Nuraini (40), sepertinya tidak bisa menahan emosinya. Wanita paruh baya itu langsung menangis histeris memeluk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, ketika mengunjungi barak pengungsi di Desa Genting Bulen, Kecamatan Ketol, Kabupaten Aceh Tengah, Selasa (9/7).
Nuraini merupakan salah satu dari korban gempa berkekuatan 6,2 skala Richter yang mengguncang wilayah itu, Selasa (2/7).
Ia tidak saja kehilangan rumah, tapi suaminya, M Jali dan anak bungsunya Ali Hasimi (8) menjadi korban tanah longsor di Desa Serempah, Kecamatan Ketol.
Oleh karenanya, ketika Presiden yang didampingi Ibu Ani Yudhoyono menemuinya, langsung Nuraini menangis sambil memohon kepada Kepala Negara agar suami dan anaknya ditemukan.
"Suami dan anak saya belum ditemukan. Tolong Pak agar mereka bisa ditemukan," Nuraini memohon kepada Presiden.
Suasana di tenda pengungsi itu menjadi hening mendengarkan tangisan Nuraini, termasuk Ibu Negara Ani Yudhoyono ikut menenangkan Nuraini.
Nuraini yang didampingi anak gadisnya Rasyida menyatakan dirinya sangat berharap suami dan anaknya itu bisa diketemukan, sehingga ia bisa tenang.
"Kalau pun nanti pihak TNI, Polri dan relawan SAR lainnya tidak menemukan mayat suami dan anak saya, tapi saya sudah lega, karena sudah ada upaya," katanya.
Suami dan anak Nuraini sebelum peristiwa gempa berangkat mencari ikan di sungai yang berada di bawah dari rumah penduduk.
"Sebenarnya, suami saya sudah lama tidak pernah mencari ikan. Tapi kenapa pada hari itu, ia tiba-tiba ingin sekali mencari ikan, termasuk anak yang sangat dekat dengan bapaknya itu minta ikut. Mungkin itu sudah takdir, akan dipanggil Allah SWT," katanya.
Dalam musibah tersebut, Nuraini tidak sendirian, karena warga di desanya ada yang senasib dengan dirinya, yakni Mariana (26). Wanita tiga anak ini juga ditinggal suaminya Nikmat yang menjadi korban tanah longsor.
Sama seperti korban M Jali. "Nikmat sebenarnya sudah lama tidak mencari ikan, tapi kenapa pada siang itu, ia bersama temannya Sabri mencari ikan di sungai," katanya.
Desa Serempah yang terletak sekitar 25 Km dari jalan negara di Simpang Balek, Kabupaten Bener Meriah, merupakan kawasan terparah yang terkena gempa.
Hampir seluruh rumah warga di kawasan yang masih termasuk dalam Kecamatan Ketol itu rusak, sehingga tidak bisa ditempati lagi.
Musibah yang dialami warga desa tidak hanya itu, tapi desa mereka terbelah dua dan sebagian longsor bersama rumah dan bangunan lainnya.
Pada longsor tersebut mengakibatkan 11 orang menjadi korban, lima diantaranya sudah diketemukan, sedangkan enam lainnya dalam pencarian.
Agar Tabah
Mendengar keluhan korban, Presiden Yudhoyono berjanji membantu mencari korban yang masih hilang karena tertimbun.
"Kita harus sabar. Kami datang untuk membantu semua korban. Kita akan membantu sekuat tenaga termasuk mencari korban yang hilang. Akan kita kerahkan TNI dan Polri serta relawan lainnya secara maksimal," tutur Kepala Negara.
Kepala Negara menyatakan, tim relawan terus berusaha untuk mencari korban, tapi semua itu harus diserahkan kepada Allah SWT.
Pada bagian akhir pertemuannya, Presiden juga memberi bantuan selimut dan sembako secara simbolis yang diserahkan oleh Ibu Ani Yudhoyono.
"Ini ada bantuan selimut, nanti semua korban dapat," katanya saat menyerahkan paket.
Melihat kondisi desa yang cukup memprihatinkan, tidak ada kata lain, warga agar dipindahkan ke lokasi lain yang lebih aman. Tidak semua warga harus dipindahkan, tapi khusus Desa Serempah yang rasanya tidak memungkinkan lagi menjadi pemukiman penduduk.
Sebanyak 76 kepala keluarga di Desa Serempah sepertinya sudah bersedia direlokasi ke tempat yang baru, karena mereka sudah tidak berani lagi kembali ke kampungnya.
"Kami semua sudah sepakat untuk dipindahkan ke tempat baru, karena warga sudah tidak berani lagi pulang kampung," kata tokoh masyarakat Desa Serempah Muhammad dan Hasan Toa yang ditemui di lokasi pengungsian Desa Genting Bulen, Kecamatan Ketol, Aceh Tengah, Selasa.
