Jakarta, (ANTARA) - Mantan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani, yang melarikan diri dari Kabul ketika pasukan Taliban mencapai pinggiran kota pada Agustus, meminta maaf atas kejatuhan mendadak pemerintahannya.
Ghani yang menyampaikan permintaan maafnya pada Rabu (8/9) membantah bahwa dia telah membawa uang senilai jutaan dolar bersamanya.
Dalam sebuah pernyataan yang diunggah di Twitter, Ghani mengatakan dia pergi meninggalkan Afghanistan atas desakan tim keamanannya yang mengatakan bahwa jika dia tetap tinggal, ada risiko "pertempuran mengerikan sama seperti yang pernah dialami kota Kabul selama Perang Saudara 1990-an."
"Meninggalkan Kabul adalah keputusan paling sulit dalam hidup saya, tetapi saya yakin itu satu-satunya cara untuk membungkam senjata dan menyelamatkan Kabul dan 6 juta warganya," kata Ghani.
Pernyataan itu sebagian besar menggemakan pesan yang sudah dikirim Ghani dari Uni Emirat Arab segera setelah kepergiannya meninggalkan Afghanistan.
Pernyataan Ghani menuai kritik pahit dari para mantan sekutu yang menuduhnya melakukan pengkhianatan.
Ghani juga menepis laporan -- yang menyebutkan ia telah pergi meninggalkan Afghanistan dengan membawa uang tunai jutaan dolar -- sebagai hal yang "benar-benar dan pasti salah."
Ghani adalah mantan pejabat Bank Dunia yang menjadi presiden Afghanistan setelah dua pemilu yang disengketakan dan dirusak oleh tuduhan penipuan yang meluas di kedua belah pihak.
"Korupsi adalah wabah yang melumpuhkan negara kita selama beberapa dekade dan memerangi korupsi telah menjadi fokus utama dari upaya saya sebagai presiden," kata Ghani.
Dia menambahkan bahwa dia dan istrinya yang lahir di Lebanon "sangat teliti dalam hal mengurus keuangan pribadi."
Dia menyampaikan penghargaan atas pengorbanan yang telah dilakukan warga Afghanistan selama 40 tahun terakhir perang di negara mereka.
"Dengan penyesalan yang mendalam dan besar bahwa pemerintahan saya sendiri berakhir dengan tragedi yang sama dengan para pendahulu saya - tanpa memastikan stabilitas dan kemakmuran. Saya meminta maaf kepada orang-orang Afghanistan bahwa saya tidak dapat mengakhirinya secara berbeda," ujar Ashraf Ghani. (*)