Pertamina: LNG Impor Bisa untuk Skema "Swap"

id Pertamina: LNG Impor Bisa untuk Skema "Swap"

Jakarta, (Antara) - PT Pertamina (Persero) mengungkapkan, produk gas alam cair (liquified natural gas/LNG) impor bisa digunakan untuk skema pertukaran (swap) dengan kuota ekspor. Wakil Presiden Senior Rekayasa dan Manajemen Operasi Direktorat Gas Pertamina Salis Aprilian di Jakarta, Kamis mengatakan, mekanisme "swap" tersebut memungkinkan pemanfaatan gas di dalam negeri menjadi lebih maksimal. "Kami melihat kemungkinan swap itu," katanya. Menurut dia, dengan "swap" tersebut, maka LNG impor bisa digunakan untuk mengganti kebutuhan tujuan ekspor LNG dari Indonesia misalkan Jepang atau Korea Selatan. Sementara, produksi LNG yang sebelumnya untuk ekspor bisa dimanfaatkan di dalam negeri. Pada 4 Desember 2013, Pertamina menandatangani perjanjian jual beli (sales purchase agreement/SPA) dengan Cheniere Energy Inc untuk mengimpor 0,8 juta ton LNG per tahun mulai 2018. Pasokan LNG selama 20 tahun tersebut berasal dari kilang LNG milik Cheniere di Corpus Christi, Texas, AS. Salis mengatakan, pihaknya akan meningkatkan impor LNG hingga tiga juta ton per tahun untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri setelah 2020. "Kalau sudah dapat tiga juta ton per tahun, baru lah secure," katanya. Saat ini, lanjutnya, Pertamina sudah menjajaki tambahan impor LNG dengan produsen antara lain di AS dan Kanada. "Mudah-mudahan segera ada kepastian," katanya. Menurut dia, harga LNG impor yang diperoleh Pertamina cukup kompetitif dibandingkan pasar saat ini dan juga domestik. Dengan demikian, lanjutnya, impor LNG sebanyak tiga juta ton per tahun merupakan langkah strategis ke depan. Impor LNG tersebut direncanakan memasok kebutuhan lima terminal di dalam negeri. Yakni, empat unit penampungan dan regasifikasi terapung (floating storage and regasification unit/FSRU) yang berlokasi di perairan Jakarta, Cilamaya, Porong, dan Cilacap. Serta, satu fasilitas darat yakni Terminal LNG Arun, Aceh. Data Pertamina, pada 2014, konsumsi gas domestik mencapai sekitar 3.000 juta kaki kubik per hari (MMSCFD) dan akan meningkat menjadi 8.000 MMSCFD dalam 10 tahun ke depan. (*/sun)