PBNU Dukung Saifuddin Zuhri Jadi Pahlawan Nasional

id PBNU Dukung Saifuddin Zuhri Jadi Pahlawan Nasional

PBNU Dukung Saifuddin Zuhri Jadi Pahlawan Nasional

Nahdlatul Ulama (NU). (Antara)

Jakarta, (Antara) - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendukung apabila Kiai Haji Saifuddin Zuhri disahkan menjadi pahlawan nasional. "KH Saifuddin Zuhri merupakan salah seorang yang turut memberi kontribusi tenaga dan pikirannya dalam perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah," kata ketua Umum PBNU Said Aqil Siradj di kantornya, Salemba, Jakarta Pusat, Selasa. Dalam acara "Seminar Perjuangan dan Pengabdian KH Saifuddin Zuhri sebagai pahlawan nasional" tersebut, dia mengatakan Saifuddin memiliki jiwa kesederhanaan dan tanggung jawab kemanusiaan kepada umat. Sebelumnya, sejumlah figur nasional telah memberikan dukungan atas pengukuhan Saifuddin Zuhri menjadi pahlawan nasional. Seperti Mahfud MD, Din Syamsuddin, Tarmizi Taher dan mendiang Taufiq Kiemas Pascakemerdekaan Indonesia, Belanda tidak tinggal diam Nusantara sebagai kawasan koloni Hindia-Belanda lepas begitu saja. Sehingga mereka berusaha kembali menguasai wilayah-wilayah penting di Indonesia seperti Semarang, Ambarawa dan Magelang. Pada akhir tahun 1945, KH Saifuddin Zuhri menjadi pemimpin Hizbullah yang berafiliasi dengan Tentara Keamanan rakyat (TKR) --kini TNI-- untuk mengusir Belanda yang kembali ke Indonesia bersama tentara Sekutu. Selain itu, dia bekerja sama dengan sejumlah pahlawan nasional dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia seperti Jenderal Sudirman, Jenderal A Yani dan M Sarbini. Said Aqil mengatakan sepak terjang Saifuddin yang pernah menjabat sebagai Menteri Agama RI tahun 1962-1967, itu dari pendidikan pesantren. "Dia merupakan seorang yang tumbuh dari sebuah pesantren kecil yang tidak tenar namanya. Akan tetapi, di tengah upayanya belajar di sana dia mampu berdikari, otodidak belajar serta tidak pernah memikirkan akan menjadi apa setelah selesai belajar 'nyantri" di Banyumas," kata dia. Menurut Said, apa yang ada di benak KH Saifuddin adalah keyakinannya menuntut ilmu sebagai kewajiban seorang Muslim. Pesantren merupakan tempat yang dianggap oleh orang awam sebagai lembaga pendidikan yang tidak menjanjikan masa depan. Namun, sejatinya memang para santri yang belajar itu bukan bertujuan sekedar mencari masa depan materiil. "Santri terdorong untuk konsisten dalam menuntut ilmu di pesantren. Tujuan utama mereka bukanlah mencari sertifikat tapi ilmu pengetahuan." Meski begitu, bukan berarti santri memiliki masa depan yang suram karena tidak mengejar unsur materi. Justru nilai spiritualitas santri yang tertanam dari pesantren akan menjadi awal penggemblengan mental yang kuat bagi mereka dalam menghadapi tuntutan zaman. "Mereka belajar banyak dari Kiai pesantren mulai dari keterampilan mengelola lahan pertanian, padat karya dan yang tidak kalah penting adalah ditanamkannya unsur akhlaq yang baik," tutur dia. (*/jno)