Stok obat-obatan antibiotik langka di Kabupaten Solok

id berita kabupaten solok,berita sumbar,obat

Stok obat-obatan antibiotik langka di Kabupaten Solok

Petugas menunjukkan obat Chloroquine yang akan diserahkan kepada RSPI Sulianti Saroso di Jakarta, Sabtu (21/3/2020). Kementerian BUMN menyerahkan sebanyak 1.000 butir Chloroquine kepada RSPI Sulianti Saroso sebagai simbol bahwa pemerintah bergerak untuk menangani penyebaran virus corona (COVID-19). (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/pras.)

Dari 127 jenis obat yang dipesan Dinas Kesehatan Kabupaten Solok ke distributor, hanya tiga jenis obat yang tersedia,
Arosuka (ANTARA) - Stok obat-obatan antibiotik yang dibutuhkan masyarakat untuk penanganan Corona Virus Disease (COVID-19) mulai langka di daerah Kabupaten Solok, Sumatera Barat.

"Dari 127 jenis obat yang dipesan Dinas Kesehatan Kabupaten Solok ke distributor, hanya tiga jenis obat yang tersedia," kata Bupati Solok, Epyardi Asda di Arosuka, Rabu.

Ia menyebutkan bahkan Pemkab Solok sudah merefokusing atau mengajukan anggaran sekitar Rp29 miliar untuk memenuhi kebutuhan obat serta untuk penanganan kesehatan di daerah itu.

"Kami sudah hubungi pihak distributor, tetapi mereka mengatakan untuk saat ini stok obat lebih mengutamakan Jawa dan Bali. Sementara masyarakat kita di sini juga membutuhkan obat," kata dia.

Kelangkaan obat antibiotik tersebut sudah berlangsung sejak sebulan yang lalu. Bahkan saat ini yang baru ada hanya tiga jenis obat, yakni obat batuk dan obat panas.

"Bahkan stok obat jenis paracetamol saat ini hanya tersisa 1.200 tablet untuk wilayah Kabupaten Solok," kata dia.

Di samping itu, Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Solok, Zul Hendri mengatakan mengenai obat hanya ada stok sekitar 20 persen untuk seluruh daerah di Kabupaten Solok.

"Diperkirakan ketersediaan obat tersebut hanya cukup untuk 2 hingga 3 minggu ke depan," kata dia.

Menurutnya jika obat tersebut masih langka, maka Kabupaten Solok akan mengalami krisis obat.

"Kami sudah memanggil pihak distributor. Dari 12 distributor obat tersebut sebagian mereka mengatakan obat tersebut akan datang pada November mendatang," kata dia.

Ia mengatakan jika obat tersebut baru bisa didistribusikan pada November, tentu sudah terlambat. "Saya ingin obat itu datang, karena di daerah kita juga membutuhkan obat," ucap dia.

Kendati demikian, salah seorang distributor obat menyatakan keterlambatan distribusi obat tersebut disebabkan karena lebih mengutamakan obat untuk memenuhi obat di Pulau Jawa dan Bali, karena di daerah itu kasus COVID-19 lebih tinggi daripada di daerah lain sehingga menyebabkan distribusi obat terganggu.