Arosuka (ANTARA) - Sebagian besar petani di Indonesia khususnya di Sumbar biasanya membakar dan membiarkan jerami pasca panen padi di lahan pertanian, tanpa mengetahui potensi untuk dimanfaatkan lebih lanjut.
Akan tetapi bila dianalisa lebih lanjut jerami dan sisa kotoran ternak yang ada dapat diolah menjadi pupuk yang dampak dapat mengurangi biaya operasional bagi petani.
Di Sumbar, dari data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Holtikultura dan Perkebunan Sumatera Barat (Sumbar) pada 2022 luas lahan sawah di mencapai 194 ribu hektare, dengan luas panen padi mencapai 272 ribu hektare.
Dengan data itu dinilai cukup besar potensi pemanfaatan jerami dan kotoran ternak pasca panen padi di Sumbar untuk dijadikan pupuk.
Salah satunya dilakukan oleh kelompok KKN dari Universitas Andalas bersama dengan dosen pembimbing lapangan Prof. Dr. Ir. Elly Roza, MS di daerah Nagari Tanjung Balik, Kecamatan X Koto Diatas, Kabupaten Solok.
Melalui kerjasama dengan pemerintahan Nagari setempat serta Dinas Pertanian, tim melakukan edukasi pembuatan pupuk "Bokashi"dari jerami padi dan kotoran sapi kepada petani yang telah dilaksanakan pada tanggal 2 Agustus 2023 bersama dengan kelompok tani Guguak Lipek yang diketuai oleh bapak Damsir.
Dalam Kegiatan tersebut dihadiri oleh Ketua BPP Kecamatan X Koto Diatas beserta penyuluh pertanian kawasan Nagari Tanjung Balik.
Pupuk bokashi menjadi salah satu pilihan untuk dibuat pada kegiatan edukasi ini. Bokashi adalah istilah dalam bahasa Jepang yang berarti “perubahan secara bertahap”. Secara umum, pengertian bokashi adalah metode fermentasi bahan-bahan organik menggunakan starter aerob maupun anaerob yang berlangsung secara cepat dan efektif.
Starter yang umum digunakan dalam pembuatan pupuk bokashi adalah EM4, yaitu sekelompok mikroorganisme dekomposer. Bokashi adalah pupuk yang dapat menggantikan keberadaan pupuk kimia buatan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan memperbaiki sifat tanah yang disebabkan oleh penggunaan pupuk anorganik (pupuk kimia) yang berlebihan
Berdasarkan hasil diskusi bersama bapak Musrianto S.P selaku PPL kelompok tani Guguak Lipek disertai ilmu yang didapatkan mahasiswa KKN, didapatkan cara pembuatan pupuk bokashi yaitu:
Pertama, disediakan larutan starter dengan mencampurkan 1 liter air, 60 ml EM4 dan 10 gram gula pasir kemudian didiamkan selama 24 jam.
Selanjutnya disusun jerami setinggi 10 cm di atas terpal plastik. lalu ditambahkan kotoran sapi dan disiram dengan sedikit larutan bioaktivator.
Kesemua tahapan tersebut diulangi secara selang seling hingga seluruh bahan habis. Kemudian setelah bahan habis, terpal ditutup rapat hingga tidak ada udara.
Proses fermentasi bisa berlangsung hingga 2-3 minggu, yang mana setiap minggu dilakukan pengadukan dan pengecekan kelembapan pupuk.
Melalui kegiatan ini diharapkan dapat menambah wawasan petani dan dapat meningkatkan motivasi petani membuat pupuk dar jerami padi dan kotoran ternak. Diharapkan ilmu dari edukasi ini dapat diterapkan oleh petani secara berkelanjutan dan mampu mengurangi limbah pertanian, penggunaan pupuk kimia serta biaya operasional petani di Nagari Tanjung Balik.
Selain itu, diharapkan juga melalui edukasi pada satu kelompok tani ini dapat menyebar ke kelompok tani lain tak hanya di Nagari tanjung Balik tetapi juga di Kecamatan X koto diatas.*