ITF: Hentikan Perompakan di Selat Malaka

id ITF: Hentikan Perompakan di Selat Malaka

Jakarta, (Antara) - International Transport worker`s Federation (ITF) Asia Pasifik meminta pihak berwenang di Indonesia, Malaysia dan Singapura untuk menghentikan aksi perompakan di Selat Malaka yang meresahkan dan menimbulkan kerugian besar bagi perlayaran internasional. Siaran pers ITF Asia Pasific yang diterima di Jakarta, Jumat, menyebutkan kapal-kapal internasional resah karena selain menjarah muatan kapal, perompak bersenjata itu juga menyandera awak kapal dan merusak peralatan komunikasi dan mesin kapal, sebelum mereka kabur meninggalkan korbannya. "Mereka bergerak sangat cepat dan segera kabur. Aksi perompakan yang sangat meresahkan dan membahayakan dunia pelayaran. Mereka harus segera dihentikan," kata Hanafi Rustandi, Ketua ITF Asia Pasifik, di Jakarta. Selat Malaka merupakan salah satu perairan tersibuk di dunia yang dilintasi kapal-kapal internasional. Intensitas pelayaran yang tinggi ini harus diamankan dari aksi-aksi kejahatan. Keamanan Selat Malaka menjadi tanggung jawab bersama antara pemerintah Indonesia, Malaysia dan Singapura. Daerah yang berbahaya terhadap perompakan adalah perairan antara Pulau Rupat (Indonesia) dengan Port Dickson (Malaysia), serta perairan antara Pulau Karimun Besar, Pulau Kundur, Batam (Indonesia) dengan Singapura. Dia meminta agar ketiga negara meningkatkan intensitas patroli di laut dan kerja sama untuk menghentikan aksi perompakan di Selat Malaka. Ketiganya, selama ini telah menjalin kerja sama dalam pengamanan Selat Malaka. Namun kerja sama itu, lanjut Hanafi, perlu diintensifkan sehubungan dengan meningkatnya aksi perompakan di selat tersibuk di dunia tersebut. "Presiden baru yang akan memimpin Indonesia lima tahun ke depan harus memprioritaskan keamanan Selat Malaka, karena selat ini menjadi urat nadi perekonomian dunia, khususnya bagi kepentingan Indonesia," kata Hanafi yang juga sebagai Presiden Kesatuan Pelaut Indonesia (KPI). Selama tahun 2014, menurut Hanafi, setidaknya terjadi sembilan kasus perompakan kapal. Dua kasus terakhir yang menonjol adalah perompakan terhadap tanker MT Oriental Glory pada 15 Juli 2014 dan perompakan tanker MT Moresby berbendera Honduras yang terjadi pada 4 Juli 2014. Tanker MT Oriental Glory yang bermuatan 2.500 ton minyak diserang perompak dalam perjalanan dari Sandakan (Malaysia) ke Pulau Bintan (Indonesia). Sebelum kabur, perompak menyandera awak kapal, serta merusak peralatan komunikasi dan mesin kapal. Sebelumnya, perompakan juga menimpa MT Moresby yang bermuatan 2.200 metrik ton minyak dari Kepulauan Anambas (Indonesia). Tanker ini sempat dilaporkan hilang oleh pemiliknya karena kehilangan kontak, tetapi sehari kemudian ditemukan kembali. Dalam kasus tersebut tidak ada korban jiwa dan tidak dilaporkan jumlah kerugian yang dialami pemilik kapal maupun awak kapal. (*/WIJ)