Padang (ANTARA) - Di bawah langit sore yang mulai menguning, barisan layang-layang tampak menghiasi langit kawasan Tanah Sirah, Kota Padang. Suara sorak sorai dan desir angin menciptakan suasana yang akrab dan penuh nostalgia.
Bagi sebagian orang, menerbangkan layang-layang adalah cara sederhana untuk melepas penat dan kembali ke masa kecil. Tak hanya anak-anak, banyak pula orang dewasa yang turut larut dalam keseruan permainan tradisional ini.
Namun, di balik keceriaan itu, ada cerita lain yang tak kalah nyata. Cerita tentang bagaimana seutas benang yang putus bisa mengubah sore yang damai menjadi momen yang menegangkan.
Ketika layang-layang terlepas dari kendali, sekelompok anak hingga remaja seketika berlarian mengejarnya. Tak ada lagi yang mereka pikirkan selain menangkap layang-layang itu terlebih dahulu.
Sayangnya, semangat itu sering kali mengabaikan keselamatan, baik keselamatan diri mereka sendiri maupun orang-orang di sekitar mereka.
“Kalau sudah ada layang putus, mereka langsung kejar-kejaran, bahkan ada yang sampai,” kata salah seorang warga Padang, Icun.
Kebiasaan mengejar layangan putus ini sudah menjadi pemandangan rutin setiap sore, terlebih saat diadakannya lomba layang-layang. Layangan yang berhasil ditangkap bahkan bisa ditebus oleh pemilik atau panitia lomba.
Inilah yang menjadi daya tarik tersendiri, membuat anak-anak rela bersaing dan mempertaruhkan apa saja demi sepotong layangan.
Sayangnya, tak semua aksi itu berujung menyenangkan. Banyak dari mereka yang mengejar layangan sambil mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi, tanpa helm, dan tanpa menghiraukan lingkungan sekitar.
“Di sini banyak anak kecil. Kalau mereka bawa motor ngebut, kami jadi khawatir,” timpal Icun lagi.
Tak berhenti di situ, demi menggapai layangan yang tersangkut di atap rumah atau kabel listrik, anak-anak ini membawa tongkat panjang. Mereka tanpa ragu memanjat atap, menarik benang dari kabel, atau bahkan menyeberang jalan tanpa memperhatikan arus lalu lintas.
“Kadang benangnya nyangkut di kabel PLN. Mereka tarik paksa, padahal itu bahaya. Bisa-bisa listrik korslet,” ujar Santi, warga lainnya.
Lalu lintas di sekitar lokasi pun sering terganggu. Pengendara harus mendadak menghentikan kendaraannya karena anak-anak tiba-tiba menyeberang tanpa aba-aba. Satu permainan bisa mengganggu banyak aktivitas warga.
Pesan terakhir dari warga sederhana namun sangat bermakna, jangan kejar layang-layang dengan melupakan keselamatan diri sendiri dan orang lain, jangan sampai merusak.
Aktifitas yang semestinya menghibur, jangan sampai berubah menjadi petaka.
