Selamat Datang Mahasiswa Baru 2022

id mahasiswa baru, berita padang, berita sumbar

Selamat Datang Mahasiswa Baru 2022

Orientasi mahasiswa baru Unand. (Antara/Ikhwan Wahyudi)

Padang (ANTARA) - Selamat datang mahasiswa baru! Selamat memasuki dunia pendidikan tinggi. Kalian telah menumbangkan ratusan ribu pelamar untuk bisa duduk di Perguruan Tinggi (PT) tahun 2022 ini. Secara nasional, dari 800.852 peserta SBMPTN tahun 2022 ini yang diterima hanya 192,810 (24,07 persen).

Persetase ini tidak jauh berbeda dengan jalur masuk PT lainnya. Bagi yang belum berhasil, masih ada jalan dan kesempatan untuk menuju ke PT. Bagi yang sudah berhasil yuuk syukuri dengan membuktikan dan melakukan yang terbaik untuk diri sendiri, orang tua dan lingkungan. Tulisan ini memfokuskan pada tuntutan dunia kerja dan apa yang harus disiapkan oleh mahasiswa selama di PT serta mewaspadai tantangan yang akan mereka hadapi selama pendidikan.

Yuval Noah Harari dalam bukunya 21 Lessons for 21st Century mengutip Cathy N.Davidson, seorang pakar pendidikan tinggi memaparkan terdapat empat ketrampilan non teknis (softkills) disingkat 4C. Ketrampilan yang harus dimiliki oleh pekerja masa depan yang notabene adalah para calon mahasiswa dan mahasiswa yang sedang mengenyam pendidikan tinggi saat ini. Seyogyanya keterampilan itu sudah harus disiapkan sejak di bangku pendidikan. Apa itu? Skills tersebut adalah Communication, Critical Thinking, Collaboration dan Creative.

Hal ini dikuatkan oleh BKN (Badan Kepegawaian Nasional) terhadap tuntutan bagi pegawai di masa datang. Skills ini juga sejalan dengan pesan yang disampaikan pada Future of Jobs Report, World Economic Forum pada Oktober 2020. Keterampilan yang dibutuhkan itu adalah berpikir analitis, kritis dan inovatif; mempunyai kemampuan dalam strategi pembelajaran aktif, memecahkan masalah yang kompleks, kreativitas, orisinalitas, dan inisiatif; memiliki jiwa kepemimpinan dan pengaruh sosial; pengguna, pemantau dan pengontrol teknologi; desainer dan programmer teknologi; memiliki ketahanan terhadap stress serta memiliki penalaran, dan mempunyai ide menarik.

Ketrampilan non teknis ini menjadi poin yang paling diunggulkan pada saat memilih karyawan pada sebuah perusahaan. Namun sangat sedikit sekali ketrampilan ini diajarkan pada perguruan tinggi. Hal ini dikarenakan muatan kurikulum pendidikan lebih difokuskan pada ketrampilan teknis (hard skills). Seperti kemampuan pemeriksaan fisik pasien pada Program Studi Kedokteran, Kedokteran Gigi dan Keperawatan. Keterampilan ini mengikutkan ketrampilan komunikasi saat minta persetujuan pasien dan lebih bersifat sebagai standar sehingga komunikasi yang disampaikan terasa kaku.

Contoh lain yakni kemampuan kolaborasi. Ketika mengerjakan tugas kelompok sering poin kerjasama tidak menjadi hal penting dalam sebuah mata kuliah (MK). Pada kerja kelompok mahasiswa lebih banyak dituntut untuk menyelesaikan tugas MK tersebut dan dosen tidak menilai bagaimana kerja dan dinamika dalam kelompok.

Jika hal-hal seperti di atas terjadi tentu tuntutan kompetensi non teknis ini sulit untuk dicapai. Apalagi sebagian besar ketrampilan non teknis lebih bersifat hidden curriculum (kurikulum tersembunyi) atau tersirat. Oleh karena tersirat hal ini tidak diberi nilai, sehingga kompetensi lulusan hanya dinilai dari kemampuan menguasai hal teknis saja.

Berdasarkan kondisi di atas apa yang harus dilakukan oleh seorang mahasiswa. Menurut penulis, pertama adalah mahasiswa tetap harus menguasai kemampuan hardskills dari program studi yang digelutinya. Misalnya sebagai mahasiswa Kedokteran lulusannya mampu menguasai pengetahuan tentang tubuh manusia dan melakukan pemeriksaan fisik pasien. Pengetahuan dan ketrampilan ini harus dikuasai dengan sangat baik oleh mahasiswa FK.

