WHRPG Terobosan Penghematan Energi dan Pelestarian Lingkungan

id WHRPG Terobosan Penghematan Energi dan Pelestarian Lingkungan

WHRPG Terobosan Penghematan Energi dan Pelestarian Lingkungan

Menteri Perindustrian MS Hidayat saat peresmian pembangkit listrik WHRPG PT Semen Padang

Pada era 1980 merek Kodak merupakan salah satu raksasa korporasi yang paling eksis dibidang fotografi. Ia menjadi merek yang sangat kuat melekat dimasyarakat dunia dengan idiom foto adalah kodak dan kodak adalah foto.

Namun, ketika teknologi foto digital ditemukan, perusahaan yang berpusat di Amerika Serikat berusia lebih dari 100 tahun itu pun tamat. Teknologi foto digital yang ditemukannya berbalik menjadi bumerang karena perusahaan itu kalah saing. Kodak mengalami kenyataan pahit, perintis fotografi di abad ke-19 itu harus ambruk memasuki abad ke-21.

Pelajaran berharga yang dapat diambil dari perjalanan bisnis Kodak adalah inovasi atau mati. Perusahaan manapun dimuka bumi ini jika tidak melakukan terobosan baru jangan berharap banyak untuk dapat sekadar bertahan ditengah ketatnya kompetisi.

Hal ini pun diadopsi oleh anak perusahaan Semen Indonesia yaitu PT Semen Padang. Perusahaan semen tertua yang berdiri sejak 1910 itu melakukan terobosan baru dan merupakan yang pertama di Tanah Air dengan mengubah gas buang menjadi energi listrik.

Tidak tanggung-tanggung, inovasi yang disebut pembangkit listrik Waste Heat Recovery Power Generation (WHRPG) itu mampu menghasilkan energi listrik hingga 8,5 Megawatt. Dengan memanfaatkan gas buang dari kilang pabrik Indarung V selain menjaga kelestarian lingkungan melalui pengurangan emisi gas Co2 WHRPG juga merupakan salah satu pasokan energi listrik yang bersifat terbarukan.

Direktur Utama PT Semen Padang Munadi Arifin mengatakan pembangkit listrik WHRPG merupakan hasil kerja sama pemerintah Indonesia melalui Kementerian Perindustrian dengan pemerintah Jepang diwakili New Energy Technology Development Organization (NEDO) Jepang.

Ia mengutarakan pembangkit listrik WHRPG dapat menghemat energi sekitar 30 persen dan meminimalkan emisi gas CO2 melalui mekanisme pembangunan bersih atau Clean Development Mechanisme (CDM). Tidak hanya itu, pembangkit listrik WHRPG juga mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan industri semen.

Lebih lanjut, WHRPG dapat mengurangi emisi gas CO2 sebesar 43.117 ton per tahun dan menghasilkan tenaga listrik sebesar 8,5 Megawatt atau setara dengan 63,2 GWh dalam satu tahun dari panas yang terbuang selama proses produksi. Kemudian tenaga listrik yang dihasilkan senilai Rp33 miliar per tahun dimana mampu menghemat biaya sekitar 20 persen pada Pabrik Indarung V, kata dia.

Pada awalnya Semen Padang dipilih sebagai program percontohan WHRPG, diawali survei yang dilakukan NEDO Jepang terhadap industri semen di Indonesia dan dinilai layak secara ekonomis, untuk menerapkan model proyek aplikasi teknologi pemanfaatan panas terbuang tersebut.

Pembangunan pembangkit listrik WHRPG dimulai sejak 2009 dan telah dioperasikan pada akhir 2011 itu bernilai 2 miliar yen atau sekitar Rp220 miliar. Dari Rp220 miliar tersebut , sekitar 65 persen pembiayaan didanai NEDO Jepang untuk pengadaan peralatan, dan 35 persen oleh Semen Padang untuk instalasi dam pengadaan peralatan, kata dia.

Tiga keuntungan yang diperoleh dari WHRPG yaitu menurunkan biaya produksi, meningkatkan efisiensi energi serta menurunkan emisi udara dan efek gas rumah kaca. Kemudian, akan mengurangi pemakaian listrik PLN sebesar 5.7 600. 000 kWh per tahun serta mengurangi dampak efek pemanasan global melalui pengurangan emisi CO2 sebesar 43.117 ton per tahun.

Pada bagian lain Menteri Perindustrian MS Hidayat menyampaikan pemerintah berencana menaikan tarif listrik industri pada 2014. Oleh sebab itu kata dia sebagaimana dikutip dari www.antaranews.com, pelaku industri harus siap menghadapi kenaikan tarif listrik yang memang tak dapat dihindari.

Tidak hanya itu pada Juli 2013 Sumatera Barat juga mengalami krisis listrik mengakibatkan terjadinya pemadaman bergilir serentak. Akibatnya, tidak hanya menganggu aktivitas sehari-hari, pemadaman tersebut juga menyebabkan kerugian terutama bagi pelaku industri.

