Lula juga mengingatkan bahwa sebagian besar negara anggota BRICS saat ini adalah pendiri PBB.
"Sepuluh tahun setelah PBB berdiri, Konferensi Bandung menolak pembagian dunia dalam zona pengaruh dan memperjuangkan tatanan internasional yang multipolar," kata Lula.
Menutup pernyataannya, Lula menegaskan kembali posisi BRICS dalam peta global. "BRICS adalah pewaris gerakan non-blok," katanya.
Dalam sesi penting ini, Presiden Prabowo, yang didampingi oleh Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, turut membahas topik krusial mengenai Perdamaian dan Keamanan serta Reformasi Tata Kelola Global.
Pertemuan tertutup tersebut melibatkan para pemimpin dari negara-negara anggota BRICS, termasuk tuan rumah Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa, dan Perdana Menteri India Narendra Modi.
Mesir diwakili oleh Perdana Menteri Mostafa Madbouly, Ethiopia oleh Perdana Menteri Abiy Ahmed, dan Uni Emirat Arab (UAE) oleh Putra Mahkota Abu Dhabi, Khalid bin Mohammed bin Zayed. Iran, sebagai anggota baru, mengirimkan Menteri Luar Negeri Seyed Abbas Aragchi.
Meskipun Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Presiden Rusia Vladimir Putin tidak hadir secara langsung, delegasi kedua negara tetap diwakili oleh pejabat tinggi, yaitu Perdana Menteri Li Qiang dari Tiongkok dan Menteri Luar Negeri Sergey Lavrov dari Rusia.
Presiden Prabowo memperoleh urutan keenam dari seluruh peserta untuk menyampaikan pandangannya di hadapan para pemimpin, setelah Perdana Menteri Li Qiang berbicara.
Dalam momen pleno yang mempertemukan para pemimpin di meja bundar, Presiden Prabowo terlihat duduk diapit oleh Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa dan Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Presiden Brasil: BRICS warisi semangat non-blok Konferensi Bandung
