S&P Angkat Yunani Keluar dari Peringkat "Selective Default"

id S&P Angkat Yunani Keluar dari Peringkat "Selective Default"

Paris, (ANTARA/AFP) - Lembaga pemeringkat Standard and Poor's menaikkan peringkat utang negara Yunani enam tingkat pada Selasa, dari "selektive default" menjadi "B-/B", dengan demikian masih merupakan investasi spekulatif, dan menambahkan bahwa prospeknya stabil. "Kenaikan peringkat mencerminkan pandangan kami tentang tekad yang kuat dari negara anggota Uni Ekonomi dan Moneter Eropa (zona euro) untuk mempertahankan keanggotaan Yunani di zona euro," kata pernyataan S&P. Prospek utang publik Yunani stabil, karena komitmen pemerintahuntuk penyesuaian fiskal dan struktural, tambahnya. Peningkatan peringkat terjadi setelah Yunani menyelesaikan program pembelian kembali utang dan para menteri keuangan zona euro menyetujui pinjaman baru di bawah dana talangan kedua. "Kami melihat keputusan negara-negara anggota zona euro untuk memberikan bantuan aliran kas material ke Yunani sebagai indikasi tekad mereka untuk mengembalikan stabilitas keuangan Yunani, dan untuk melestarikan keanggotaan zona euro Yunani," kata S&P. Uni Eropa dan Dana Moneter Internasional (IMF) telah memberikan sebagian dari bantuan darurat untuk Yunani, melalui dua paket penyelamatan. S&P mengatakan: "Kami bisa meningkatkan peringkat jangka panjang kami di Yunani jika pemerintah berikutnya melalui sepenuhnya langkah-langkah untuk memenuhi program Uni Eropa/IMF, sehingga memulihkan prediktabilitas untuk pembuatan kebijakan serta berkontribusi pada keberkelanjutan pemulihan ekonomi dan peningkatan prospek utang yang berkelanjutan. "Kami bisa menurunkan peringkat jika kami yakin bahwa ada kemungkinan bursa tertekan karena sisa utang komersial Yunani," S&P memperingatkan. Sementara itu di Washington, kelompok lobi bank internasional Institute International Finance (IIF) pada Selasa memperingatkan bahwa program dana talangan Yunani yang baru dirubah masih menghadapi risiko besar selama perekonomian nasional terus berkontraksi tajam. "Dengan PDB riil (produk domestik bruto) cenderung menurun lagi 4-5 persen pada tahun depan setelah turun 6,0 persen tahun ini, dan penghematan lebih lanjut menguji kohesi sosial, risiko terhadap program Uni Eropa-IMF akan tetap besar," IIF mengatakan. (*/jno)

Pewarta :
Editor: Antara Sumbar
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.