Dekan FSMR ISI Yogyakarta apresiasi karya seni di ruang publik Bukittinggi

id Dekan FSMR ISI Yogyakarta ,Kegiatan temu wicara fotografi,ruang publik Bukittinggi,Pameran fotografi Selayang Minang

Dekan FSMR ISI Yogyakarta apresiasi karya seni di ruang publik Bukittinggi

Kegiatan temu wicara fotografi bersama narasumber Dekan Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta, Dr. Edial Rusli di Bukittinggi (Antara/Al Fatah)

​​​​​​​Bukittinggi (ANTARA) - Dekan Fakultas Seni Media Rekam ISI Yogyakarta, Dr. Edial Rusli mengapresiasi pagelaran karya seni yang digagas Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) ANTARA dipamerkan di ruang publik hingga langsung menyentuh seluruh kalangan masyarakat.

"Ini menjadi ide dan konsep baru, ruang publik akan lebih mendekatkan diri ke masyarakat, dari pengalaman yang ada pameran seni khususnya fotografi digelar di ruang tertutup dan terbatas," kata Edial Rusli di Bukittinggi, Selasa.

Ia mengatakan pameran fotografi bertajuk Selayang Minang di Kota Bukittinggi menjadi menarik diikuti karena diadakan di ruang tanpa batas dan bebas akses di pusat perbelanjaan.

"Saya melihat pameran fotografi lainnya biasa hanya ramai di awal pembukaan, tidak dengan Bukittinggi, ini ide menarik dari kurator, warga bisa langsung mengerti dan bersentuhan secara visual, apalagi dilakukan di pasar, fotografi bisa dinikmati buka hanya ada di genggaman," katanya.

Ia berharap konsep pameran fotografi dan kesenian lainnya bisa dilakukan lebih intens dengan menampilkan display yang disesuaikan bersama untuk seluruh penikmat foto.

"Artinya pameran ini berhasil, saya berkomunikasi langsung dengan masyarakat dan pedagang di lingkungan Pasa Ateh Bukittinggi, ada interaksi langsung antara kurator, fotografer dan bahkan teknisi yang menampilkan display di ruang publik baik," kata Edial Rusli.

Kurator Galeri Foto Jurnalistik ANTARA (GFJA), Ismar Patrizki mengatakan ada beberapa tantangan tersendiri dalam penampilan karya seni hasil fotografer ANTARA dan lembaga Koninklik Instituut Voor Taal Land en Volkenkunde (KITLV) Belanda itu.

"Saya belum berani untuk mengerucut ke tema yang lebih berat, karena harus memperhatikan segmen yang ada di sekitar Pasa Ateh, kami menggali dokumen yang ada di antara dan KITLV Belanda, tantangan lainnya juga untuk layout di dalam gedung agar bagaimana tampilannya tidak menutupi toko pedagang," kata Ismar.

Ia mengatakan karya fotografi harus bisa dinikmati seluruh kalangan dan dikemas secara berkualitas.

"Saya fikir jika pameran hanya diikuti dan disaksikan para fotografer itu hanya akan berputar-putar di situ saja, fotografi harus bisa dinikmati dari seluruh kalanhan atas dan bawah, harus dikemas secara berkualitas dan tidak asal, inilah yang kami coba gali dan menjadi tantangan sendiri," katanya.

Pameran fotografi Selayang Minang dari LKBN ANTARA digelar hingga awal Oktober, dalam kegiatan ini juga diisi dengan temu wicara fotografi yang diikuti komunitas fotografi, media dan akademisi.

ANTARA juga bekerjasama dengan Pemkot Bukittinggi, Sumatera Barat dalam Coaching Clinic atau pelatihan jurnalisme dasar fotografi untuk kalangan pedagang dan pelaku UMKM di Pasa Ateh.