Meski Jembatan Nyaris Roboh, Semangat Pelajar Asal Talakiak Tak Padam

id Talakiak, Jembatan Nyaris Roboh

Meski Jembatan Nyaris Roboh, Semangat Pelajar Asal Talakiak Tak Padam

Sejumlah pelajar meniti jembatang miring di Jorong Talakian, Nagari Ranah Pantai Cermin, Kabupaten Solok Selatan. (ANTARA SUMBAR/Joko Nugroho)

Puluhan pelajar di Jorong Talakiak, Nagari Ranah Pantai Cermin, Kabupaten Solok Selatan, Sumatera Barat, nyaris bertaruh nyawa ketika berangkat maupun pulang sekolah.

Mereka harus melewati jembatan gantung yang kondisinya miring akibat dihantam banjir bandang yang menerjang daerah itu pada 8 Februari 2016.

Wajah Shaidan Fori Ikbal pucat pasi. Keringat dingin keluar dari kening dan dahi murid kelas IV SDN 01 Ranah Pantai Cermin, Kecamatan Sangir Batang Hari itu. Sebentar-sebentar, tangan kanan bocah berumur sepuluh tahun itu mengusap keringat yang menetes di pipi dan kening. Matanya menatap kosong ke depan.

"Takut pak. Tangan saya sampai gemeteran," katanya usai meniti jembatan gantung Jorong Talakiak saat pulang sekolah pada Senin siang.

Fori, panggilan Shaidan Fori Ikbal, bersama teman-teman sekampung harus meniti jembatan gantung yang miring hingga 45 derajat akibat salah satu pondasi jembatan dihantam arus deras Sungai Batang Sangir.

Untuk mengurangi rasa takutnya, Fori berangkat dan pulang sekolah bersama rekan-rekannya. "Kalau ramai-ramai, saya sedikit tenang. Selain itu, kami juga dibimbing oleh orang tua," katanya.

Jarak kampung dan sekolah Fori berkisar 1,5 kilometer. Mereka berangkat ke sekolah berjalan kaki. Agar sampai dengan selamat ke seberang sungai yang jaraknya sekitar 80 meter, ia harus berpegangan pada kawat penyangga jembatan. Lengah sedikit, sungai sedalam lebih dari tiga meter menjadi ancaman.

Sejak banjir bandang menghantam daerah yang berjarak sekitar 200 kilometer arah selatan Kota Padang, murid-murid SDN 01 Ranah Pantai Cermin yang berasal dari Talakiak baru bisa mengikuti proses belajar mengajar pada Jumat (12/2).

"Usai dihantam air bah pada Senin, jembatan tersebut tidak bisa dilalui karena pondasi tercabut hingga merenggang sekitar 1,5 meter," kata Kepala SDN 01 Ranah Pantai Cermin Feri Agusman.

Sejumlah kayu papan yang menjadi alas jembatan pun berjatuhan ke sungai yang berada sekitar lima meter di bawahnya. Bahkan untuk melewati jembatan, penduduk setempat harus membuat tangga agar bisa mencapai pangkal jembatan.

"Pada Selasa hingga Kamis pekan lalu, murid kami yang berasal dari Talakiak diberi keringanan untuk tidak sekolah karena kondisi jembatan waktu itu memang tidak memungkinkan dilewati anak-anak," katanya.

Setelah diperbaiki sementara oleh warga jorong yang dihuni sekitar 150 jiwa itu, akhirnya jembatan yang menjadi akses utama penghuni Jorong Talakiak bisa dilewati pada Jumat.

Meskipun sudah bisa dilewati, Feri menyebutkan, menempuh jembatan miring itu menimbulkan trauma bagi murid-muridnya, terutama kelas rendah, yakni kelas 1 hingga kelas 3.

"Murid kami yang berasal dari Talakiak sekitar 23 orang. Untuk siswa kelas rendah sekitar delapan orang," katanya.

Kepala Dusun Jorong Talakiak M. Rizal menyebutkan di dusunnya belum dibangun sekolah, sehingga pelajar yang berasal dari daerah itu mesti mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah daerah lain.

"Semisal sekolah dasar (SD), sekitar 20 siswa dari Talakiak harus mencari ilmu di SDN 01 Sangir Batang Hari yang jaraknya lebih dari satu kilometer," katanya.

Tidak saja siswa SD, warga Talakiak juga menyekolahkan anaknya di PAUD yang berada di luar jorong itu. "Anak kami yang sekolah PAUD di luar Talakiak sebanyak tujuh orang," katanya.

Selain harus bertaruh nyawa, para orang tua di Talakiak kini mesti mengeluarkan uang saku lebih. Karena, jembatan tersebut merupakan jalur satu-satunya yang menghubungkan dusun yang dihuni 30 kepala keluarga itu dengan jalan raya.

"Tidak ada jalan alternatif, jembatan gantung jalur utama menuju jalan raya. Anak-anak kami yang sekolah sekarang dua kali naik kendaraan agar bisa sampai ke sekolah. Untung kalau ada teman yang bisa ditumpangi, kalau tidak ada tentunya harus naik ojek," katanya.

Ia berharap pemerintah setempat segera memperbaiki jembatan tersebut. "Kami ingin anak-anak bisa belajar dengan tenang, tanpa dihantui rasa was-was," katanya.

Kepala Dinas Pendidikan Solok Selatan Fidel Efendi menyebutkan pemerintah setempat telah mengusulkan perbaikan jembatan Talakiak ke pemerintah pusat.

"Saya tahu baru Selasa (16/2) pagi. Jika ingin dipindahkan ke sekolah terdekat, di Talakiak tidak ada sekolah," katanya.

Untuk itu, katanya, pihaknya masih menunggu instruksi dari bupati. "Hal ini akan saya laporkan ke Posko Banjir dan Longsor Solok Selatan. Saya juga harus menunggu instruksi bupati," ujarnya.

Wakil Ketua DPRD Solok Selatan Armen Syahjohan meminta pemerintah setempat memasukkan rehabilitasi jembatan gantung Talakiak menjadi prioritas pada masa rehabilitasi dan rekonstruksi.

"Para putra-putri Talakiak juga merupakan penerus bangsa, sehingga juga perlu diperhatikan. Jembatan yang rusak itu jangan dibiarkan berlama-lama rusak. Selain itu, jembatan tersebut juga merupakan akses ekonomi mereka," katanya.

Menunggu Rehab

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Solok Selatan Editorial menyebutkan pembangunan kembali infrastruktur yang rusak akibat banjir bandang tersebut masih menunggu masa rehabilitasi dan rekonstruksi.

"Untuk saat ini masih tanggap darurat. Yang bisa kami lakukan adalah upaya penanggulangan dini, seperti pembuatan jalan sementara, jembatan sementara," katanya.

Sementara untuk pembangunan permanen, katanya, masih ada tahap yang perlu dilalui, seperti transisi pemulihan dan baru rehabilitasi dan rekonstruksi.

"Di masa rehab ini baru kami lakukan pembangunan infrastruktur yang rusak akibat banjir bandang ini," katanya.

Ia menyebutkan seluruh infrastruktur yang rusak akibat banjir bandang tersebut telah dilaporkan ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Sementara Sekretaris Daerah Solok Selatan Yulian Efi menyebutkan diperlukan waktu dua hingga tiga tahun untuk membangun kembali infrastruktur yang rusak akibat banjir bandang itu.

Kini warga setempat hanya bisa menunggu dan berharap agar pihak berwenang segera memperbaiki jembatan yang menjadi penghubung daerah mereka agar tetap dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan lancar tenang. (*)