BKKBN Sumbar raih empat nominasi di Peringatan Puncak Harganas ke-30

id BKKBN Sumbar,Padang,Sumbar

BKKBN Sumbar raih empat nominasi di Peringatan Puncak Harganas ke-30

Kepala Perwakilan BKKBN Sumbar Fatmawati menerima penghargaan saat Harganas ke-30 di Palembang (ANTARA/ HO Ig BKKBN Sumbar)

Padang (ANTARA) - Perwakilan Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Sumatera Barat meraih empat nominasi dalam Puncak Hari Keluarga Nasional (Harganas) ke-30 di Banyuasin, Sumatera Selatan (Sumsel), Kamis.

Kepala Perwakilan BKKBN Sumbar Fatmawati mengatakan empat nominasi itu juara 2 nasional lomba jingle-dance challange ajang kespro kawula muda (AkuKamu).

Kemudian terbaik 2 Kelompok KB Pria "Perkasa" Kota Solok mendapatkan regional 2 lalu juara 2 nasional dengan kategori provinsi dengan persentase pengisian kartu kembang anak (KKA) terbanyak.

Setelah itu juara 3 nasional provinsi dengan cakupan pengisian KKA terbanyak.

Sementara itu Wakil presiden (Wapres) Ma'ruf Amin saat meresmikan Harganas ke-60 meminta peran keluarga dalam mencetak generasi penerus bebas stunting diperkuat.

Dia mengatakan prevalensi stunting di Indonesia saat ini mencapai 21,6 persen, sementara pada 2024 prevalensi stunting ditargetkan menjadi 14 persen.

"Maka pada peringatan Hari Keluarga Nasional ke-30 ini, saya titip kepada seluruh keluarga Indonesia untuk terus memperkokoh peranan keluarga dalam mencetak generasi penerus yang bebas stunting, fisiknya, mentalnya maupun kehidupannya. Kelak mereka menjadi generasi yang mampu mengguncang dunia, seperti yang diucapkan oleh Presiden Soekarno," katanya

Ma'ruf juga menyinggung pidato Bung Karno soal 10 pemuda yang akan mengguncang dunia. Dia menyebut generasi muda Indonesia yang tumbuh dari keluarga yang kuat mampu berprestasi dan menghasilkan karya.

"Presiden Soekarno pernah berujar, 'Beri aku 10 pemuda, niscaya akan aku guncang dunia'. Saya pun meyakini, insyaallah, generasi muda Indonesia mampu menghasilkan karya dan prestasi yang mengguncangkan dunia. Pemuda hebat tumbuh dari anak-anak yang diasuh dan dididik oleh keluarga yang kuat," katanya.

Dia mengatakan pernikahan anak harus dihindari lantaran beresiko melahirkan anak stunting dan setiap keluarga dapat memanfaatkan layanan di posyandu dan puskesmas untuk memantau kesehatan ibu hamil dan perkembangan anak.

"Patut menjadi keprihatinan kita bersama, masih relatif tingginya angka pernikahan anak. Pernikahan anak mesti kita hindari karena lebih banyak mudaratnya daripada manfaatnya, termasuk berisiko lebih tinggi menghasilkan anak stunting," kata dia

"Saya juga meminta keluarga untuk memanfaatkan layanan di posyandu dan puskesmas untuk memantau kesehatan ibu hamil, serta pertumbuhan dan perkembangan anak," tuturnya.

Ia mengatakan konsekuensi stunting tak hanya soal tinggi badan melainkan kualitas hidup yang buruk. Dia menyebutkan 6,3 juta balita Indonesia mengalami stunting pada 2020 lalu.

Menurut dia pencegahan stunting harus diperhatikan dengan serius. Dia mengatakan keluarga menjadi aktor kunci dalam pencegahan stunting.

"Mengutip kalimat UNICEF 'Anak stunting memiliki badan dan otak yang stunting. Anak stunting memiliki kehidupan yang stunting pula'. Dampak penuh dari stunting di masa kecil mungkin baru termanifestasi dalam waktu bertahun-tahun ke depan, dan sudah terlambat untuk diatasi," katanya.