Mencairnya Permafrost Bahaya Baru Bagi Pemanasan Global

id Mencairnya Permafrost Bahaya Baru Bagi Pemanasan Global

Doha, (ANTARA/Reuters) - Tanah permafrost yang membentang di wilayah Siberia dan Alaska yang mengandung karbon dalam jumlah besar mulai mencair sehingga mengancam percepatan pemanasan global, demikian laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Selasa. Pencairan permafrost, atau lapisan tanah beku yang terdapat di bawah permukaan tanah, dalam skala yang besar di Rusia, Kanada, China dan Amerika Serikat juga mengancam rumah-rumah, jalanan, rel kereta api dan pipa-pipa minyak, kata perwakilan Program Lingkungan PBB (UNEP) dalam laporan yang dipublikasikan di pertemuan PBB yang membahas tentang iklim yang digelar pekan ini dan pekan depan di Qatar. "Permafrost telah mulai mencair," kata Kevin Schaefer, peneliti Universitas Colorado dalam jumpa pers di Doha. Pencairan tanah beku yang semakin cepat akan membebaskan karbon dioksida dan gas metana dalam jumlah yang sangat banyak, yang selama ini terperangkap, selama hingga ribuan tahun dalam materi organik di lapisan tanah bawah, kata laporan tersebut. Permafrost yang mulai menghangat bisa melepaskan gas karbon dioksida, penyebab utama efek rumah kaca, setara dengan 43 hingga 135 miliar ton pada 2100. Angka tersebut setara dengan lebih dari 39 persen emisi tahunan yang dihasilkan penduduk dunia. Tanah permafrost diperkirakan mengandung 1.700 ton karbon atau dua kali kandungan yang terdapat di atmosfer, kata laporan tersebut. Suhu yang lebih tinggi Pencairan permafrost tersebut bisa membuat perkiraan PBB tentang kenaikan suhu rata-rata pada abad ini terlalu rendah, kata Schaefer. UNEP mengeluarkan laporan pada pekan lalu yang mengatakan kenaikan emisi gas rumah kaca bisa meningkatkan suhu antara tiga hingga lima derajat Celcius (lima hingga sembilan Fahrenheit) pada tahun 2100. Angka tersebut lebih tinggi dari perhitungan dari 200 negara yang menghadiri pertemuan iklim PBB pada 2010 yang menyatakan membatasi kenaikan suhu di bawah dua derajat celsius akan mencegah lebih banyak banjir, kekeringan, gelombang panas dan kenaikan permukaan air laut. UNEP juga mengatakan pencairan permafrost akan menciptakan lingkaran yang membahayakan karena pelepasan gas rumah kaca yang semakin banyak akan memerangkap panas yang lebih banyak pula di udara sehingga mempercepat pencairan tersebut. Hal tersebut membawa efek pemacuan gas rumah kaca (runaway effect) yang tidak bisa dibalikkan dan diubah. Target emisi dari setiap persetujuan untuk memerangi pemanasan global harus memperhitungkan emisi yang disebabkan permafrost tersebut, jika tidak maka akan melampaui target maksimal pemanasan dua derajat Celsius yang sebelumnya telah disetujui, kata Schaefer. "Permafrost adalah salah satu kunci bagi masa depan planet ini," kata Achim Steiner, kepala UNEP dalam pernyataannya. "Potensi dari dampak yang ditimbulkannya terhadap iklim, ekosistem dan infrasturktur telah diabaikan selama ini," kata dia. Studi UNEP juga menyebutkan pencairan permafrost bisa merusak infrastruktur dari jembatan hingga jaringan kabel listrik, serta mengancam kehidupan hewan dan tumbuhan di hutan dan kawasan tundra di belahan bumi bagian utara. Sebagai contohnya, pada 1994 terjadi kerusakan jaringan pipa minyak milik Vozei di Rusia bagian utara sehingga menyebabkan tumpahnya 160.000 ton minyak yang menjadi tragedi terbesar tumpahnya minyak di daratan. Para peneliti menyarankan laporan khusus tentang permafrost di panel pakar iklim PBB dan mendesak pemantauan yang lebih baik terhadap tanah permafrost di utara. Akan tetapi, Wakil Ketua panel tersebut, Jean-Pascal van Ypersele, mengatakan laporan global dari panel pada 2013 dan 2014 akan menyertakan temuan-temuan terakhir yang terkait. Namun dia mengatakan "Akan terlalu awal mengatakan jika kita membutuhkan laporan khusus". (*/sun)

Pewarta :
Editor: Antara Sumbar
COPYRIGHT © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.