Pengusaha Pariaman mampu raih omzet puluhan juta perhari dari jualan oleh-oleh

id Kripik Balado Ane,Oleh-oleh pariaman,Berita pariaman,Berita sumbar,kripik balado pariaman

Pengusaha Pariaman mampu raih omzet puluhan juta perhari dari jualan oleh-oleh

Pengusaha Kripik Balado Ane, Meri Martavia (37) sedang mendata pesanan pembeli ke dalam kardus di Pariaman, Sumbar (ANTARA/Aadiaat M. S.)

Pariaman (ANTARA) - Pengusaha Kripik Balado Ane di Kota Pariaman, Sumatera Barat mampu meraih omzet mulai dari Rp2 juta hingga Rp98 juta per hari dengan menjual oleh-oleh khas daerah tersebut.

"Pada hari biasa di satu cabang bisa Rp2 jutaan per hari, omzet tertinggi ketika libur lebaran pernah sampai Rp98 juta per hari untuk seluruh cabang (dua toko)," kata Pengusaha Kripik Balado Ane, Meri Martavia (37) di Pariaman, Senin.

Ia mengatakan untuk memproduksi kripik balado tersebut dirinya bersama suami memiliki delapan lokasi ladang ubi yang tersebar di Kota Pariaman dan Kabupaten Padang Pariaman yang dalam produksinya dibantu oleh sekitar 20 karyawan.

Ia menjelaskan kepemilikan ladang ubi itu untuk menjaga rasa dan kualitas bahan baku yang digunakan sehingga usaha yang dijalankannya semenjak 2010 tersebut dapat berkembang bahkan memiliki gedung pusat oleh-oleh serta satu cabang di Pariaman.

"Kami bisa menjaga kualitas ubi. Ini yang membedakan Kripik Balado Ane dengan kripik balado lainnya. Tanpa pengawet dan pewarna sehingga daya tahannya tidak lebih dari sebulan," katanya.

Meskipun dapat memproduksi kripik dan sejumlah produk lainnya secara mandiri namun dirinya juga menerima produk dari industri kecil menengah yang berasal dari Pariaman dan sejumlah kabupaten dan kota lainnya di provinsi itu.

Sehingga tidak heran banyak produk oleh-oleh yang dipajang di toko miliknya itu yang harganya bervariasi mulai dari Rp4 ribu hingga Rp85 ribu sesuai jenis dan ukurannya. Adapun produk yang dijualnya yaitu di antaranya kripik, ladu, randang talua, dakak cancang, karak kaliang, kerupuk jengkol, krepuk melinjo, randang, dan rakik maco.

Pemasaran produknya tidak saja secara luar jaringan atau toko namun juga dalam jaringan (daring) atau 'online' baik melalui media sosial maupun pasar daring.

"Yang pesan itu bahkan hingga dari Papua, sudah tersebar di seluruh Indonesia. Tapi mungkin juga ada yang membawa produk kami ke luar negeri," ujarnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pariaman Dwi Marhen Yono mengatakan tingginya omzet pelaku usaha oleh-oleh di daerah itu tidak terlepas dari upaya pengusaha membangun kualitas produk dan citra merek serta kunjungan wisatawan ke daerah itu yang meningkat.

"Sesuai dengan target kami, kami menargetkan setiap hari itu ada lima ribu kunjungan wisatawan dengan mengeluarkan uang (diperkirakan) Rp100 ribu yang digunakan untuk makan, tiket masuk, dan beli oleh-oleh," kata dia.

Ia menyebutkan pihaknya menargetkan kunjungan wisatawan ke Pariaman pada tahun ini mencapai dua juta kunjungan sehingga apabila dikalikan Rp100 ribu maka perputaran uang di daerah itu dari sektor pariwisata bisa mencapai Rp200 miliar.

Ia berharap kunjungan wisatawan ke Pariaman terus meningkat sehingga dapat berdampak pada pelaku usaha baik penginapan, oleh-oleh maupun pelaku UMKM di daerah itu.