Padang (ANTARA) - Dalam rangka memperingati Hari Kesehatan Mental Dunia 2025, Psikologi Universitas Negeri Padang (UNP), menggelar acara Seminar Nasional World Mental Health Day (WMHD) 2025, dengan tema Speak Up for Mental Health: Break The Stigma, Build Awareness.
"Acara ini bertujuan untuk membangun kesadaran dan kepedulian semua orang, terhadap pentingnya menjaga kesehatan mental, terutama pada kalangan mahasiswa," kata Kepala Departemen Psikologi UNP, Dr. Mardianto, S.Ag., M.Si., di Padang, Sabtu.
Ia mengatakan selain mendapatkan materi, peserta dalam acara ini juga dapat merasakan terapi emosi dan terapi diri.
Kegiatan digelar secara hybrid, dengan jumlah pendaftar 119 peserta daring melalui zoom meeting, dan 234 orang mengikuti secara langsung, di Aula Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Padang, Sabtu, 11 Oktober lalu.
Seminar nasional dihadiri oleh Kepala Departemen Psikologi UNP, Pembina Himpunan Mahasiswa Departemen Psikologi UNP, Duta Genre Kota Padang, Duta Kesehatan Sumatera Barat, perwakilan ILMPI, serta Perwakilan Himpunan Mahasiswa Psikologi Unand, UIN Imam Bonjol, dan Universitas Syedza Syantika.
"Kegiatan ini menekankan bahwa peringatan Hari Kesehatan Mental Dunia, merupakan momentum penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, mengenai pentingnya kesejahteraan psikologis," jelasnya.
Menurutnya, Hari Kesehatan Mental Sedunia yang diperingati setiap 10 Oktober, adalah momen penting karena mengingatkan akan pentingnya kesehatan mental.
Tahun ini, tema dari UNESCO adalah ‘Mental Health is a Universal Human Right’, yang menegaskan bahwa kesehatan mental merupakan hak asasi bagi setiap manusia.
"Tema ini mengingatkan kita bahwa setiap orang, tanpa memandang usia maupun gender, perlu sadar akan pentingnya kesejahteraan psikologis," lanjutnya.
Ia menegaskan sebagai bagian dari komunitas akademisi, Departemen Psikologi memiliki tanggung jawab untuk terus mensosialisasikan pentingnya kesadaran tersebut.
Senada dengan hal tersebut, Pembina Himpunan Mahasiswa Departemen Psikologi UNP, Free Dirga Dwatra, S. Psi , M. A, juga menyampaikan pandangannya, mengenai pentingnya meningkatkan kepedulian terhadap kesehatan mental, yang dapat dimulai dari lingkungan terdekat.
“Dari kalangan akademik, kita bisa mulai dengan orang-orang di sekitar kita, tetangga, teman, siapa pun yang belum paham apa itu mental yang sehat. Kita jangan hanya menjadi akademisi di dalam kelas, tapi juga membawa nilai psikologi ke masyarakat,” jelasnya.
Dalam pandangannya, di era digital saat ini, media sosial sebaiknya dimanfaatkan untuk menyebarkan edukasi, lewat konten ringan di Instagram atau platform lain.
"Menyebarkan pesan tentang pentingnya kesehatan mental, bisa lebih cepat menjangkau banyak orang, lewat dunia digital,” tambahnya.
Seminar nasional ini menghadirkan dua pemateri yang kompeten dalam bidang psikologi, dan satu bintang tamu.
Pada sesi pertama mengangkat topik “Finding Balance: Mengelola Kuliah, Prestasi, dan Kesejahteraan Mental di Era Digital”, yang disampaikan oleh Wirza Fenny Rahayu S.Psi., M.Psi., yang merupakan seorang psikolog, dan dosen psikologi UNP.
Fenny menyoroti bahwa meningkatnya permasalahan kesehatan mental di kalangan mahasiswa saat ini, sangat berkaitan dengan era digital.
