Pemuda Muhamadiyah: Maaf Jakarta Post Tak Sembuhkan Ketersinggungan
Jakarta, (Antara) - Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah Saleh Partaonan Daulay mengatakan permintaan maaf The Jakarta Post terkait karikatur yang dimuat pada 3 Juli belum tentu bisa menyembuhkan ketersinggungan dan sakit hati sebagian masyarakat Islam di Indonesia.
"Karena diduga ada unsur kesengajaan. Permintaan maaf belum tentu bisa menyembuhkan ketersinggungan dan sakit hati, apalagi, karikatur itu sudah menyebar ke seluruh belahan dunia," kata Saleh Partaonan Daulay dihubungi di Jakarta, Selasa.
Saleh mengatakan dengan tersebarnya karikatur tersebut ke seluruh dunia, maka maksud dan tujuan dari The Jakarta Post sudah tercapai. Karena itu, niatan untuk menarik kembali karikatur itu merupakan sesuatu yang sia-sia.
"Karikatur itu sudah terlanjur menjadi konsumsi dan wacana publik. Aneh di negara yang mayoritas penduduknya Muslim, Islam sering sekali dilecehkan," tuturnya.
Menurut Saleh, bila kejadian itu terjadi di Eropa, mungkin masih bisa dipahami karena keterbatasan pengetahuan masyarakatnya mengenai Islam. Berbeda dengan di Indonesia yang umat agama lain pun bisa memahami psikologi Muslim Indonesia.
Saleh mengatakan unsur-unsur yang terdapat dalam karikatur tersebut sangat jelas mengandung penghinaan terhadap Islam. Pasalnya, simbol dan tulisan-tulisan yang ada di dalam karikatur itu adalah tulisan yang memiliki makna penting dalam akidah Islam.
Kalimat "Laa ilaaha illallaah" di atas gambar tengkorak, misalnya, adalah kalimat yang mengandung kesaksian sekaligus penyerahan diri kepada kekuasaan Allah swt.
"Begitu juga kata-kata Allah dan Rasulullah di dalam lingkaran tengkorak adalah unsur akidah Islam paling fundamental. Seseorang dikatakan beriman sebagai Muslim jika dan hanya jika meyakini Allah sebagai Tuhan dan Muhammad sebagai Rasul," tuturnya.
Karena itu, Saleh mengatakan tidak sepantasnya jika kalimat-kalimat suci itu dideskripsikan sebagai sesuatu yang mengandung nilai kekerasan dan permusuhan.
Menurut Saleh, banyak kasus pemuatan karikatur sejenis di luar negeri yang diprotes berbagai elemen masyarakat Muslim Indonesia. Karena itu, wajar jika banyak orang curiga ada agenda tersembunyi di balik pemuatan karikatur itu.
"Sebagai seorang Muslim, tentu saya sangat terkejut dengan karikatur itu. Apalagi, karikatur itu dimuat media berbahasa Inggris yang dibaca di hampir seluruh dunia melalui edisi digital," katanya.
Sebelumnya, publik Indonesia dikejutkan dengan pemuatan karikatur di harian The Jakarta Post pada 3 Juli yang dinilai menyinggung umat Islam. Pihak The Jakarta Post telah menyampaikan permohonan maaf terkait pemuatan karikatur itu. (*/jno)