Padang (ANTARA) - Karang Taruna Batu Badoro di Padang, Sumatera Barat berhasil membudidayakan ulat Hongkong hingga bisa meraih omset Rp3 - Rp5 juta per bulan.
"Ulat Hongkong ini awalnya kami beli 1 ons Rp12 ribu di toko burung lalu kami budidaya sampai akhirnya bisa menghasilkan sampai 33 kilogram sekali panen," kata Ketua Karang Taruna Batu Badoro Padang David Aldi Reinier di Padang, Minggu.
David mengatakan panen ulat Hongkong dilakukan sekali 20 hari dan ulat tersebut dijual Rp65 per kilogram.
Budidaya ulat Hongkong tersebut mulai digelutinya sejak awal mulai pandemi COVID-19 di 2020 dan mulai melakukan panen sekitar bulan Juni.
Berawal dari melakukan studi banding ke Bogor untuk usaha ekonomi produktif lalu balik ke Padang dengan membawa salah satu pembudidaya ulat tersebut hingga akhirnya ia dan anggotanya mampu membudidayakan ulat itu.
Menurut dia, prospek budidaya ulat Hongkong cukup menjanjikan karena pasarnya luas apalagi permintaan ulat Hongkong di Padang untuk pakan burung berkicau cukup tinggi.
"Dalam seminggu permintaan ulat Hongkong di Padang mencapai 40 kilogram, saya sampai kewalahan memenuhi permintaan tersebut," ujar dia.
Kendala yang dihadapinya selama melakukan budidaya yakni adanya semut, tikus, cicak dan burung gereja yang masuk ke tempat budidaya tersebut.
Untuk perawatannya cukup mudah hanya perlu diberi makan berupa pakan ayam 511 dan serbuk jagung sekali dalam dua hari serta diberi minum air putih dengan cara di semprotkan ke dalam kotak yang dipenuhi ulat Hongkong itu.
Kemudian, hasil produksi ulat Hongkong dipengaruhi juga oleh suhu. Idealnya, ulat Hongkong bisa berkembang biak di suhu yang sejuk atau dingin, saat cuaca panas maka produksi ulat akan menurun.
Hasil dari budidaya ulat hongkong ini selain di Padang juga sudah di pasarkan ke beberapa wilayah di Sumbar seperti Lubuk Basung, Payakumbuh, Painan, Kabupaten Solok, Dharmasraya dan Kerinci.
Ia berharap melalui budidaya ulat Hongkong ini bisa menjadi peluang usaha bagi pemuda atau pemudi di sekitar daerahnya yang masih belum mendapatkan pekerjaan.
"Saya juga berharap dukungan dari pemerintah untuk bisa memberikan perhatiannya kepada usaha kami ini," ucapnya.
Selain budidaya ulat Hongkong, ia juga mulai membudidayakan ulat Jerman dan ukurannya lebih besar dari ulat Hongkong. Ulat tersebut dijualnya dengan harga Rp90ribu per kilogram.