Wamen Stella: Riset berbasis keingintahuan tingkatkan upaya hilirisasi
Denpasar (ANTARA) - Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Wamendiktisaintek) Stella Christie menekankan pentingnya negara untuk melakukan riset berbasis keingintahuan (curiosity-based research) guna meningkatkan upaya hilirisasi yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Wamen Stella saat dikonfirmasi di Denpasar, Jumat, mengambil intisari dari kuliah umum yang dipaparkan oleh Ahli Fisika ternama dunia, Prof Robert Myers, di mana cakrawala keingintahuan manusia sangat luar biasa, sehingga kini masyarakat bisa mengakses berbagai perangkat teknologi seperti telepon pintar (smartphone) yang diawali dengan penemuan persamaan Maxwell dan teori relativitas Einstein lebih dari seabad lalu.
Kemudian, di samping itu, para ilmuwan mampu menemukan vaksin dari virus COVID-19 hanya dalam waktu yang relatif singkat, di mana sebelumnya tidak pernah terbayangkan untuk membuat vaksin dari virus yang melanda seluruh dunia itu.
"Itulah yang disebutkan penelitian berdasarkan rasa ingin tahu, atau curiosity-based research. Curiosity-based research itu harus tetap ada," kata Wamen Stella.
Stella menjelaskan, riset terkait masalah yang ada pada saat ini juga merupakan hal penting, namun kepentingan yang sama juga berlaku dalam melakukan riset-riset untuk berbagai masalah yang akan datang, di mana mungkin masalah tersebut terlihat tidak relevan untuk zaman sekarang.
"Nanti di masa depan kita tidak -siap-, tahu-tahu ada problem yang baru. Kita selalu ada problem baru, -tapi- kita tidak bisa memecahkan masalah itu," ujarnya.
"Pemecahan masalah di masa depan itu tidak bisa kita petakan. Sehingga, sekarang pun kita harus investasi ke dua-duanya -riset untuk masalah sekarang dan masa depan-," lanjutnya.
Adapun riset berbasis keingintahuan, kata Stella, berkaitan erat dengan misi Presiden RI Prabowo Subianto dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara hingga delapan persen, yang salah satunya ditempuh melalui upaya hilirisasi.
Menurutnya, dalam pengelolaan berbagai komoditas negara seperti nikel, batu bara, kelapa sawit, coklat, dan lain sebagainya harus berbasis riset, sehingga kolaborasi multisektor sangat penting untuk dapat menyukseskan upaya ini.
Wamen Stella mengambil contoh dari Prof Robert Myers yang dapat mendirikan Perimeter Institute di Kanada, sebagai salah satu lembaga riset terkemuka dunia, di mana pendiriannya didukung oleh salah satu raksasa industri teknologi komunikasi di zamannya.
Pendirian lembaga tersebut, lanjutnya, berlandaskan riset berbasis keingintahuan yang menghargai ilmu fisika sebagai dasar penciptaan berbagai teknologi yang ada pada saat ini.
"Jadi, saya mau mengajak yang kita bilang triple helix, dari pemerintah, pergeruan tinggi, dan industri, ayo kita harus bekerja sama untuk memajukan Indonesia," tutur Stella Christie.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Wamen Stella: Riset berbasis keingintahuan tingkatkan upaya hilirisasi
Wamen Stella saat dikonfirmasi di Denpasar, Jumat, mengambil intisari dari kuliah umum yang dipaparkan oleh Ahli Fisika ternama dunia, Prof Robert Myers, di mana cakrawala keingintahuan manusia sangat luar biasa, sehingga kini masyarakat bisa mengakses berbagai perangkat teknologi seperti telepon pintar (smartphone) yang diawali dengan penemuan persamaan Maxwell dan teori relativitas Einstein lebih dari seabad lalu.
Kemudian, di samping itu, para ilmuwan mampu menemukan vaksin dari virus COVID-19 hanya dalam waktu yang relatif singkat, di mana sebelumnya tidak pernah terbayangkan untuk membuat vaksin dari virus yang melanda seluruh dunia itu.
"Itulah yang disebutkan penelitian berdasarkan rasa ingin tahu, atau curiosity-based research. Curiosity-based research itu harus tetap ada," kata Wamen Stella.
Stella menjelaskan, riset terkait masalah yang ada pada saat ini juga merupakan hal penting, namun kepentingan yang sama juga berlaku dalam melakukan riset-riset untuk berbagai masalah yang akan datang, di mana mungkin masalah tersebut terlihat tidak relevan untuk zaman sekarang.
"Nanti di masa depan kita tidak -siap-, tahu-tahu ada problem yang baru. Kita selalu ada problem baru, -tapi- kita tidak bisa memecahkan masalah itu," ujarnya.
"Pemecahan masalah di masa depan itu tidak bisa kita petakan. Sehingga, sekarang pun kita harus investasi ke dua-duanya -riset untuk masalah sekarang dan masa depan-," lanjutnya.
Adapun riset berbasis keingintahuan, kata Stella, berkaitan erat dengan misi Presiden RI Prabowo Subianto dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi negara hingga delapan persen, yang salah satunya ditempuh melalui upaya hilirisasi.
Menurutnya, dalam pengelolaan berbagai komoditas negara seperti nikel, batu bara, kelapa sawit, coklat, dan lain sebagainya harus berbasis riset, sehingga kolaborasi multisektor sangat penting untuk dapat menyukseskan upaya ini.
Wamen Stella mengambil contoh dari Prof Robert Myers yang dapat mendirikan Perimeter Institute di Kanada, sebagai salah satu lembaga riset terkemuka dunia, di mana pendiriannya didukung oleh salah satu raksasa industri teknologi komunikasi di zamannya.
Pendirian lembaga tersebut, lanjutnya, berlandaskan riset berbasis keingintahuan yang menghargai ilmu fisika sebagai dasar penciptaan berbagai teknologi yang ada pada saat ini.
"Jadi, saya mau mengajak yang kita bilang triple helix, dari pemerintah, pergeruan tinggi, dan industri, ayo kita harus bekerja sama untuk memajukan Indonesia," tutur Stella Christie.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Wamen Stella: Riset berbasis keingintahuan tingkatkan upaya hilirisasi