Padang, (Antara)-Masril Koto berperawakan kecil, hanya menggunakan sandal dengan padanan celana jeans dan kaos oblong, namun ia berhasil menginspirasi para pengusaha, pejabat, hingga mantan wali kota yang hadir di Aula Nan Tongga Bank Indonesia Padang.
Melalui kisahnya, pria asal Baso Kabupaten Agam, Sumatera Barat yang tak tamat sekolah dasar itu, dengan gaya yang kocak dan polos menceritakan perjuangannya mendirikan bank petani dipandu host Andy F Noya pada acara Berbagi Kisah Inspiratif yang diselenggarakan Bank Indonesia.
Dibalik kesederhanaan penampilan pria berkumis tebal dan berkulit hitam itu, mungkin tak ada yang menduga ia adalah seorang bankir dengan omzet saat mencapai Rp250 miliar serta memiliki 900 jaringan tersebar di seluruh Sumbar.
Masril menceritakan, pada awalnya karena sehari-hari berprofesi sebagai petani paham betul kendala yang dihadapi para petani yaitu sulit memperoleh biaya saat akan mulai menanam.
Sekitar 2002 bersama teman-teman sesama petani ia punya ide untuk mendirikan semacam lembaga keuangan yang berfungsi memfasilitasi petani mendapatkan modal untuk bercocok tanam.
"Kalau dibuat dalam bentuk koperasi, saat itu orang di kampung saya tidak percaya lagi akibat ulah oknum pengurus yang tidak amanah," kata dia.
Saat itu ada program kredit usaha rakyat, tetapi tetap saja petani sulit mengakses apalagi pihak bank biasanya meminta agunan dan birokrasi cukup panjang.
Akhirnya ia berpikir bagaimana kalau dibuat s bank oleh petani dan untuk petani yang dapat melayani kebutuhan petani.
Namun, tentu saja Masril yang tidak tamat sekolah dasar tidak tahu harus mulai dari mana dan bagaimana caranya mendirikan bank petani.
Saya punya ide untuk bertanya langsung ke ke bank yang ada di Kota Bukittinggi berjarak sekitar 15 kilometer dari kampung, tuturnya.
"Setiap mendatangi kantor bank di Bukittinggi, saya selalu tanyakan apakah ada program pelatihan membuat bank ?," kenangnya.
Hasilnya nihil, setiap bank yang didatangi Masril tidak memiliki program itu dan menyarankan untuk bertanya langsung ke Padang.
Masril kemudian datang ke Padang, ia berkunjung ke kantor Dinas Pertanian Provinsi dan bertemu kepala dinas.
Kepala Dinas Pertanian menyambut baik idenya dan menyarankan untuk membuat bank petani dengan format Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis.
Masril senang, idenya memperoleh dukungan, ia pun berkunjung ke Bank Indonesia Padang untuk bertanya langsung bagaimana prosedur mendirikan bank.
Tidak sia-sia, kunjungannya ke Bank Indonesia juga mendapat sambutan positif, ia mendapat penjelasan bagaimana struktur suatu bank dan apa saja perangkat yang dibutuhkan.
Tekad Masril mendirikan bank petani semakin berkobar, sebagai modal awal ia mencoba menjual saham dan membicarakannya dari warung ke warung yang ada di kampungnya.
"Tentu saja banyak yang mencemooh, saya tidak sekolah mau buat bank pula apa bisa?," tuturnya.
Berkat kegigihannya dan susah payah mengajak para petani untuk membeli saham akhirnya terkumpul modal awal Rp15 juta.
Untuk meyakinkan petani saja susah, mereka belum mengerti apa itu saham dan akhirnya saya sampaikan kalau kita beli saham maka kita adalah pemilik bank sama seperti orang-orang kaya lainnya, ujar dia.
Kemudian untuk struktur bank, Masril memilih semua memiliki jabatan yang sama demi menjaga kebersamaan dan tidak saling menjatuhkan.
Seiring perjalanan waktu secara resmi baru pada 2006 Masril dan kawan-kawan petaninya mendapatkan pelatihan keuangan dalam bentuk akuntansi sederhana dari Yayasan Alumni Fakultas Pertanian Universitas Andalas (AFTA), Padang.
Sistem bank yang didirikannya itu diadopsi oleh pemerintah dan menjadi cikal bakal Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) nasional.
Program Kreatif
Dalam menetapkan program yang dibuat oleh bank petani, Masril melihat apa yang paling dibutuhkan masyarakat.
