Padang (ANTARA) - Mem Fox merupakan penulis buku bergambar untuk anak-anak terkemuka di Australia. Buku pertamanya, Possum Magic, masih tersedia setelah 39 tahun diterbitkan Buku itu telah menjadi pelopor dalam sastra anak-anak bagi jutaan keluarga Australia.
Dia telah menulis lebih dari 40 buku anak-anak, banyak di antaranya telah menjadi buku terlaris di Australia dan Amerika Serikat, termasuk Time for Bed, dan Ten Little Fingers dan Ten Little Toes.
Iajuga telah menulis beberapa buku nonfiksi untuk orang dewasa, termasuk bukunya yang terkenal untuk orang tua: Reading Magic. Buku-bukunya telah diterjemahkan ke dalam dua puluh tiga bahasa. Menurut tanggapan dari Julian, seorang mahasiswa dari Universitas Queensland dan juga seorang pendatang, “Mem Fox merupakan orang yang menggambarkan buku lewat pengalamannya”
Mem Fox adalah Associate Professor penuh waktu Studi Literasi di Flinders University, Australia Selatan tempat ia menikmati mengajar dan menjadi guru selama 24 tahun hingga pensiun dini pada 1996. Mem Fox lahir di Melbourne pada 1946. Dia dibesarkan di Afrika, menghadiri sekolah drama. Di Inggris pada pertengahan tahun enam puluhan, dan kembali ke Australia pada awal 1970-an. Tumbuh di luar negara kelahirannya memberinya perspektif unik tentang Australia dan cinta yang besar untuk itu.
Dengan memiliki pengalaman besar di tanah Afrika dan memiliki latar belakang keberagaman dalam satu tempat, membuat Mem Fox tergerak untuk menghilangkan stigma buruk kepada generasi penerus terhadap imigran dan tindak diskriminasi dengan cara yang sangat menarik melalui generasi penerus. Angin segar yang diberikan oleh buku “I’m Australian Too” merupakan suatu karya dari penulis novel dan cerita anak anak yang kondang di Australia.
Mem Fox merupakan penulis novel anak dan seorang spesialis pendidik dalam literasi dari Australia. “Sebagai seorang tenaga pendidik dan seorang penulis, fenomena tersebut menarik perhatian Mem Fox tentang pentingnya toleransi kepada semua orang dari berbagai perbedaan, apalagi kasus tersebut masih sangat tinggi di Australia”, ungkap Annisa seorang mahasiswa Sastra Inggris Universitas Andalas.
Buku yang diluncurkan pada 2017 yang bertajuk “I’m Australian Too” merupakan usaha dari Mem Fox sendiri untuk menanamkan sikap positif kepada generasi penerus di Australia. Buku yang mengeksplorasi tentang perbedaan adat budaya, suku, ras, imigran dan perbedaan yang hadir di Australia memberi pengajaran yang sangat mendalam. Mem Fox juga menggunakan bahasa yang ditulis dalam sajak berima dan memiliki pelajaran yang menghangatkan hati untuk diajarkan kepada anak-anak dan tidak peduli dari mana kita berasal atau bahasa apa yang digunakan atau warna kulit apa. “Adanya media pembelajaran novel anak sangat bagus untuk membangun dunia positif untuk kedepannya melalui usaha Mem Fox ini”, menurut Ammar Dhani, seorang mahasiswa dari Universitas Andalas.
Dengan mengeluarkan buku yang bertemakan toleransi kepada anak anak yang ada di Australia juga memberi pengajaran dan pembelajaran serta berdampak kepada anak anak usia dini. Selain metode asuhan orang tua berpengaruh besar terhadap pola pikir dan sudut pandang anak anak, memberikan buku bahan bacaan yang bertemakan toleransi juga sangat besar perannya. Seperti yang dikutip dalam hasil penelitian bahwa buku toleransi dan penerimaan perbedaan yang diterbitkan khusus kepada anak anak sangat berdampak besar dalam penerimaan perbedaan kebudayaan, suku, ras, dan bangsa, disamping cara didik anak oleh orang tua untuk mengasah pola pikir (Babuta, Wahyurini, 2020, p2). Sehingga langkah yang diambil oleh Mem Fox dengan kembali menulis dan menerbitkan buku yang berjudul “I’m Australian Too” sangatlah tepat dimana saat ini angka diskriminasi terhadap orang non Australia masih sangat tinggi dan sering kali terjadi.
