Padang (ANTARA) - Peristiwa Lanina kembali hadir di Oktober 2021. Lanina adalah peristiwa meningkatnya pertumbuhan awan hujan di Indonesia. Fenomena ini akibat interaksi lautan dan atomsfer/udara yang mempengaruhi cuaca dan iklim dunia secara global.
BMKG pada 29 Oktober 2021 telah menggelar Rakornas mengajak semua pihak untuk menyiapkan rencana aksi dalam menghadapinya. BMKG menyebutkan lanina tidak sama setiap kejadiaannya, lanina memiliki dampak yang beragam disetiap daerah dan waktu serta puncak lanina belum tentu bersamaan dengan puncak dampak kejadiannya.
Lanina di prediksi BMKG akan mengalami puncaknya sekitar bulan Januari dan Februari 2022. Peristiwa lanina dibagi menjadi tiga kategori yaitu lemah dengan nilai kecil dari minus 0,5 - 1, moderat minus 1-2 dan kuat nilai diatas minus 2. Sejak 2010 peristiwa lanina Moderat terjadi dua kali yaitu juni 2010 sampai dengan Februari 2011 dan September 2020 sampai dengan Januari 2021.
Pengaruh Lanina moderat terhadap sifat hujan di Sumatera Barat pada umumnya normal. Terdapat beberapa Daerah yang mengalami sifat hujan bawah normal atau mengalami penurunan curah hujan dari rata-ratanya. Daerah-daerah yang mengalami penurunan curah hujan atau sifat hujan bawah normal yaitu Sei Beremas (Pasaman Barat), Rao, Bonjol (Pasaman), Harau (Lima Puluh Kota) dan sebagian kecil Sijunjung, sebagian kecil Pulau Punjung (Dharmasraya). Daerah yang memiliki sifat Atas normal dan adanya penambahan curah hujan di Lubuk Basung (Agam), Batang kapas (Pesisir Selatan), dan daerah Zom (Zona Musim) Alahan panjang (Kab Solok) dan Sitiung (Dharmasraya).
Hasil dari beberapa penelitian menunjukan bahwa dampak lanina kurang signifikan dalam mempengaruhi curah hujan di Sumatera Barat. Pengaruh negatif dengan menurunnya curah hujan lebih banyak terjadi pada periode ini. Kejadian hujan ekstrim (hujan sangat lebat >100 milimeter) terjadi lebih meningkat dari periode yang sama tetapi di bulan Februari 2021 curah hujan menurun di Sumatera Barat.
Dikutip dari halaman antarasumbar berdasarkan data BPS Sumatera Barat puncak panen padi yang dikonversi ke produksi beras terjadi pada bulan Oktober 2020 dan April 2021, terlihat kejadian lanina tidak berpengaruh terhadap aktivitas pertanian.
Produksi beras pada tiga tahun terakhir (2019-2021) diprakirakan mengalami sedikit penurunan. Pada Tahun 2021 diprakirakan hasil produksi beras 784.433 ton. Menurun 1.84 persen sejumlah 14.689 ton dibanding tahun sebelumnya. Luas area panen juga diprakirakan menurun 3.45 % sebesar 10.190 hektar. Daerah yang menurun di Kota padang, Kota Bukit Tinggi, dan Kabupaten Mentawai. Pada Bulan Februari Kota padang terjadi kekeringan.
Stasiun Klimatologi Padang Pariaman memprakirakan puncak musim hujan 2021 pada bulan november ini. Hampir seluruh daerah curah hujan diprakirakan dalam kategori menengah hingga tinggi. Daerah Potensi banjir dengan prakiraan kategori Tinggi yaitu Pasaman Barat, Kepulauan mentawai, Agam Bagian barat, Kota Padang dan Pesisir Selatan. Sedangkan daerah dengan potensi banjir dengan prakiraan kategori menengah di kabupaten Pasaman, Padang Pariaman, Padang Panjang, Agam, Tanah Datar, Kabupaten Solok, Sijunjung, Dharmasraya, Payakumbuh, Lima Puluh Kota dan Solok Selatan.
Untuk musim tanam November 2020 sampai Maret 2022 dapat dipercepat dan diperluas area tanam dengan air tanah dalam kondisi sedang hingga cukup. untuk peningkatan produksi pangan di Sumatera Barat
Penulis merupakan PMG Muda Staklim BMKG Padang Pariaman