Padang (ANTARA) - Pakar politik dari Universitas Andalas (Unand) Sumatera Barat (Sumbar) Prof Asrinaldi menilai pemungutan suara ulang (PSU) Kabupaten Pasaman bisa mencerminkan konsistensi konstituen terhadap semangat perubahan dari kepemimpinan sebelumnya.
"Buktinya, dua kali penyelenggaraan yakni Pilkada 27 November 2024 dan PSU 19 April 2025 masyarakat cenderung memilih pasangan yang sebelumnya dianulir, meskipun ini baru hasil hitung cepat," kata pakar politik dari Unand Prof Asrinaldi di Padang, Senin.
Hasil Pilkada serentak 27 November 2024 KPU Kabupaten Pasaman menyatakan pasangan nomor urut 1 Welly Suhery dan Anggit Kurniawan Nasution meraih suara terbanyak. Namun, hasil itu didiskualifikasi Mahkamah Konstitusi melalui perkara Nomor 02/PHPU.BUP-XXIII/2025.
Kemudian, hasil sementara PSU Kabupaten Pasaman yang diselenggarakan pada 19 April Welly Suhery yang berganti pasangan dengan Parulian Dalimunte unggul dari dua kompetitornya.
"Ini menandakan masyarakat menginginkan adanya perubahan dalam penyelenggaraan pemerintahan," kata Asrinaldi.
Dosen pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Unand tersebut mengingatkan jika Welly Suhery dan Parulian Dalimunte resmi terpilih sebagai Bupati dan Wakil Bupati Pasaman, maka janji-janji politik wajib ditunaikan demi mencegah kekecewaan masyarakat.
"Pemimpin yang terpilih ini harus memaknai bahwa ia harus merealisasikan janji kampanyenya," ujar dia menegaskan.
Terpisah, Ketua Tim Pemenangan Welly Suhery dan Parulian Dalimunte, Dedi mengatakan berdasarkan hitung cepat Formulir C1 yang dikumpulkan para saksi di 605 tempat pemungutan suara (TPS) yang tersebar di 12 kecamatan yang ada, pasangan itu mengklaim memperoleh 61.603 suara atau 43,46 persen.
"Kami mengucapkan terima kasih. Kemenangan ini untuk kebangkitan Pasaman," ujarnya.