Ia pun mengagas tabungan ibu hamil karena selama ini para ibu yang hendak melahirkan kesulitan mencari biaya untuk persalinan.
Caranya begitu ada ibu yang hamil, petugasnya langsung menawarkan untuk membuka tabungan setiap bulan hingga bulan ke delapan.
Tabungan tersebut tanpa bunga dan akan dikembalikan pada bukan ke delapan dan setiap penabung akan mendapatkan bonus seperangkat peralatan bayi.
Biasanya jumlah tabungan yang terkumpul minimal mencapai Rp500 ribu dan uang tersebut sudah dapat dipinjamkan kepada yang lain.
Tidak hanya itu, terinspirasi dari kehadiran gawai canggih, Masril juga menggagas tabungan kepemilikan Ipad bagi pelajar.
Ia melihat ipad memiliki manfaat yang banyak diantaranya bahan belajar dan buku cukup disimpan dalam ipad melalui format digital.
Selama ini, saya perhatikan pelajar sekolah dasar ke sekolah membawa buku cukup banyak dan tebal, ke depan itu tidak perlu lagi dan cukup membawa ipad sehingga lebih praktis.
Tabungan tersebut khusus bagi siswa sekolah dasar dan saat ia masuk sekolah menengah pertama tabungan sudah cair dan mendapatkan satu ipad.
Sanksi Sosial
Masril punya cara jitu untuk menghindari adanya tunggakan yang macet oleh petani yang meminjam uang di bank tersebut.
Walaupun petani bukan berarti tidak ada yang menunggak dan mencoba untuk tidak membayar pinjamannya. Tetap saja ada yang menunggak tapi saya punya strategi, katanya.
Saat hendak meminjam di bank petani, tentu saja Masril tidak meminta agunan dalam bentuk barang, tetapi yang disyaratkan adalah siapa yang memberi jaminan bagi petani yang meminjam.
Biasanya penjamin kami minta dari ninik mamak yang merupakan pemuka adat sehingga mereka bertanggung jawab terhadap anggota keluarganya yang meminjam.
Ketika pinjaman tidak dibayar ia tinggal mengumumkan nama penunggak beserta keluarganya di masjid setiap pelaksanaan shalat Jumat.
Tidak hanya mengumumkan nama penunggak, nama ninik mamak penjamin juga disebut dan jika tetap tidak membayar dilakukan penyitaan peralatan dapur.
"Kepada bapak-bapak dan saudara sekalian diminta menyaksikan penyitaan peralatan dapur bapak A karena ia tidak membayar angsuran, demikian bentuk pengumuman yang disampaikan di masjid," tutur Masril.
Tentu saja tidak ada yang berani untuk menunggak, karena sanksi sosial yang diberikan akan membuat seseorang berpikir panjang untuk tidak melunasi pinjamannya.
Hasilnya, kata dia, saat ini terdapat 900 lembaga keuangan mikro agribisnis yang telah didirikannya di Sumbar dengan omzet mencapai Rp250 miliar.
Selain itu, tentu saja kebutuhan petani terhadap akses modal terpenuhi dan tidak lagi kesulitan sehingga tingkat kesejahteraan mereka meningkat.
Ke depan, Masril berencana akan membuat konsorsium LKMA tersebut yang lebih fokus pada pengembangan bisnis yang lebih profesional.
Saat ditanya berapa penghasilannya saat ini Masril hanya tersenyum sambil mengatakan Alhamdulillah sudah cukup.
Tapi saya tidak punya gaji, hanya menerima insentif dari hasil keuntungan di akhir tahun, kata dia.
Masril bercita-cita hendak membuat sekolah keterampilan untuk menampung pelajar yang tidak mampu agar memiliki keahlian yang bermanfaat.
Dalam hidup, Masril memiliki filosofi ketika semakin banyak menanam, maka akan semakin banyak menuai hasil.
Oleh sebab itu ia tidak segan-segan membagi ilmunya kemana-mana untuk menjelaskan bagaimana membentuk lembaga keuangan tingkat petani tanpa memikirkan bayaran bahkan hingga ke Maros Sulawesi Selatan.
Ia pun sudah berkeliling Indonesia untuk berbagi kisah dan cara bagaimana mengelola lembaga keuangan mikro petani serta diundang pada acara talkshow Kick Andy di Metro TV.
Berkat kiprahnya Masril didaulat menjadi salah satu penerima penghargaan bagi sosok yang memberi inspirasi Danamon Award dan Indonesia Berprestasi Award.