Supardi ingatkan pentingnya edukasi generasi muda tentang nilai kepahlawanan

id Supardi,DPRD Sumbar,Sumbar,Padang

Supardi ingatkan pentingnya edukasi generasi muda tentang nilai kepahlawanan

Ketua DPRD Sumatera Barat Supardi menjadi pembicara dalam sosialisasi penguatan nilai kepahlawanan di Bukittinggi (ANTARA/HO DPRD Sumbar)

Padang (ANTARA) - Ketua DPRD Sumatera Barat (Sumbar) Supardi mengingatkan pentingnya melakukan edukasi kepada generasi muda tentang nilai-nilai kepahlawanan karena akan membentuk kepribadian dan pola pikir di masa mendatang.

"Selain juga menjadi bekal untuk mendidik serta membimbing generasi muda menjadi pribadi yang jauh dari pengaruh kenakalan remaja," kata dia saat sosialisasi dengan tema Penguatan Nilai-Nilai Kepahlawanan kepada masyarakat di Bukittinggi, Senin malam.

Ia mengatakan melalui sosialisasi ini diharapkan penguatan nilai kepahlawanan akan menyebar luas, melalui keluarga, melalui penduduk-penduduk di tiap kelurahan. Ia menilai penguatan nilai-nilai kepahlawanan sangat penting karena akan membentuk sudut pandang, serta kemudian membentuk pola pikir dan sikap.

Di tengah masyarakat saat ini ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian, diantaranya kenakalan remaja, ketidakpercayaan pada orang-orang yang seharusnya menjadi panutan seperti orang tua, guru, ninik mamak, tokoh masyarakat atau juga ustad.

Kemudian ada pula permasalahan maraknya informasi yang masuk melalui internet seperti youtube dan google. Ini akan mempengaruhi kultur serta pola pikir.

"Itulah mengapa penguatan nilai-nilai kepahlawanan perlu dilakukan di tengah masyarakat. Agar ruang-ruang kosong dan idola serta panutan ini terus terisi penuh," kata dia.

Pada saat ini ditemukan kecenderungan semakin tingginya kasus kenakalan remaja. Terutama di daerah-daerah transit. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya, selain juga dikarenakan pengaruh informasi serta tontonan yang masuk melalui jaringan internet.

"Kenakalan remaja ini banyak bentuknya, contohnya seperti penyalahgunaan narkoba, LGBT, tawuran, kriminalitas dan lain sebagainya," kata dia.

Menurut dia terjadi karena generasi muda kesusahan menentukan mana hal yang baik dan mana hal yang buruk di tengah-tengah informasi dan tontonan yang masuk melalui berbagai alat, salah satunya internet. Selain itu pula dikarenakan generasi muda kehilangan sosok idola yang bisa mereka contoh untuk menjadi sosok yang lebih baik.

Ia menilai anak zaman sekarang kebanyakan merasa bahwa tokoh-tokoh fiktif di film-film yang merupakan pahlawan dan menjadi idola mereka seperti Batman, Superman dan lainnya. Padahal tokoh-tokoh ini tidak nyata, hanya fiktif.

"Di lain sisi, tokoh-tokoh pahlawan yang sebenar-benarnya tidak mereka anggap pahlawan. Melainkan hanya sebagai proklamator atau tokoh-tokoh saja, kata dia.

Misalnya seperti pahlawan dari Sumatera Barat seperti M. Natsir, Mohammad Hatta, Tan Malaka atau bahkan pahlawan yang telah lebih terdahulu seperti Syekh Khatib Al Minangkabawi. Secara psikologi, nilai kepahlawanan mereka tidak tertanam di alam bawah sadar bawah sadar sehingga tidak ada pula keinginan untuk mencontoh pemikiran dan sikap para pahlawan ini.

"Nilai kepahlawanan sangar bergantung pada sudut kita memandang maka amat perlu kita mengajarkan serta mensosialisasikan tentang pahlawan kora. Dengan begitu generasi muda akan mengenal lalu mencontoh pada pahlwan-pahlawan ini," kata dia.

Sementara literasi tentang para pahlawan tersebut sangat sedikit, salah satunya tentang M. Natsir. Dokumen atau literasi tentang M. Natsir sangat sedikit, padahal tanpa M. Natsir tidak ada NKRI melainkan hanya RIS.

Begitu pula tentang Tan Malaka yang kerap seringkali hanya dikenal sebagai tokoh paham kiri. Padahal banyak yang bisa ditiru dan diidolakan dari Tan Malaka.Ketika Indonesia masih dijajah Belanda, Tan Malaka merantau ke Belanda. Di sana ia menjadi anggota senat (anggota dewan) pertama berdarah Indonesia yang ikut mempengaruhi berbagai kebijakan yang diambil Belanda.

"Kita tekankan pentingnya menguatkan nilai-nilai kepahlawanan. Dokumen dan literasi amat diperlukan untuk mendekatkan tokoh-tokoh pahlawan ini agar bisa menjadi idola dan panutan masyarakat, terutama generasi muda.Untuk mengatasi kekurangan literasi itu pemerintah melakukan berbagai upaya. Salah satunya melalui Dinas Pariwisata dengan akan menggelar lomba karya tulis tentang pahlawan asal Ranah Minang,"kata dia.

Dalam sosialisasi ini dihadiri 70 peserta yang terdiri dari karang taruna, pendamping PKH dan lainnya.