Ia menjelaskan bahwa media sosial sering kali menimbulkan tekanan tersendiri, seperti perbandingan sosial dan keinginan untuk selalu terlihat sempurna.
“Banyak mahasiswa yang merasa harus selalu terlihat baik-baik saja, padahal perasaan tidak baik itu juga manusiawi,” jelasnya.
Ia menekankan pentingnya self-awareness, self-care, dan self-acceptance, agar individu mampu memahami batas diri dan kebutuhan emosionalnya.
“Mulailah dengan mengenal diri sendiri, menerima kekurangan, dan memberikan waktu untuk beristirahat. Kesehatan mental sama pentingnya dengan kesehatan fisik,” jelasnya.
Selain itu, sesi pertama juga diisi oleh Arief Kurniawan, peserta Clash of Champion Ruang Guru Season 2, yang merupakan mahasiswa kedokteran Universitas Andalas.
Materi ini membahas mengenai cara membuat kehidupan menjadi lebih seimbang, terutama pada kesibukan sebagai mahasiswa.
Arief Kurniawan mengatakan ketertarikannya untuk bergabung dalam acara WMHD 2025, berawal dari pengalamannya mempelajari blok kejiwaan di Fakultas Kedokteran.
Ia menilai isu kesehatan mental, sangat relevan bagi mahasiswa yang menghadapi tekanan akademik dan sosial.
“Banyak mahasiswa yang sebenarnya sadar sedang stres, tapi tidak tahu bagaimana menanganinya. Padahal, mengenali sumber stres adalah langkah awal yang penting untuk pulih,” ujarnya.
Ia menambahkan menjaga keseimbangan antara kuliah, dan kehidupan pribadi bisa dimulai dari hal sederhana, seperti beristirahat sejenak dan menenangkan diri sebelum mengambil keputusan.
Menurutnya, tantangan terbesar bagi generasi muda saat ini, adalah pengaruh media sosial yang sering menimbulkan rasa tidak cukup akibat fenomena FOMO (Fear of Missing Out).
“Kita tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain di media sosial. Cukup fokus pada proses dan kemajuan diri sendiri,” tambahnya.
Sementara itu, pada sesi kedua diisi oleh Neny Andriani, S.Psi., M.Psi., Psikolog, CI, C.NL.P, seorang psikolog klinis dari RSJ Prof. HB Saanin Padang, dan RSU Bunda Medika Padang.
Dalam pemaparannya, mengangkat tema “Trauma dan Self-Healing: Langkah Memulihkan Diri untuk Kesehatan Mental yang Lebih Baik”.
Sesi ini juga disertai dengan melakukan terapi emosi dan trauma, dimana para peserta dibawa untuk menyelami kembali emosi, serta trauma yang dirasa menyakitkan dan masih terpendam lama.
"Masalah gangguan mental sampai hari ini masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun sisi positifnya, masyarakat kini mulai lebih aware terhadap isu kesehatan mental,” jelasnya.
Ia juga menyoroti tantangan di era digital, terutama bagi generasi muda.
“Media sosial bisa berdampak negatif ketika seseorang tidak mampu memfilter hal-hal yang ia konsumsi. Filterisasi itu penting dalam segala aspek,” tegasnya.
Acara ini memberikan manfaat besar dan dampak bagi para peserta, dengan menjadi ruang aman untuk saling berbagi cerita, mendengarkan, didengarkan, dan semakin berani untuk mengakui luka dan trauma diri.
“Kesannya di sini saya bener-bener senang banget dan lega lah intinya. Apalagi setelah sesi self-healing, saya bener-bener lega banget," kata Meila salah satu peserta seminar.
Melalui seminar ini, Psikologi UNP dan seluruh panitia WMHD, berharap kegiatan ini dapat menjadi acara tahunan yang dapat terus berkembang semakin baik, serta memberikan manfaat dan dampak besar bagi seluruh peserta yang mengikutinya.