Manager Operasional Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Sumatera PT PLN (Persero) Wilayah Sumbar, Hariyadi mengatakan pihaknya kewalahan untuk mencukupi kebutuhan listrik pelanggan di provinsi itu , karena adanya gangguan operasional di sejumlah pembangkit.

Hal itu disebabkan oleh kondisi tiga pembangkit listrik yang ada, yaitu PLTA Maninjau, Singkarak, dan Koto Panjang tidak dapat beroperasi penuh karena sumber air masih dalam kondisi kritis (elevasi debit air rendah) untuk menggerakkan turbin, sehingga pemadaman bergilir tidak dapat dielakkan .

Manager Umum Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban (P3B) Sumatera PT PLN (Persero) Wilayah Sumbar, Syahrul mengatakan hingga Oktober PLN mengalami defisit daya sekitar 199 Megawatt, terutama saat beban puncak pemakaian pukul 18.00-04.00 WIB.

Berdasarkan data pihak PB3 Sumatera, defisit listrik waktu beban puncak terjadi di wilayah Sumatera bagian tengah, meliputi Provinsi Sumbar, Riau, dan Jambi. Ia merinci, Sumbar menanggung beban 100,4 Mega Watt (MW), Riau 63,5 MW dan Jambi 36,1 MW. Sedang di luar waktu beban puncak defisit sekitar 80 MW, mengakibatkan pengurangan arus energi listrik di Sumbar mencapai 40,2 MW, Riau 25,4 MW dan Jambi 14,5 MW.

Jika dibangku sekolah kita diajarkan sumber energi pembangkit tenaga listrik ada beberapa macam mulai dari Pembangkit Listrik Tenaga Air atau PLTA, Pembangkit Listrik Tenaga Generator dan Uap hingga Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD). Namun, itu adalah pengetahuan yang diterima oleh pelajar Sekolah Dasar di era 1990. Harus dipahami semua sumber energi pembangkit listrik tersebut merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui dalam artian ketika habis maka sulit dicari penggantinya.

Oleh sebab itu sudah saatnya mulai memikirkan sumber energi alternatif yang dapat dipakai menghasilkan listrik. Mengacu kepada data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral saat ini 88 persen sumber energi listrik berasal dari pembangkit listrik berbahan bakar fosil, batubara 42 persen, Bahan Bakar Minyak 23 persen dan gas alam 21 persen.

Dinegara maju, penggunaan energi terbarukan telah lama dikembangkan mulai dari angin, air, ombak laut, panas bumi hingga matahari. Sementara harus diakui pengembangan energi terbarukan di Indonesia masih jauh tertinggal. Jika hal ini tidak diantisipasi akan menjadi masalah serius karena permintaan energi melebihi pertumbuhan pasokan energi.

Karena itu, sebagaimana slogan Semen Padang, kami sudah berbuat sebelum yang lain memikirkan, terobosan yang dilakukan melalui pembangkit tenaga listri WHRPG tersebut merupakan langkah maju menghadapi kelangkaan sumber energi listrik dan kenaikan tarif listrik industri.

Setidaknya, jika tarif listrik industri dinaikan oleh pemerintah akan menyebabkan biaya operasional naik, sehingga mau tidak mau harga produk juga harus naik. Jika hal itu terjadi tentu daya saing produk industri dalam negeri akan melemah.

Tetapi berkat terobosan nyata tersebut semakin memperkokoh eksistensi pabrik semen itu dalam menghadapi kompetisi industri semen yang kian ketat. Tidak ada cara lain selain terus menerus melakukan terobosan dan inovasi baru.

Sejalan dengan itu Direktur Utama PT Semen Indonesia Dwi Soetjipto dalam acara bedah buku Road to Semen Indonesia di Padang mengatakan inovasi merupakan salah satu pilar penting meningkatkan kinerja ditengah ketatnya persaingan.

Kompetisi industri semen yang semakin ketat menuntut terobosan baru untuk meningkatkan daya saing perusahaan dan satu-satunya cara adalah melalui inovasi, kata dia.

Inovasi harus ditanamkan sebagai budaya perusahaan dan ini terbukti membuahkan hasil dengan semakin mantapnya posisi Semen Indonesia grup sebagai pemimpin pasar industri semen nasional, katanya.

Oleh sebab itu saat ini Semen Indonesia Grup telah memiliki Manajemen Inovasi Semen Indonesia sebagai upaya untuk terus melahirkan kreatifitas dan terobosan baru.Tidak hanya itu inovasi yang dihasilkan juga harus berkontribusi dalam melestarikan alam.

Keunggulan Semen Padang dalam menyediakan sumber energi yang lebih ramah lingkungan merupakan langkah strategis yang akan meningkatkan daya saing perusahaan, untuk mampu bertarung dalam industri semen yang semakin kompetitif. Kompetisi industri semen yang semakin ketat menuntut terobosan baru untuk meningkatkan daya saing dan satu-satungnya cara adalah melalui inovasi.