Menulis novel toleransi kepada anak anak oleh Mem Fox juga menuai pujian oleh berbagai pihak, karena selain membantu anak anak usia dini untuk menerima perbedaan dan persamaan terlebih yang menjadi target dalam buku novel anak Mem Fox adalah anak dari orang mayoritas penduduk Australia, buku novel anak Mem Fox ini juga membangun motivasi kepada anak anak dari minoritas untuk tidak takut bergaul dan berbaur dengan orang lain. Hanya karena berbeda warna kulit dan ras dengan orang mayoritas di Australia, tidak membuat orang yang berbeda mengucilkan diri dan tidak ingin berbaur dengan yang lain. Tujuan Mem Fox dengan memberikan sisi positif kepada dua arah sangacemerlang tentunya, sehingga kedua belah pihak dapat menerima perbedaan dan hal positif tersebut dapat dimulai kepada generasi penerus yakni anak anak usia dini yang ada di Australia. Tujuan dari merilis buku toleransi juga membuat Fetri Yulindri, mahasiswa Universitas Andalas jurusan Sastra Inggris terkagum yang menilai seseorang yang sangat menginspirasi dan memotivasi dengan menerima perbedaan yang ada di masyarakat ada dalam diri Mem Fox.”
Menurut Yoszha Leonsie, seorang mahasiswa dari Universitas Andalas,”sasaran Mem Fox juga dirasa tepat untuk membuat dan menerbitkan novel bertemakan toleransi kepada anak anak, dikarenakan anak anak sangat mudah untuk menerima hal baru dan lebih mudah untuk dibuat mengerti”. Sebagai penulis novel anak anak Mem Fox paham betul tentang hal ini, dibanding menerbitkan novel bertemakan toleransi kepada orang dewasa, dampak yang diberikan oleh buku belum tentu menerima respon yang sama dan penerimaan pembelajaran yang sama dengan anak anak usia dini. Tujuan anak usia dini juga alasan utama karena generasi yang terus berkembang dan semakin bertumbuh membuat alasan kuat mengapa novel anak-anak ini ditulis dan diterbitkan oleh Mem Fox.
Dengan meluncurkan buku yang mengangkat topik yang agak sensitif dan ramai seperti sikap diskriminatif dan sikap toleransi, Mem Fox berharap bahwa bukunya dapat membawa perubahan yang signifikan terhadap target bacanya, yakni anak anak yang dapat pelajaran dan pendidikan melalui buku “I’m Australian Too” ini. Dengan angin segar yang dibawa Mem Fox ini juga mungkin dapat mengubah kultur negatif dari Australia menjadi kultur baru yang lebih fleksibel untuk orang luar dan pendatang dan memberikan dampak positif kepada pembaca anak anak minoritas untuk menerima diri dengan perbedaan yang dimiliki dan tidak takut untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
Penulis merupakan Mahasiswa Sastra Inggris Unand
Berita Terkait
Alasan Twentieth Century Fox menghapus adegan salah satu aktor "the predator"
Jumat, 7 September 2018 13:25 Wib
WISATA FLYING FOX MALIN KUNDANG
Jumat, 22 Juni 2018 19:06 Wib
ANJUNGAN ARENA FLYING FOX
Kamis, 22 Februari 2018 15:45 Wib
Fox News akan Bayar Rp262 Miliar Terkait Gugatan Pelecehan Seksual
Rabu, 7 September 2016 6:53 Wib
Polisi Tangkap Delapan Orang Menghisap Lem Fox
Minggu, 9 Februari 2014 19:58 Wib
Michael J.Fox Pertontonkan Seloroh Sakit Buyutan
Senin, 29 Juli 2013 7:13 Wib