Kedua, mahasiswa harus menyadari bahwa sama halnya dengan di sekolah menengah, di PT kegiatan mahasiswa bervariasi dari kegiatan kurikuler, dan ekstrakurikuler. Organisasi yang bisa diikuti pun beragam baik intra maupun ekstra kampus sesuai dengan minat masing-masing, baik yang bersifat keagamaan, ilmiah, kegiatan sosial, seni maupun olahraga. Bahkan ada juga organisasi berdasarkan daerah asal sekolah. Di sinilah ketrampilan non teknis lebih mudah terasah. Hal ini karena mahasiswa akan berinteraksi dengan mahasiswa lain dan juga dosen baik selaku pembina UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) maupun dosen lain yang akan diikutkan secara langsung atau tidak langsung. Kalian pun akan berinteraksi juga dengan dunia di luar kampus seperti ketika mengajukan proposal, proses permintaan public figur atau pejabat publik sebagai narasumber, berbicara di depan umum dan lain sebagainya.

Layaknya sebuah organisasi, setiap tahun organisasi mahasiswa juga mengalami pergantian pengurus. Hal ini memungkinkan bagi setiap mahasiswa untuk mengambil posisi sebagai pengurus dalam organisasi tersebut artinya berperan lebih aktif dibandingkan jika hanya sebagai anggota.

Universitas Andalas mempunyai sebuah program penghitungan jumlah sertifikat kegiatan ekstrakurikuler yang dikenal dengan nama SAPS (Student’s Activities Performance System). Penulis yakin setiap institusi pendidikan mempunyai cara dalam memberikan penilaian kegiatan ekskul mahasiswa ini. Setiap mahasiswa S1 yang akan wisuda wajib mengumpulkan minimal 50 kredit SAPS dalam bentuk sertifikat kegiatan ekstra kurikuler dan kokurikuler. Sehingga semakin banyak sertifikat membuktikan bahwa mereka semakin aktif mengikuti kegiatan dan harapan selanjutnya semoga kemampuan softskills mahasiswapun akan meningkat.

Setiap tahun di tingkat nasional, Kemenristekdikti mengapresiasi mahasiswa berprestasi akademik dan non akademik dalam pemilihan MAPRES (Mahasiswa Berprestasi). Kriteria mahasiswa berprestasi tidak hanya dilihat dari IPK (Indeks Prestasi Kumulatif) tapi juga keikutsertaan dan keberhasilan meraih prestasi sebagai pemenang pada event lomba dari tingkat universitas, nasional, regional maupun internasional. Mahasiswa diharapkan juga mempunyai karya, baik karya ilmiah, keagamaan atau seni. Kalau boleh dikatakan inilah raihan jangka pendek yang akan kalian dapatkan sebagai konsekuensi keaktifan kalian. Sedangkan untuk jangka panjang mahasiswa mempunyai kemampuan softkills yang lebih kompeten atau mumpuni di dunia kerja dan di tengah masyarakat. Jadi rugikan kalau kalian hanya jadi kupu-kupu, kuliah-pulang, kuliah-pulang?

Di sisi lain impian untuk membahagiakan diri sendiri, orang tua, dan keluarga dengan capaian IPK yang tinggi memperoleh gelar serta mendapat pekerjaan dengan gaji yang menggiurkan tidak selamanya akan dapat dicapai dengan mulus. Mengapa? Hal ini dikarenakan banyak tantangan yang harus diwaspadai dari sekarang. Apa tantangan tersebut? Tantangan itu adalah drop out, pergaulan bebas, LGBT dan narkoba. Sebagian besar mahasiswa yang menjadi korban dari kasus di atas berawal dari ketidakmandirian dan kecanduan gadget yang diiringi oleh ketidakmatangan diri dalam mengikuti kemajuan teknologi yang bergerak secara eksponensial. Akibatnya semua info dan tayangan yang diperoleh dari layar datar dinikmati tanpa filter keimanan. Tidak sedikit dari kasus pergaulan bebas, LGBT dan narkoba berakhir dengan HIV AIDS bahkan hingga kematian. Sangat tragis kalian diantar dan dido’akan penuh harap ke gerbang pendidikan tinggi namun harapan pupus dengan kondisi menyedihkan. Jadi berusahalah terus untuk meraih hardskills dan softskills selama pendidikan dan waspadai tantangan yang menghadang.

Penulis merupakan Dosen Departemen Pendidikan Kedokteran Fakultas Kedokteran-Universitas Andalas