Sawahlunto, (ANTARA) - Pemerintah Kota Sawahlunto, Sumatera Barat telah berhasil mencapai target penurunan angka gagal tumbuh atau stunting sebesar 13,7 persen pada 2022, angka ini jauh melampaui target prevalensi stunting nasional yang ditetapkan pemerintah pusat sebesar 14 persen pada 2024.
Sekretaris Daerah Kota Sawahlunto Ambun Kadri yang juga Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinkesdalduk KB) di Sawahlunto, Rabu mengatakan angka prevalensi stunting Sawahlunto ini tentunya akan terus turun hingga 2024.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo menargetkan pada 2024 prevalensi stunting nasional sebesar 14 persen. Artinya Sawahlunto telah berhasil memenuhi, bahkan melampaui target dari Presiden Jokowi tersebut sejak 2022.
Ia mengatakan prevalensi stunting Sawahlunto mengalami penurunan signifikan sejak setahun terakhir, dimana pada 2021 masih pada angka 21,1 persen. Artinya setahun kemudian Sawahlunto sudah berhasil menurunkan prevalensi stunting sebesar 7,5 persen.
Prevalensi stunting Sawahlunto ini juga masih di atas rata-rata Provinsi Sumbar yang masih di angka 25,2 persen, artinya Sawahlunto masih yang paling rendah dibandingkan dengan seluruh kabupaten/kota lain di Sumbar.
Kepala Bidang Pengendalian Penduduk Dinkesdalduk KB Sawahlunto Silvi Andriani menjelaskan aksi penurunan stunting dilaksanakan melalui lima pelayanan, yaitu pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), pelayanan gizi, pelayanan PAUD, pelayanan air minum-sanitasi dan pelayanan sosial.
"Salah satu faktor yang mempercepat penurunan stunting di Sawahlunto adalah adanya Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Tingkat Kecamatan, kemudian juga ada Tim Pendamping Keluarga (TPK). Melalui dua tim tersebut ditambah sinergi dengan stakeholder (pemangku kepentingan) lainnya maka program penurunan stunting berjalan lancar dan semakin baik," kata dia.
Ia menjelaskan TPK tersebut terdiri dari unsur PKK, kader KB dan tenaga kesehatan.
"Mereka bertugas mendampingi keluarga berisiko stunting yaitu jika di dalam keluarga itu ada calon pengantin, pasangan usia subur, ibu hamil dan menyusui serta anak usia 0-59 bulan," ujar Silvi.
Wali Kota Sawahlunto Deri Asta menyampaikan terima kasih dan apresiasi terhadap seluruh pihak yang telah ikut terlibat dalam komitmen menurunkan prevalensi stunting tersebut.
"Ini bukan kerja Dinkesdalduk KB saja, ada peran dari seluruh OPD, juga berbagai lembaga/instansi serta pihak-pihak lain, karena persoalan stunting tidak bisa dikerjakan tanpa dukungan bersama. Kesediaan masyarakat untuk didampingi dan melaksanakan arahan-arahan tentang mencegah dan menangani stunting juga sangat menentukan suksesnya penurunan prevalensi stunting tersebut," kata dia.
Ia mengimbau jajaran OPD dan Pemerintah Desa serta Kelurahan agar dapat mempertahankan turunnya angka prevalensi stunting tersebut dengan tetap menjalankan program-program terkait.
"Jangan sampai setelah berhasil turun nanti membuat kita lengah lalu terjadi kenaikan, tidak boleh seperti itu. Makanya kita mengingatkan tolong program-program penanganan stunting selama ini dipertahankan, kalau bisa ditingkatkan sehingga untuk persoalan stunting yang masih tersisa sekarang bisa semakin diturunkan," ujar dia.
Ia mengatakan persoalan stunting tidak boleh dianggap sepele atau dimasukkan dalam hal-hal seremonial saja, karena menurunkan prevalensi stunting ini memiliki urgensi tinggi untuk membentuk generasi penerus yang sehat, kuat dan unggul. (*)