Sepercik Kenangan di Lubuk Bonta

id Sepercik Kenangan di Lubuk Bonta

Sepercik Kenangan di Lubuk Bonta

Memasuki wilayah Korong (desa) Tarok, Nagari Kapalo Hilalang, Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam, Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat, cuaca yang semula panas menyengat menjadi sejuk. Meskipun sinar matahari jatuh tepat ke kulit, namun kerindangan pepohonan dan jajaran bukit, membuat nuansa sejuk terus terasa walau hingga meninggalkan lokasi itu, terutama ketika telah sampai ke Lubuk Bonta, sekitar lima kilometer dari jalan raya Padang-Bukittinggi. Seorang lelaki sengaja datang dari Payakumbuh, untuk membawa keluarganya "balimau" ke pemandian Lubuk Bonta, sebuah tradisi di Ranahminang yang telah diwariskan secara turun temurun dalam menyambut datangnya Ramadhan dengan cara membersihkan diri di sungai pada Selasa (10/8). Ardi (43), demikian ia memperkenalkan diri. Sambil mengisap batang demi batang rokok kreteknya yang seolah mengabiskan resah, seiring dengan kemerut wajahnya yang ikut terisap dalam tatapannya yang nanar. Ia mengisahkan, dulu semasa tahun 70-an, ia berkenalan dengan Yul (40), kekasihnya yang kini telah menjadi istrinya itu, di pemandian Lubuk Bonta. Mereka memiliki kenangan tersendiri di tempat itu, hingga tidak terlupakan sampai sudah berkeluarga. "Bagaimanapun, lokasi ini memiliki memori bagi saya dan istri. Maka saya mengajak anak-anak saya ke tempat ini walaupun jauh," katanya saat ditemui tengah menyeruput kopi di sebuah kedai dekat lokasi pemandian, Ardi ingat betapa saat itu air terjun mini yang langsung mengalir ke dalam lubuk seperti pelan mengalir, dan malah menggetarkan lubuk hatinya. Air lubuk memercik ke tubuh dahaganya yang saat itu benar-benar tengah mencari pasangan hidup. Sesampai di Lubuk Bonta, Ardi tidak perlu menceritakan kisah itu kepada anak-anaknya. Ia merasa dibawanya yang kedua kali keluarganya ke Lubuk Bonta sebagai pengganti rindu dan kenangan yang tidak sempat diabadikan. Tetapi ada yang mengganjal di hatinya. Lubuk Bonta kini tidak terlalu dikenal anak zaman sekarang, sehingga peminatnya sangatlah sedikit. "Barangkali hanya saya dan keluarga yang datang jauh-jauh ke Lubuk Bonta ini untuk 'balimau', selebihnya hanya warga sekitar," ujarnya. Senada dengan Ardi, Yen (38) seorang penunggu kedai di dekat lokasi pemandian mengaku, tiga tahun belakangan Lubuk Bonta sepi peminat. Yen menduga, kondisi itu karena lokasi pemandian tidak terawat, sebab selama ini Lubuk Bonta tidak memberlakukan tiket masuk kecuali biaya parkir kendaraan, sehingga tidak ada pemasukan untuk rehabilitasi. "Dulu semasa tahun 80-an hingga 90-an, jalan di sekitar pemandian penuh oleh kendaraan roda empat, sehingga tidak bisa jalan," katanya bersemangat. Memang Lubuk Bonta pada masanya menjadi tujuan utama lokasi pemandian bagi keluarga dan muda-mudi, terutama sebelum memasuki bulan puasa. Yen mengaku, kini kebanyakan hanya warga sekitar yang memanfaatkan Lubuk Bonta untuk 'balimau. Orang luar yang datang dapat dihitung. Saat itu, sedikitnya hanya ada empat unit kendaraan roda empat, dan puluhan kendaraan roda dua. Jumlah itu sangat sedikit dibandingkan beberapa tahun lalu. Ardi menduga, sepinya Lubuk Bonta dari pengunjung selain karena faktor tidak terawat, juga karena jauhnya akses menuju lokasi dari jalan raya utama. Pasalnya, kini Sumbar banyak menawarkan lokasi pemandian modern seperti waterboom yang bertebaran di mana-mana. Di kabupaten Padangpariaman sendiri, Waterboom tengah dalam pembangunan, sedangkan tak jauh dari sana, di batas kota Padangpanjang telah aktif waterboom di lokasi hiburan dan wisata Minang Fantasi. Lubuk Bonta kini tinggal kenangan. Tetapi tidak bagi Fanny (23), warga Sicincin, Padangpariaman itu tetap mengidolakan Lubuk Bonta sebagai lokasi 'balimau'. Menurutnya, Lubuk Bonta adalah tempat romantis yang penuh kenangan. Semasa SMP ia sering datang bersama teman-temannya ke pemandian itu menikmati masa liburan. Tentu Fanny sangat menyayangkan bila kini Lubuk Bonta sepi peminatnya. "Saya tahu Lubuk Bonta ini dari orangtua saya awalnya, karena mereka sering berkunjung ke sini," tukas Fanny sambil melap rambutnya yang basah. Lubuk Bonta yang memiliki dua lokasi pemandian itu, satu di atas dan satu di bagian bawah, saat 'balimau' menyambut Ramadhan hanya didatangi sejumlah pengunjung dan sebagian besar didominasi warga setempat. Warga setempat langsung membawa perlengkapan mandi seperti handuk, lalu dengan menggunakan motor atau berjalan kaki masuk ke lokasi pemandian. Mereka kebanyakan mandi dengan pakaian yang dipakai. Nagari Air Nagari Kapalo Hilalang, Kecamatan 2 x 11 Kayu Tanam, Padangpariaman, merupakan nagari yang kaya sumber mata air. Di sana, dua pabrik air minum kemasan lokal berdiri. Pesawahan subur, kolam-kolam ikan makmur. Namun kini lokasi itu belum dapat sepenuhnya menarik wisatawan kembali yang pernah berkunjung ke sana, ke objek wisata Lubuk Bonta. Lubuk Bonta adalah telaga yang terbentuk oleh alam dengan air terjun sehingga membuat suasana "kembali ke alam", dapat dinikmati sambil menikmati buah durian. Lubuk Bonta sebagai lokasi wisata yang terletak di daerah perbukitan memiliki lubuk alami dengan air terjunnya, sebuah lokasi yang menyenangkan untuk berenang bersama keluarga. Wali Nagari Kapalo Hilalang, Nasrul Hamidi mengaku, kawasan Objek wisata Lubuk Bonta memang tidak terawat dan jarang dibersihkan. Diakuinya, air yang mengalir di sana lebih bagus di pemandian Tirta Alami, salah satu objek wisata di kecamatan yang sama. Ia sendiri tidak tahu mengapa air menjadi persoalan, meskipun air yang mengalir sama-sama jernih dan menyejukkan. "Sebelumnya Lubuk Bonta dipenuhi semak belukar seperti rimba, bersatu dengan rimba yang ada di sana. Sekarang sudah agak bersih dibandingkan sebelumnya," katanya. Untuk pembenahan Lubuk Bonta, pernah ia usulkan ke Dinas Pariwisata Pemkab Padangpariaman, namun hingga kini belum ditanggapi. Demi mempertahankan sebagai objek wisata andalan, Lubuk Bonta kini diserahkan kepada masyarakat setempat dalam pengelolaannya. ***