Padang (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau, Padang Pariaman, Sumatera Barat melaporkan minimnya pertumbuhan bibit awan memicu peningkatan suhu di daerah itu sejak beberapa hari terakhir.
"Jadi kenapa beberapa hari terakhir terasa panas?, ya karena memang tutupan awannya sedikit," kata Kepala BMKG Stasiun Meteorologi Kelas II Minangkabau, Padang Pariaman Desindra Deddy di Padang, Jumat.
Deddy menjelaskan minimnya pertumbuhan bibit awan yang terpantau melalui citra satelit menyebabkan paparan sinar matahari langsung ke permukaan bumi tanpa adanya filterisasi dari awan.
"Imbas sedikitnya tutupan awan ini menyebabkan energi matahari berupa gelombang pendek itu maksimal diterima oleh permukaan bumi," ujarnya.
Minimnya pertumbuhan bibit awan tersebut berkaitan dengan kondisi fenomena global, regional dan lokal yang tidak mendukung pertumbuhan awan. Sebagai contoh, pada Juli 2024 Indonesia sudah memasuki musim kemarau dimana angin monsun timur atau monsun Australia sangat dominan.
Angin monsun Australia sendiri diketahui membawa massa udara yang sifatnya dingin dan kering dari benua Australia dan masuk ke Indonesia yang dapat menyebabkan musim kemarau.
Meskipun terjadi peningkatan suhu panas, Deddy menegaskan kondisi itu belum termasuk fenomena gelombang panas (heat wafe). Apalagi, berdasarkan catatan BMKG gelombang panas tidak pernah terjadi di Indonesia.
"Jadi, kalau gelombang panas itu karakternya ada perbedaan lima derajat celsius dari suhu kondisi normal," ujar dia.
Oleh karena itu, pihaknya menegaskan kondisi peningkatan suhu selama beberapa hari terakhir tidak termasuk fenomena gelombang panas seperti yang terjadi di Afrika, India dan wilayah lainnya.
Terakhir, BMKG mengimbau masyarakat agar mengantisipasi peningkatan suhu panas terutama saat beraktivitas di ruangan terbuka. Tindakan yang dapat dilakukan misalnya menggunakan payung da sebagainya.
Selain itu, BMKG juga mengimbau masyarakat agar tidak membakar sampah, atau membuka lahan perkebunan dengan cara dibakar. Sebab, hal tersebut dapat memicu kebakaran hutan dan lahan saat musim kemarau.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BMKG: Minimnya pertumbuhan bibit awan picu suhu panas di Sumbar
Berita Terkait
Stasiun GAW: Kemarau panjang imbas siklon di sekitar Filipina
Selasa, 29 Oktober 2024 19:42 Wib
Stasiun GAW catat 27 sebaran titik panas di Sumbar
Selasa, 29 Oktober 2024 13:11 Wib
PLN Gandeng PGE Bentuk Konsorsium Kembangkan Pembangkit Listrik Panas Bumi
Senin, 23 September 2024 10:07 Wib
PBB: Cuaca panas ekstrem menewaskan hampir 500 ribu orang setiap tahun
Jumat, 26 Juli 2024 7:57 Wib
Cuaca panas akan berlangsung hingga September
Rabu, 15 Mei 2024 17:27 Wib
Fenomena udara panas
Senin, 6 Mei 2024 16:17 Wib
PT Medco Paparkan Eksplorasi Panas Bumi di Bonjol, Pasaman
Sabtu, 4 Mei 2024 9:15 Wib
Politisi Nofrizon prediksi Pilkada Bukittinggi panas, lobi politik kandas
Selasa, 30 April 2024 10:41 Wib