Ada tiga lokasi yang sudah ditawarkan kepada warga, yakni Kuta Alam, Ujung Blang, dan Desiti, yang kesemuanya di Kecamatan ketol.
"Alhamdulillah hampir semua warga sepakat untuk direlokasi di Desa Kuta Alam, karena itu memang masih bagian dari lahan warga," katanya.
Muhammad yang juga guru SD 10 Ketol di Desa Serempah menyatakan, setelah terjadi gempa berkekuatan 6,2 skala Richter, Selasa (2/7) yang mengakibatkan dua tersebut terbelah dua dan sebagian longsor ke jurang, warga sudah tidak berani lagi pulang kampung.
Selain sebagian desa sudah hilang, setelah terjadi gempa struktur tanah di desa itu sudah banyak yang retak-retak, sehingga khawatir apabila terjadi gempa akan bisa longsor lagi, katanya.
Hasan Toa menyatakan, warga di Serempah sudah sangat trauma sejak terjadinya gempa, sehingga mereka tidak mau kembali lagi.
"Jangankan tetap tinggal, untuk melihat desanya saja mereka sudah tidak berani lagi, apalagi sebagian lahan yang longsor bersama rumah-rumah warga," katanya.
Ia menyatakan, kalau hanya sekedar rumah roboh, mungkin warga tidak begitu trauma, tapi yang menjadi ketakutan mereka adalah adanya sebagian tanah desa yang longsor, hingga jatuh ke jurang.
Menanggapi relokasi warga, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Syamsul Ma''arif menyatakan, pada dasarnya pemerintah tergantung kepada masyarakat, kalau memang warga sudah trauma, maka tidak ada masalah.
Namun, untuk merelokasi tidak hanya menyediakan lahan atau rumah, tapi sarana dan infrastruktur lainnya yang semua itu membutuhkan waktu dan dana yang besar, katanya.
Tapi, kalau memang warga sudah memiliki tekad untuk pindah, maka silahkan saja, tinggal pemerintah daerah mengatur agar semuanya bisa berjalan baik, kata Syamsul Ma''arif.
Tenda Famili
Namun, bagi warga korban gempa yang tidak direlokasi, pemerintah cukup akan membantu 4.000 tenda famili sebagai tinggal sementara, sebelum rumah mereka dibangun kembali oleh pemerintah.
Syamsul Ma''arif saat mendampingi Presiden berkunjung eks lokasi bencana menyatakan, pemerintah segera menyalurkan tenda famili untuk korban gemba di Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah, sehingga mereka bisa melaksanakan ibadah puasa Ramadhan dengan khusuk dan hikmat.
"Selain itu juga kita akan salurkan 50 tenda besar untuk kegiatan shalat Tarawih," katanya.
Syamsul menyatakan, bantuan tenda tersebut agar warga yang rumahnya hancur bisa menggunakannya sebelum pemerintah membangun kembali tempat tinggal mereka.
Ia menyatakan, setelah tahap tangap darurat, pemerintah segera menentukan jumlah rumah dan sarana umum lainnya yang rusak untuk segera diverifikasi dan kemudian dilaksanakan segera rehabilitasi dan rekontruksi.
"Pada Jumat depan ini akan dilakukan verifikasi jumlah riil rumah penduduk yang rusak akibat gempa," ujarnya.
Disebutkan, pada tahap rehab rekon ini yang diutamakan rumah penduduk, sehingga dalam waktu tidak terlalu lama warga korban segera menempati rumah yang permanen.
Ketika ditanya berapa dana yang diangarkan untuk rehab rekon, Syamsul Ma''arif menyatakan, dana yang dibutuhkan sesuai kebutuhan masyarakat.
"Berapa kebutuhan masyarakat, maka sebesar itu pemerintah akan menggarakan dana untuk rehab rekon," katanya.
Data Posko Utama Bencana Aceh tengah dan Bener Meriah, rumah warga yang rusak berat, sedang, dan ringan mencapai 16.019 unit. Rumah rusak yang paling terdapat di Aceh Tengah sebanyak 13.862 unit yang terdiri atas 5.516 unit rusak berat, 3.061 rusak sedang, dan 5.596 unit rusak ringan.
Kemudian di Kabupaten Bener Meriah sebanyak 2.257 unit yang terdiri atas 662 unit rusak berat, 311 unit rusak sedang dan 1.184 unit rusak ringan.
Gempa berkekuatan 6,2 skala Richer, Selasa (2/7) pukul 14.37 WIB itu mengakibatkan korban jiwa sebanyak 39 meninggal dunia yang tersebar di Kabupaten Bener Meriah 9 orang dan Aceh Tengah 30 orang. (*)