimalkan lahan pertanian pascabanjir lahar dingin Marapi
Sabtu, 16 November 2024 15:55 Wib
Indonesia mengincar kemenangan dari Jepang
Jumat, 15 November 2024 5:03 Wib
Merintis harapan dalam sekeping Hutan Sambungo
Minggu, 10 November 2024 11:45 Wib
Menyelamatkan hewan purba melalui energi terbarukan
Kamis, 31 Oktober 2024 12:28 Wib
Menilik Pulau Bando konservasi alam pertama terapkan energi terbarukan
Senin, 28 Oktober 2024 14:25 Wib
Garuda tampil menjanjikan walau ditaklukkan Naga
Rabu, 16 Oktober 2024 9:11 Wib
Pratinjau China vs Indonesia: Peluang bawa pulang tiga poin
Selasa, 15 Oktober 2024 14:26 Wib