Jakarta, (AntaraSumbar) - Badan Standardisasi Nasional sedang melaksanakan kaji ulang Standar Nasional Indonesia 16-6363-2000 untuk pembalut wanita yang mengatur sejumlah persyaratan bahan yang harus dipenuhi sesuai dengan ketentuan SNI tersebut.
"Kajian tersebut dilakukan mengingat masa standarisasi yang diberikan tersebut sudah mencapai 5 tahun," kata Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) Bambang Pasetya dalam siaran pers yang dterima di Jakarta, Kamis.
Bambang Prasetya mengatakan bahwa "review" terhadap acuan produk pembalut wanita perlu untuk menyesuaikan perkembangan teknologi dan kebutuhan pasar sehingga melindungi produsen, konsumen, tenaga kerja, dan masyarakat. Pada tahun 2000, BSN telah menetapkan Standar Nasional Indonesia (SNI) pembalut wanita, yaitu 16-6363-2000.
"Dalam SNI tersebut, memang belum dicantumkan kadar klorin pada pembalut wanita. Oleh karena itu, kami mengkaji kembali, baik dari sisi keamanan, keselamatan, kesehatan, maupun pelestarian fungsi lingkungan," katanya.
Standar Nasional Indonesia (SNI) 16-6363-2000 mengacu pada Guide to Quasi Drug and Cosmetic Regulation in Japan, Standards for Sanitary Napkins, MHW Notification no 285, May 24, 1966 dan Penandaan memenuhi Peraturan Menteri Kesehatan No. 96/Menkes/Per/VI/1997 tentang Wadah, Pembungkus, Penandaan serta Periklanan Kosmetika dan Alat Kesehatan.
Berdasarkan SNI 16-6363-2000, persyaratan untuk pembalut wanita meliputi persyaratan bahan, yaitu berbahan kapas serap, kertas serap, katun serap rayon, katun olahan, karboksimetilselulosa, pulpa jonjot, dan kasa.
Kemudian, produksi harus bersih, tidak mengandung kotoran dan zat asing, tidak menyebabkan iritasi atau efek yang membahayakan lainnya, tidak melepaskan serabut pada waktu digunakan, tidak berbau, dan lembut.
Warna pembalut pun harus putih, kecuali sebagai tanda/identitas pada sisi yang tidak bersentuhan dengan tubuh. Selain itu, keasaman atau kebasaan haruslah netral terhadap fenolftalein dan jingga metil, tidak berfluoresensi kuat atau tidak ada fluoresensi yang menunjukkan adanya kontaminasi, pada sisi yang bersentuhan dengan tubuh; daya serap tidak kurang dari 10 kali bobot pembalut; tidak mudah rembes; serta tidak mudah robek.
Selain Indonesia, negara yang memiliki standar pembalut antara lain India dan Amerika. Di India dalam Indian Standard (IS) 5405:1980 Specification For Sanitary Napkin, persyaratan yang diatur dalam standar tersebut yaitu Absorbent Filler, Covering, Pad Size, pH, Disposability, Absorbency and Absorbability, dan Sensory Tests.
Di Amerika, Food and Drug Administration (FDA) mengeluarkan Guidance for Industry and FDA Staff Menstrual Tampons and Pads: Information for Premarket Notification Submissions. Pada guidance ini di bagian performance characteristics, FDA merekomendasikan agar tampon bebas dari 2,3,7,8- tetrachlorodibenzo-p-dioxin (TCDD)/2,3,7,8-tetrachlorofuran dioxin (TCDF) dan residu pestisida dan herbisida lainnya. (*)
Berita Terkait
Kemenag masih kaji pemberlakuan sertifikasi bagi pendakwah
Rabu, 11 Desember 2024 17:20 Wib
KPU kaji penyebab turunnya tingkat partisipasi Pilkada Sumbar
Minggu, 8 Desember 2024 16:43 Wib
Komisi VII DPR minta pemerintah kaji ulang penerapan PPN 12 persen
Sabtu, 7 Desember 2024 4:42 Wib
Menaker: Pemerintah sedang kaji penetapan upah minimum
Jumat, 8 November 2024 17:31 Wib
Indonesia kaji secara matang untung-rugi keikutsertaan RI di BRICS
Kamis, 31 Oktober 2024 20:21 Wib
KPU RI kaji dua Putusan MK soal syarat pencalonan calon kepala daerah
Rabu, 21 Agustus 2024 9:05 Wib
Pemkot Padang akan kaji persoalan kekeringan yang dialami warga
Selasa, 6 Agustus 2024 19:07 Wib
KPU kaji penyebab turunnya animo masyarakat Sumbar ikuti PSU
Minggu, 14 Juli 2024 4:59 Wib